SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Kabupaten Banyuwangi meraih penghargaan dari Pemprov Jawa Timur sebagai pembina terbaik tempat pengelolaan pangan (TPP). Bersamaan dengan itu, Banyuwangi juga dinobatkan sebagai inovator pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas lewat inovasi Teropong Jiwa alias Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Dua penghargaan tersebut diserahkan langsung Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, kepada Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-56 tahun 2020 di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa malam (6/4/2021).
“Terima kasih kepada Pemprov Jatim yang telah mengapresiasi kinerja Banyuwangi lewat penghargaan ini. Ini akan menjadi pelecut semangat kami untuk terus berinovasi agar lebih baik ke depan,” kata Ipuk.
Dijelaskan Ipuk, Banyuwangi meraih penghargaan sebagai pembina terbaik TPP untuk kategori rumah makan. Penghargaan tersebut diberikan karena dinilai mampu melaksanakan tugas pembinaan dengan baik kepada tempat-tempat usaha kuliner untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat di masa pandemi covid-19.
Banyuwangi sendiri, kata Ipuk, telah melakukan sertifikasi protokol kesehatan untuk hotel, homestay, kafe, restoran, hingga warung-warung rakyat untuk memberikan jaminan keamanan, kesehatan, dan keselamatan bagi para pengunjung maupun pelaku usaha itu sendiri.
Semua yang telah lulus uji protokol kesehatan, di antaranya dilengkapi fasilitas sanitasi yang baik, ada aturan pembatasan fisik, hingga pelayan yang menggunakan pelindung diri, diberikan sertifikat dan disajikan di aplikasi ‘Banyuwangi Tourism’.
Mereka juga terus dipantau oleh tim untuk memastikan kepatuhannya. Jika kedapatan melakukan pelanggaran protokol kesehatan, sertifikat mereka dicabut dan dihentikan sementara ijin operasinya hingga kembali mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
“Jaminan protokol kesehatan ini memang kami utamakan di masa pandemi agar pengunjung merasa nyaman saat ke Banyuwangi. Kita tak lagi hanya jualan pesona alam, seni-budaya, dan keramahan warga, tapi juga gaya hidup sehat,” tegas Ipuk.
Sertifikasi serupa juga dilakukan untuk pemandu wisata. Saat ini lebih dari 90 pemandu wisata di Banyuwangi telah mengantongi sertifikasi protokol kesehatan dari Dinas Kesehatan dan Dispudpar Banyuwangi.
“Kami pastikan semuanya aman. Kuliner, destinasi, hingga pemandu wisatanya wajib menerapkan gaya hidup sehat,” imbuh Ipuk.
Sementara itu, terkait penghargaan inovator pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr. Widji Lestariono menjelaskan, ini diraih lewat inovasi Teropong Jiwa alias Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Teropong Jiwa adalah program pemberian terapi kerja bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan, akan dilatih berbagai ketrampilan kerajianan tangan sebulan sekali. Program ini berjalan sejak 2017.
“Terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan. Mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional,” kata Rio, sapaan akrab dr. Widji Lestariono.
Program ini digagas dan dilaksanakan di Kantor Puskesmas Gitik, Rogojampi, sejak 2017 lalu. Saat ini, ada 27 ODGJ yang dilatih di tempat tersebut. Mereka diajari membuat aneka kerajinan tangan, seperti miniatur kapal layar, lampu, gantungan kunci, tas belanja, dan aneka anyaman.
Selain dilatih, kata Rio, pemkab juga membuat program keluarga asuh buat mereka. Yakni mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga tersebut. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga.
“Kami juga ada program Usaha Asuh, dimana pengusaha di sekitar wilayah puskesmas diajak bekerjasama untuk menampung ODGJ yang sudah pulih untuk bisa bekerja di tempak mereka. Misalnya saja di tempat usaha penggilingan beras dan yang lainnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Inovasi Teropong Jiwa ini berhasil masuk dalam program inovatif Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) yang digelar oleh Kemenpan RB. Pada tahun 2019, program ini juga masuk dalam 25 besar Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) tingkat Provinsi Jawa Timur. (**/Har)