JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Keputusan Federasi Senam Internasional (FIG) yang memastikan Israel tidak akan berpartisipasi dalam Artistic Gymnastics World Championship 2025 di Jakarta mendapat dukungan dari Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan semangat politik luar negeri Indonesia yang berpihak pada nilai kemanusiaan dan menolak segala bentuk penjajahan.
“Ini bukan sekadar keputusan politik, melainkan panggilan kemanusiaan. Setiap manusia berhak hidup bebas dari kekerasan dan penindasan. Menolak kehadiran Israel adalah bentuk perlawanan moral terhadap ketidakadilan global,” ujar Lia, Sabtu (11/10).
Senator yang akrab disapa Ning Lia ini menjelaskan, sikap Indonesia memiliki dasar kuat dalam konstitusi. Pembukaan UUD 1945 secara tegas menolak segala bentuk penjajahan di dunia. Prinsip itu, kata dia, menjadi pijakan moral sekaligus arah kebijakan luar negeri Indonesia sejak masa Presiden Soekarno.
“Konstitusi kita jelas menyebutkan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Itu bukan sekadar kalimat simbolik, tapi mandat moral bangsa yang harus dijaga,” tegasnya.
Lia menambahkan, berbagai regulasi nasional seperti Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan kebijakan Kementerian Luar Negeri juga memberi dasar hukum bagi pemerintah untuk menolak entitas dari negara yang melakukan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia (HAM).
Ia menilai, sikap Indonesia konsisten dengan putusan sela Mahkamah Internasional (ICJ) yang menyerukan negara-negara anggota PBB mengambil langkah nyata terhadap Israel atas dugaan genosida terhadap warga sipil di Gaza.
“Penolakan terhadap atlet Israel adalah bagian dari sanksi moral global. Dunia olahraga tidak boleh netral terhadap kejahatan kemanusiaan. Jika Rusia bisa disanksi karena agresinya ke Ukraina, maka Israel seharusnya mendapat perlakuan yang sama,” ungkapnya.
Lia juga menegaskan bahwa langkah Indonesia tidak didorong oleh kebencian etnis atau agama, melainkan bentuk solidaritas terhadap bangsa Palestina yang terus mengalami penindasan.
“Ini bukan penolakan personal. Ini ekspresi solidaritas terhadap bangsa yang tertindas. Ketika kejahatan perang masih terjadi di Gaza, memberi ruang kepada Israel justru mencederai nurani kemanusiaan,” ujar putri ulama kharismatik KH Maskur Hasyim itu.
Senator yang dikenal aktif di isu kemanusiaan ini juga mengapresiasi konsistensi pemerintah Indonesia serta dukungan masyarakat luas, termasuk organisasi keagamaan seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah, dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
“Dunia tidak boleh diam. Boikot adalah bentuk sanksi damai yang bermartabat. Dari sikap seperti inilah kita menjaga martabat kemanusiaan,” pungkas Lia Istifhama.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin