“Setelah lulus tak lantas melamar pekerjaan. Bertanilah wahai sarjana pertanian! Negara butuh inovasi dan keahlianmu”
Benuharto
LAMONGAN, RadarBangsa.co.id –
Peringatan hari pohon dunia masih senantiasa dinisbatkan dengan gerakan yang dilakukanJulius Sterling Morton, salah satu aktivitis lingkungan hidup yang nama abadi atas usahanya menanam berbagai macam pohon apel yang langka, serta berjasa memberikan pelayanan yang terkoordinasi pada para petani.
Aktivis yang pernah menjadi editor koran itu juga sepanjang hidupnya mendukung reservasi hutan. Pencapaian terbesarnya adalah usulnya untuk memperingati hari pohon pada tahun 1872 M.
Berbeda dengan peringatan Hari pohon internasional 2019 M dari biasanya, pada tanggal 25 November 2019, pengurus PMII Rayon Klorofil Fakultas pertanian Unisda Lamongan memaknainya dengan cara yang cukup unik, yakni mengadakan sebuah bertukar pikiran dan pengalaman bersama petani Desa Turibanjaran, Maduran Lamongan.
Terkait bagaimana para cara memandang arti pohon bagi kehidupan. Yang dilanjutkan demgan turun ke ladang guna menanam pohon yang tidak hanya menghasilkan pasokan oksigen namun juga pohon yang bernilai secara ekonomis.
Tentu ada pertimbangan tertentu terkait alasan panitia memilih tersebut. Kepada wartawan Radarbangsa, Ismail Hamzah, selaku ketua Rayon Klorofil menuturkan.
” Seperti kita tahu, memang umumnya peringatan hari pohon diperingati dengan penanaman pohon, tapi kami rasa, kami bisa melakukan hal lain selain itu.
Salah satunya dengan menggelar diskusi dengan petani dan belajar menumbuhkan tanaman yang bisa diambil banyak manfaatnya, seperti tanaman Melon”
Lebih lanjut, mahasiswa Unisda asal Bojonegoro menjelaskan alasan khusus mengapa tidak memilih menanam pohon.
“Jadi gini mas, alam sekitar kita ini masih subur, nggak susah sebenarnya kalau mau niat nanam pohon-pohon, misalnya kita habis makan mangga atau nangka, kita kumpulkan dan jemur bijinya di bawah matahari, setelah cukup kering bisa bungkus pakai koran, pas musim hujan kita taruh tempat yang diinginkan, InsyaAllah tumbuh. Kalau pengen cepet metik buahnya, bisa kita mencangkok” tutur Hamzah
Meski saran itu terdengar mudah, kesadaran masyarakat melakukannya terhitung sangat rendah “Semua orang paham mas, betapa pentingnya pohon yang ada dibumi. Tanpa pohon manusia tidak bisa hidup, karna persediaan oksigen nipis, tapi pohon tanpa manusia masih tetap bisa hidup. Kalau memperbanyak pohon di bumi, sangat mudah” pungkasnya
Diskusi peringatan yang dimulai pada pukul 13:16 WIB, menghadirkan Benuharto, alumni PMII Unisda yang menggeluti budidaya melon secara mandiri selama lima tahun.
Sepanjang diskusi berlangsung, para peserta terlihat antusias dalam menyimak Bapak dua anak itu membagi pandangannya terhadap pentingnya menjaga ekosistem dan bagaimana mahasiswa pertanian mengambil peran.
“Sebenarnya menjaga alam, lingkungan merupakan tugas semua orang, tidak peduli mahasiswa atau yang nggak pernah makan bangku sekolah. Tapi dalam masyarakat tugas-tugas itu sering dibebankan kepada pihal tertentu, salah satunya mahasiswa pertanian seperti sahabat-sahabat.
Sebab itu, mumpung masih kuliah perbanyak belajar mengenali tananam dan peningkatan mutu apa yang kita” ujar ketua lembaga pengembangan pertanian PCNU Lamongan.
Saat diberi kesempatan moderator, seorang peserta bertanya kepada Benuharto terkait masalah utama dalam budidaya tanaman melon bapak? “Sama dengan yang dikeluhkan petani lain. Hama Tikus. Oh iya, mungkin ada sahabat yang tahu cara menangani hama tikus” tanya balik petani berijazah pendidikan bahasa Inggris itu.
Hafna khilwatul ilmi, salah satu pengurus PMII Rayon Klorofil yang kebetulan menjabat sebagai Ketua BEM Fakukta Pertanian Unisda mengangkat tangan
“Ada satu cara Pak! njenengan bisa memakai buah bintaro. Selain untuk mengusir tikus karna bau buah bintaro yang secara alami tidak disukai tikus bintaro juga mengandung racun yang bisa membasmi tikus”
“Wah bisa dicoba ini” jawab Benuharto dengan wajah puas
Setelah bertukar pikiran dan pengalaman, pada pukul 15:17 WIB seluruh peserta yang terdiri dari pengurus Rayon PMII Klorofil, Pengurus BEM pertanian Unisda dan mahasiswa, diajak petani untuk mengenal cara pengolahan lahan yang disiapkan sebagai media tanam bibit melon menggunakan mesin semacam traktor, bernama cultivator sicakar baja. Penggunaan alat itu dipandu oleh Doni Rahmatullah, petani muda yang sehari-hari membantu Benuharto. Satu persatu peserta mencoba, dan tidak semua bisa mengendalikan.
“Pokoknya jangan tegang, kalau tegang alatnya bisa melawan. Yang kalem” saran Dony
“Siap Pak Doniiiii” seru peserta
Di sela-sela kegiatan berlangsung, wartawan Radarbangsa sempat bertanya kepada salah satu peserta yang sebelumnya mengaku sebagai mahasiswa baru. Kami penasaran apa yang mendorongnya ikut kegiatan, bukannya sepulang kuliah ke warung kopi, menanyakan sandi WiFi kemudian bermain game online atau pacaran
Dengan wajah sumringah Ardi si mahasiswa baru mengaku “Jujur saja, saya ikut kegiatan ini karena diajak teman. Tapi sebenarnya saya sendiri juga penasaran. Ternyata tidak sia-sia. Banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa saya petik dari peringatan hari pohon ini. Terutama betapa pentingnya tumbuhan dan pohon bagi stok oksigen di bumi yang makin menipis. Pengalaman di sini juga bisa saya bandingkan dengan pengetahuan lain yang saya dapatkan di bangku kuliah”
Pada pukul 17:19 WIB kegiatan berakhir. Masing-masing peserta pulang membawa sebutir melon dengan wajah memerah terbakar matahari. Namun, terlihat berseri.
Selamat hari pohon dunia!
Merawat pohon, merawat kehidupan. (JK)