SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, M.E.I., menggelar kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Hall Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Taruna, Surabaya, Jumat (25/4/2025) sore.
Acara ini dihadiri sekitar 150 peserta dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, akademisi, tokoh agama, serta perwakilan organisasi kepemudaan di Surabaya.
Dalam sambutannya, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, menyampaikan bahwa Empat Pilar Kebangsaan—yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Empat Pilar bukan hanya menjadi identitas konstitusional kita, tetapi juga arah moral dan kebijakan publik. Bila dijalankan secara konsisten, maka keadilan sosial bukan hanya menjadi wacana, tapi realitas yang dirasakan masyarakat,” ujar Ning Lia dalam pemaparannya.
Dalam forum tersebut, Ning Lia menekankan pentingnya peran generasi muda sebagai agen keberlanjutan bangsa. Ia mengajak masyarakat, terutama kaum muda, untuk membangun karakter yang menjunjung tinggi kedamaian dan rasa kasih terhadap sesama anak bangsa.
“Jadilah Agen Keberlanjutan Bangsa. Kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga generasi penerus agar tumbuh dengan karakter yang mencintai perdamaian dan saling menyayangi sebagai satu bangsa. Dengan menjaga keluhuran cinta sebagai anak bangsa, maka Indonesia akan terus berdiri sebagai negara maju dan sejahtera,” tegasnya.
Menariknya, Ning Lia juga mengutip teori siklus sosial dari filsuf dan sejarawan Muslim, Ibnu Khaldun. Ia menjelaskan bahwa disintegrasi bangsa kerap bermula dari menurunnya tingkat kepercayaan antara masyarakat dan negara.
“Ada tiga fase. Awalnya masyarakat memiliki high trust terhadap negara. Seiring waktu, saat ketimpangan muncul dan negara cenderung memihak kelompok tertentu, kepercayaan mulai menurun. Jika dibiarkan, kita akan masuk ke siklus ketiga: low trust, yang memicu konflik dan hilangnya rasa kebangsaan,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa solusi untuk mencegah disintegrasi adalah dengan memperkuat solidaritas sosial serta menjadikan prinsip khoirunnas anfa’uhum linna sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama—sebagai pedoman hidup.
Kegiatan sosialisasi ini turut menghadirkan Rektor STAI Taruna Surabaya, H. Zuman Malaka, MH., M.Pd.I., M.Kn., sebagai narasumber. Dalam paparannya, Zuman menyoroti pentingnya pendidikan sebagai instrumen utama dalam membumikan nilai-nilai Empat Pilar.
“Pendidikan adalah kendaraan utama untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Jika anak-anak muda tidak dibekali pemahaman kebangsaan yang kuat, maka kita akan kehilangan arah,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi keagamaan seperti STAI, memiliki peran strategis dalam mencetak generasi bangsa yang cinta tanah air, menjunjung tinggi hukum, dan berkontribusi dalam menciptakan kesejahteraan sosial.
Kegiatan tersebut berlangsung interaktif. Para peserta terlibat aktif dalam sesi diskusi, salah satunya menyoroti isu kesenjangan pendidikan antara wilayah kota dan desa.
Mahasiswi STAI Taruna, Siti Zahra, menyampaikan aspirasi agar pemerintah pusat memberikan perhatian serius terhadap pemerataan pendidikan, termasuk akses terhadap beasiswa.
“Harapan saya, pendidikan bisa merata, baik dari segi fasilitas maupun infrastruktur pendukung. Beasiswa juga harus diberikan secara adil, baik untuk mahasiswa dari kampus negeri maupun swasta,” ujarnya.
Menutup kegiatan, Ning Lia menyatakan komitmennya untuk terus mengawal isu-isu penting yang menjadi kebutuhan masyarakat, terutama di bidang pendidikan dan keadilan sosial.
“Kita ingin nilai-nilai luhur bangsa ini tidak hanya menjadi hafalan di sekolah, tapi menjadi ruh dalam tindakan, kebijakan, dan kehidupan kita sehari-hari,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin