SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Hari Pahlawan Nasional merupakan salah satu bukti rangkaian perjuangan rakyat Indonesia dalam menghadapi para penjajah. Perjuangan arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan kala itu, menjadikan tiap tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Untuk itu, pakar sejarah UNAIR, Prof Purnawan Basundoro SS MHum memberikan pandangan mengenai hal itu pada Kamis (9/11/2023). Dalam kesempatan tersebut, Prof Purnawan mengatakan, substansi Hari Pahlawan adalah momen untuk memperingati tekad dan perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah.
“Substansi awalnya tentu adalah untuk memperingati tekad dan perjuangan rakyat Indonesia dalam menghadapi penjajah. Terkait peringatan setiap tanggal 10 November adalah sebagai simbol, tapi yang terpenting yaitu tekad untuk melawan penjajah di mana pun,” tutur Dekan FIB UNAIR tersebut.
Pahlawan Masa Kini
Prof Purnawan menjelaskan, pahlawan zaman dulu adalah seseorang yang berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia dengan penuh tekad dan semangat. Namun, lanjutnya, pahlawan masa kini adalah seseorang yang melakukan sesuatu melampaui kewajibannya dan menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi umat manusia.
“Kalau sekarang yang disebut pahlawan itu memiliki perspektif yang lebih luas. Hal itu karena, apa yang dihadapi berbeda. Sehingga, para inovator yang bisa menyelesaikan permasalahan bangsa inilah yang disebut pahlawan,” terang Prof Purnawan.
Prof Purnawan menambahkan, berdasarkan hal tersebut, arti pahlawan itu berkaitan berdasarkan keadaan yang dihadapi. Hal itu, lanjut Prof Purnawan, permasalahan yang ada setiap zaman belum tentu sama.
Warisan Pahlawan untuk Anak Muda
Prof Purnawan mengatakan, untuk mewarisi tekad para pahlawan, anak muda khususnya mahasiswa harus menjadi kontributor dalam melakukan tindakan positif untuk bangsa. Anak muda, lanjutnya, harus bisa berpikiran kritis untuk menyuarakan aspirasi rakyat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada bangsa ini.
“Untuk mewarisi tekad para pahlawan, para anak muda harus berpikiran kreatif dan berinovasi untuk memajukan bangsa ini. Selain itu, berpikir kritis dalam melihat permasalahan bangsa lalu menyuarakan untuk kepentingan rakyat juga sangat perlu,” tutur Guru Besar Sejarah itu.
Prof Purnawan menambahkan, apalagi pada tahun 2045 Indonesia memiliki bonus demografi, yang mana itu adalah usia emas untuk para pemuda masa kini. Hal itu, lanjutnya, butuh persiapan dengan serius, karena jika tidak, hal tersebut hanya menjadi bonus sia-sia belaka.