Geliat Kopi dari Warung Cethe hingga Coffe Shop Kekinian

RadarBangsa.co.id – Kopi,Sebuah Potensi Tersembunyi Kopi merupakan salah satu minuman yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan ditumbuk menjadi bubuk ini telah menjadi warisan turun-temurun.

Bacaan Lainnya

Didukung dengan keadaan geografis Indonesia yang cocok sebagai habitat budidaya kopi, perkebunan kopi terus berkembang hingga Indonesia berhasil menduduki peringkat keempat sebagai produsen dan eksportir kopiterbesar di dunia.

Sejalan dengan hal ini, Jawa Timurmenempati posisi kelima sebagai produsen kopi dengan kontribusi sebesar 9,73% terhadap produksi kopi nasional.

Dengan total luas lahan perkebunan mencapai 106.564 ha, tingkat produktivitas kopi di Jawa Timur berkisar antara 0,5-0,6 ton/ha. Ini merupakan suatu potensi yang luarbiasa mengingat kopi dapat dianggap sebagai “komoditikedua yang diperdagangkan secara legal di Indonesia.

”Dukungan pemerintah dan pengelola perkebunan terkaitjuga diperlukan agar produksi kopi terus meningkat tidakhanya dari segi kuantitas, namun juga kualitas. Saat ini,jenis kopi yang paling banyak dibudidayakan adalah kopi Arabica dan kopi Robusta.

Namun, tidak menutupkemungkinan jenis-jenis kopi lainnya turut dibudidayakan,mulai dari kopi luwak yang memanfaatkan hewan luwak sebagai perantara, hingga kopi hasil modifikasi sepertikopi Ijo asli Kabupaten Tulungagung.

Di Tulungagung sendiri,potensi kopi bisa dibilang cukup besar dengan luas lahan perkebunan mencapai 761 ha (BPS Jatim 2017). 2006 20 07 2008 2009 2010 2011 2012 20 13 2014 2015 2016 2017 – 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Produksi Perkebunan Kopi Kabupaten Tulungagung Tahun 2006-2017 (Ton)Namun, produksi kopi di Tulungagung sendiri mengalami penurunan sejak tahun 2013.

Salah satu penyebabnya adalah cuaca yang berubah-ubah, apalagi kopi yang dibudidayakan di Tulungagung bukanlah jenis komoditi yang dapat dipanen sepanjang tahun.

Petani kopi harus bekerja ekstra agar penurunan ini tidak sampai berdampak pada persediaan kopi di pasar domestic maupun pasar ekspor. Untuk itu, salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan hilirisasi produk dari kopi mentah menjadi kopi olahan.

Tak terkecuali di Tulungagung, kebutuhan kopi diprediksi akan terus meningkat mengingat Tulungagung sendiri menyandang predikatsebagai Kota Seribu Warung Kopi.

Dari Warung Cethe hingga Coffe Shop Kekinian Warung kopi dapat ditemui hampir di setiap desa diTulungagung.

Meningkatnya jumlah warung kopi diKabupaten Tulungagung tentunya harus diiringi dengan peningkatan produksi kopi dari wilayah sendiri agarmampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

Kini, kopi tidak hanya dijual di warung-warungkopi, namun mulai merambah ke dalam bentuk yang lebih eksklusif lewat masuknya bisnis coffee shop kekinian.

Kedai Kosim, Rumah Putih, Janji Jiwa, Foresthree, dansederet coffee shop kekinian mulai menyebar di beberapa wilayah.

Keberadaan coffee shop ini nyatanya tidak memunculkan adanya persaingan, justru meningkatkan konsumsi kopi masyarakat Tulungagung sendiri, yangberarti turut meningkatkan geliat perekonomian daerah.

Harga yang terjangkau membuat kopi menjadi pilihanminuman yang digemari banyak kalangan. Sajian menukopi yang semakin banyak juga menjadi daya tarik yang memancing masyarakat untuk mengonsumsi kopi.

Masyarakat yang sebelumnya jarang mengonsumsi kopiyang biasa dijual di warung cethe –sebutan warung kopi diTulungagung – mulai gemar mengonsumsi kopi dalam bentuk kopi kemasan yang tersedia di coffee shop kekinian. Pangsa pasar yang berbeda menyebabkan warung cethe maupun coffee shop tetap ramai dipenuhi pengunjung.

