LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Antisipasi prakiraan cuaca yang disampaikan oleh BMKG terkait hidrometeorologi, salah satunya peningkatan kapasitas hujan di Jawa Timur. “BMKG memberikan estimasi terkait hidrometeorologi peningkatan kapasitas hujan di Jawa Timur.
Dampak dari tingginya Intensitas curah hujan tersebut, diwilayah Kabupaten Lamongan berakibat tanggul sungai yang berada di Desa Made Kecamatan Kabupaten Lamongan jebol dan sebelumnya terjadi juga di desa Pomahan Janggan, desa Sabungrejo kecamatan Modo, desa Gedangan kecamatan Sukodadi, dan desa Pamotan kecamatan Sambeng, dan semua sudah tertangani.
Sementara, Drs. Fatkhur Rozi, M.M., Camat Lamongan mengungkapkan, “Soal cuaca ekstrim dan tak menentu sekarang masih Kurva. Hal ini agar diwaspadai masyarakat di wilayah Lamongan kota. Begitu juga atas jembolnya tanggul diwilayah made.
Selain itu, Antisipasi, upaya serta langakah-langkah dan harapan pihak kecamatan Kota, minggu lalu saya kumpulkan semua Kepala Desa, kata Camat Rozi, dan saya minta meningkatkan kewaspadaan dampak dari cuaca ekstrim. Selanjutnya, saya minta melapor dikesempatan pertama ketika ada kejadian di wilayahnya, sekecil apapun.
Ditambahkan oleh Camat Rozi, “Sebulan lalu posko bencana kecamatan saya aktifkan kembali, agar memudahkan koordinasi lebih efektif serta mempercepat penanganan dampak bencana yang ada,” tambahnya.
Terkait persolan jebolnya tanggul sungai Made, Eko Widyanto Kepala Desa Made Kecamatan Lamongan, menyampaikan, “Berkaitan dengan cuaca ekstrim yang tidak menentu menjadikan perhatian kami Pemdes (Pemerintah Desa) Made dibantu Babinsa, Bhabinkamtibmas dan partisipasi masyarakat. Untuk selalu waspada dan antisipasi bahaya banjir khusunya akibat terkikisnya/jebolnya tanggul kali Plalangan sebelah utara dan selatan jembatan Made atau Tanjung.
“Adapun langkah yang telah kami lakukan berkaitan dengan kejadian banjir dan jebolnya tanggul sungai Made lusa adalah melakukan kerja bhakti bersama TNI dan masyarakat dibantu Dinas pengairan dengan alat beratnya untuk mekakukan perbaikan dan peninggian tanggul yang jebol, yang bersifat sementara.
Harapan Eko selaku Kepala Desa Made, “Untuk selanjutnya permohonan kami kepada Pemkab. Lamongan khususnya disampaikan kepada Dinas PU Pemberdayaan Sumber Daya Air (PSDA) Lamongan atau Dinas PU Pengairan agar ada tindakan pembangunan TPT (Tembok Penahan Tanah) dan peninggian (normalisasi) tanggul bagian utara dan bagian selatan jembatan kurang lebih 150 meter,” pinta Kepala Desa Eko.
Sebelumnya hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan Dr. Mugito saat simulasi tanggap darurat bencana daerah pada November lalu, pihaknya mengungkapkan ada puluhan desa di Lamongan yang rawan kena bencana hidrometeorologi. Puluhan desa tersebut berada di sekitar Sungai Bengawan Solo dan Sungai Bengawan Njero anak sungai Bengawan Solo.
“Daerah yang rawan terkena dampak itu adalah daerah yang ada di sepanjang aliran Bengawan Solo. Mulai dari Kecamatan Babat sampai ke Kecamatan Glagah. Lainnya yaitu di sepanjang Sungai Bengawan Njero, ada sekitar 75 desa di 9 kecamatan,” ujarnya.
Dari 9 kecamatan tersebut yakni Babat, Laren, Karanggeneng,Turi, Maduran, Sekaran, Kalitengah, Karangbinangun dan Glagah. Selain banjir, di 9 kecamatan ini juga rawan terjadi tanah longsor, di sepanjang tanggul-tanggul sungai tersebut.
“Ancaman bencana lain yang juga bisa terjadi di Lamongan adalah tanah longsor. Baik di sepanjang Bengawan Solo maupun daerah perbukitan seperti di Lamongan bagian utara dan selatan. Sedangkan untuk angin puting beliung ini bisa terjadi di wilayah dataran tinggi.
Selain itu, Mugito juga mengatakan, untuk mengantisipasi ancaman La Nina, pihaknya sudah melakukan berbagai langkah. Di antaranya bersama dinas dan instansi terkait melakukan normalisasi sungai dan pembersihan saluran irigasi yang ada di kawasan Kota Lamongan.
“Langkah antisipasi ini dilakukan agar jika nanti sewaktu-waktu prediksi BMKG tentang dampak La Nina benar terjadi, air bisa bergerak dengan lancar,” tambahnya.
“Fenomena La Nina dan dampaknya bisa terjadi di Lamongan. Berdasarkan perkiraan, puncak hujan di Lamongan akan terjadi pada Desember mendatang. Namun pada bulan-bulan selanjutnya siklus hujan masih akan tinggi.
“Puncak hujan diperkirakan Desember, namun pada Januari, Februari siklus hujan masih tinggi,” tandas Mugito seraya menghimbau kepada masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Karena dampak La Lina pasti diikuti efek lainnya seperti banjir, puting beliung atau petir.
(Ipl)