BANYUWANGI, RadarBangsa.co.id – Indonesia berpeluang dapat memanfaatkan bonus demografi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, bonus demografi akan memberikan manfaat secara ekonomi jika masyarakat usia produktif memiliki kualitas tinggi, baik pendidikan maupun kesehatan.
Hal itu diungkapkan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di hadapan peserta workshop nasional yang digelar Aliansi Program Studi Manajemen dan Bisnis Indonesia (APSMBI) secara virtual, Selasa (7/9/2021).
“Bonus demografi adalah peluang sekaligus tantangan bagi kita semua. Akan menjadi peluang dan penggerak ekonomi Indonesia jika kompetensi SDM terus ditingkatkan, kemampuan kewirausahaan terus kita dorong sehingga menjadi lebih produktif dan berkualitas nantinya,” kata Ipuk.
Beberapa tahun mendatang, Ipuk menggambarkan bahwa iklim persaingan kerja akan makin kompetitif. Pertumbuhan penduduk usia muda harus diiringi dengan peningkatan produktivitas, dan kemampuan usaha.
“Tantangan ke depan semakin kompleks, tidak hanya disebabkan pandemi, tetapi juga tingkat kompetisi akan semakin tinggi. Oleh karena itu kita harus terus meningkatkan pengetahuan, kompetensi, dan cara-cara baru untuk menghadapi berbagai tantangan yang akan kita hadapi,” katanya.
Menurut Ipuk, selain peningkatan kompetisi yang mumpuni, perlu juga diasah kemampuan berwirausaha di kalangan generasi muda. Banyuwangi sendiri rutin setiap tahun menggelar ajang kompetisi wirausaha untuk generasi milenial. Kompetisi dirancang menjadi kegiatan yang terintegrasi. Bukan hanya ide atau rintisan bisnis yang dikompetisikan, tapi juga ada mentoring dan sesi networking untuk membangun jejaring antar anak muda.
“Di Banyuwangi, kami berkomitmen untuk memacu tumbuhnya wirausaha muda, salah satunya melalui program Jagoan Bisnis Banyuwangi, Jagoan Tani yang mengajak para pemuda untuk belajar dan mendalami ilmu di bidang pertanian, bisnis, dan dunia digital yang saat ini sedang menjadi trend dunia,” terangnya.
Ketua panitia workshop Ika Barokah Suryaningsih menjelaskan kegiatan ini mengangkat tema link and match pendidikan tinggi dan industri dalam menyukseskan program merdeka belajar kampus merdeka. Ditambahkannya, link and match merupakan tantangan bagi dunia pendidikan pada masa perkembangan industri 4.0 yang menjadikan wajah bisnis masa kini berubah drastis sehingga harus disikapi dengan cermat dan tepat oleh akademisi.
“Revolusi industri yang kita hadapi saat ini memerlukan kolaborasi strategis antara akademisi, bisnis, komunitas, dan pemerintah untuk membentuk jejaring yang mampu mengelola perubahan dengan lebih terkendali dan terarah. Selain itu, dengan sinergi berbagai pihak yang selama ini Banyuwangi lakukan akan menjadikan ekonomi lokal dan startup memiliki daya saing serta terlindungi dalam menjalankan usahanya,” tutup Ika. (*/Har)