Coffee shop kekinian yang banyak menyasar kawula muda tidak lantas menjadikan warung cethe sepi peminat.

Apalagi, adanya kebiasaan nyethe-istilah untuk mengoleskan ampas kopi pada rokok- membuat warung cethe tak pernah sepi pengunjung.

Warung cethe pun tidak hanya didominasi oleh orang dewasa, namun juga anak-anak muda yang memang menjadi penikmat cethe sejaklama. Cethe sudah dianggap sebagai “ikon” dan antusiasme masyarakat untuk melestarikannya sangat besar, salah satunya dengan adanya lomba lukis cetheyang digelar tiap tahun.

Apalagi, adanya media sosial saatini turut membantu proses pemasaran, tidak hanya untuk pemasaran produk kopi olahan seperti Kopi Ijo, namun juga budaya cethe itu sendiri, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa bisnis kopi ini dapat menjadi potensi wisata di masa depan.

Keberadaan bisnis sejenis yang mampu berjalan berdampingan ini hendaknya bisamenjadi perhatian pemerintah untuk mengarahkan agar keberadaan bisnis-bisnis kopi ini memanfaatkan kopi asliKabupaten Tulungagung.

Hal ini akan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak, tidak hanya pelakubisnis kopi, tetapi juga petani kopi di Kabupaten Tulungagung.

Kopi, Peluang Bisnis MenjanjikanNgopi, istilah untuk kegiatan minum kopi, acap kali kita temui dalam keadaan santai maupun resmi. Kopi tersedia dari mulai rapat resmi hingga hajatan, dari mulai nongkrong hingga membahas pekerjaan.

Batas antara minum kopi sebagai budaya dan kebutuhan sudah semakintipis. Ibaratnya, tidak lengkap rasanya memulai hari tanpa minum kopi, bagi sekelompok orang yang terbiasa menjadikan kopi sebagai sarapan pagi. Kopi bukan hanya sebagai pemanis konsumsi, tetapi juga sebagai pengiringdiskusi.

Keberadaan kopi yang semakin diminati tentunya menjadi sebuah peringatan agar produksi kopi terus ditingkatkan, tidak hanya dari segi kualitas, namun jugakuantitas.

Penyajian kopi yang semakin bervariasi menjadi penanda bahwa bisnis kopi menjadi sebuah peluang menjanjikan, mengingat pangsa pasar kopi tidak mengenal usia dan semakin bertambah jumlahnya dari tahun ketahun.

Bisnis kopi tergolong mudah didirikan dan mudah dijalankan,baik dari skala rumahan hingga skala besar,dari bisnis yang dijalankan sendiri hingga bersama rekanan.

Bisnis kopi tidak pernah mati,demikian juga dengan budidaya kopi. Peningkatan jumlah warung kopi merupakan peluang untuk memperluas pasar kopi asli Kabupaten Tulungagung.

Hal ini juga memudahkan pebisnis kopi karena menghemat biaya transportasi untuk mendapatkan kopi sebagai bahan modal utama bisnis mereka.

Namun,hubungan saling menguntungkan ini tentunya harus disertai adanya kontrol dari pemerintah setempat agar tidak terjadi permainan harga antara pebisnis dan petani kopi dan harga jual kopi mampu bersaing di harga pasar.

Dukungan pemerintah juga diperlukan agar petani tidak berjalan sendirian, seperti mengadakan pelatihan budidaya untuk petani lokal,kemudahan akses pembiayaan, dan kemudahan aksespasar.

Selain itu,adanya penyerapan produksi kopi dari pebisnis lokal akan meningkatkan semangat petani kopi setempat untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopinya.

Keadaan geografis yang mendukung, ketersediaan lahan dan pengelola, pangsa pasar yang semakin besar dari tahun ke tahun, kerja sama yang baik antara petani dan pemerintah, hingga peluang bisnis yang terus ada hendaknya bisa mendorong pertumbuhan produksi kopi di Indonesia.

Penulis : Choirul Ummah ( Mahasiswa Politeknik Statistika STIS )

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *