SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Dinas Pendidikan Kota Surabaya baru-baru ini menyelenggarakan pelatihan bertajuk “Merancang dan Mengembangkan Pembelajaran Berperspektif Anti Kekerasan” untuk anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) tingkat SMP di kota tersebut. Acara yang diadakan di kantor Dinas Pendidikan ini melibatkan para guru PPKn dari berbagai SMP, baik negeri maupun swasta di Surabaya. (08/08/2024)
Pelatihan ini adalah bagian dari upaya Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan nyaman dengan memperkenalkan modul ajar yang mencegah kekerasan. Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pendidikan, Ir. Yusuf Masruh, M.M., menekankan pentingnya pembaruan kompetensi guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku untuk menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman.
Tiga praktisi pendidikan berpengalaman diundang sebagai narasumber dalam pelatihan ini. Dr. Oksiana Jatiningsih, M.Si., membahas tentang bagaimana menciptakan interaksi berperspektif antikekerasan untuk mencapai lingkungan sekolah yang aman. Dr. Listyaningsih, M.Pd., memberikan materi tentang pengembangan kurikulum dan materi ajar dengan perspektif antikekerasan. Sedangkan Rianda Usmi, S.Pd., M.Pd., fokus pada pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan asesmen yang mengintegrasikan nilai-nilai antikekerasan.
Selama sesi awal, banyak guru mengklaim bahwa kekerasan tidak terjadi di sekolah mereka, biasanya karena kekerasan fisik yang lebih tampak jelas. Namun, diskusi lebih lanjut mengungkapkan bahwa kekerasan verbal dan simbolik sering kali tidak disadari. Oleh karena itu, pelatihan ini bertujuan untuk membantu guru mengenali tanda-tanda kekerasan dan menerapkan strategi intervensi yang efektif dalam desain materi ajar dan interaksi pembelajaran.
Pelatihan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam upaya jangka panjang untuk mengurangi kekerasan di sekolah serta mempromosikan budaya saling menghormati dan empati di kalangan siswa. Di akhir pelatihan, peserta diberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompok kecil untuk merancang perangkat pembelajaran yang berperspektif antikekerasan, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa di masing-masing sekolah. Peserta didorong untuk menciptakan materi yang tidak hanya informatif tetapi juga menarik, sambil mengintegrasikan nilai-nilai antikekerasan.