LAMONGAN, RadarBangsa.co.id — Akibat curah hujan bulan ini yang cukup tinggi dan adanya fenomena La Nina, menyebabkan potensi bencana hidrometeorologi datang lebih cepat.
Hal inilah yang menyebabkan banjir merendam tambak di Lamongan. Ini diakui oleh petani tambak di Lamongan.
Kali ini banjir terjadi di kawasan Bengawan Njero dan merendam ribuan hektar tambak.
Salah satu petambak asal Desa Putatkumpul, Kecamatan Turi Muji mengakui jika tambaknya terkena imbas meluapnya Sungai Bengawan Njero.
Disebutkan, hampir setiap tahun tambak-tambak yang ada di wilayahnya terendam banjir. “Banjir sudah lebih sepekan,” kata Muji. Rabu (29/12).
Dalam mengantisipasi ikan-ikan ditambaknya agar tidak terlepas, ujar Muji, warga sengaja memasang waring (jaring) di setiap pematang tambak mereka.
Akibat banjir ini, petani harus mengeluarkan biaya dan tenaga ekstra agar ikan-ikan budidaya mereka tetap aman.
“Kita keluarkan biaya ekstra untuk beli waring, dan juga biaya tenaga untuk memasang waring-waring ini,” kata Muji.
Menurutnya, banjir seperti ini hampir setiap tahun mereka alami jika musim hujan datang dan ditambah lagi jika ada tanggul sungai yang jebol. Setiap hari, mereka juga harus mengecek jaring-jaring ini agar tidak berlubang.
“Kami berharap agar banjir cepat surut, karena ikan-ikan dan udang ini juga masih kecil-kecil karena baru saja ditebar dan banjir datang.
Kecamatan Kalitengah menjadi salah satu desa dengan luasan sawah tambak terbanyak yang terendam banjir, yaitu mencapai 1.950 hektar sawah tambak di 17 desa.
Kemudian, 836 hektar sawah tambak di 8 desa di Kecamatan Karangbinangun, sawah tambak seluas 720 hektare di 9 desa di Kecamatan Glagah dan 618 hektare di 6 desa di Kecamatan Turi.
Tercatat ada 4.124 hektar tambak di 4 kecamatan,” kata Plt Kepala Dinas Perikanan Lamongan, Yuli Wahyuono kepada wartawan.
“Itu data yang kita dapatkan saat turun langsung ke lapangan melihat kondisi di wilayah Bengawan Njero.
Data yang dihimpun dari Dinas Perikanan Lamongan menyebutkan, ada 4 kecamatan terdampak banjir luapan Sungai Bengawan Njero. Yakni Kecamatan Kalitengah, Glagah, Turi dan Karangbinangun.
Dari data yang ada, lanjut Yuli, kerugian akibat banjir yang dialami petambak cukup tinggi, hampir Rp 19 miliar.
Luasan lahan sawah tambak yang terdampak, menurut Yuli, bisa lebih luas karena banjir hingga saat ini masih melanda wilayah Bengawan Njero,” ujar Yuli berharap agar banjir segera surut.