KEDIRI, Radar Bangsa.co.id – Ketika Bangsa Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan Ke-78, ternyata masih ada warga yang hidupnya belum merdeka dari himpitan ekonominya. Setidaknya hal itu dialami oleh Suprihatin, janda berusia 56 tahun yang tinggal bersama putrinya Sunarsi (33 tahun), terpaksa harus tinggal di gubuk berukuran 1,8 meter persegi yang terbuat dari anyaman bambu dan plastik.
Mendapat kabar ada warga yang hidup di tempat tidak layak huni, Wakil Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Kediri, Drs. H. Lutfi Mahmudiono mengaku kaget, dan langsung mendatangi rumah di Dusun Purworejo RT. 004 RW. 009 Desa Punjul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis, 17 Agustus 2023.
Saat itu Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Kediri yang akrab disapa Pak Lutfi hadir bersama Kepala Desa Punjul, Sulistono, dan Pembantu Kasun Purworejo, Srianto, menemui Suprihatin dan Sunarsi untuk memberikan bantuan serta mencarikan solusi supaya dapat mempunyai Rumah Layak Huni.
“Ketika saya mendapatkan kabar tentang kehidupan Bu Supriatin dan putrinya, saya kaget dan langsung ingin melihat kondisi sebanarnya. Hari ini saya diantar oleh Pak Kades dan Pak Wo lihat ke lokasi dan kita bertemu Bu Supriatin, ternyata disini sebetulnya harus ada langkah bagaimana agar mempunyai rumah yang lebih layak,” katanya.
Pak Lutfi juga mengatakan, bawasannya Bu Supriatin ini juga sudah banyak mendapatkan bantuan dari pemerintah dan sudah ditawari untuk dipindahkan ke rumah desa, akan beliau tetapi tidak mau pindah, dan memilih untuk tetap tinggal di gubuk miliknya sendiri.
“Tadi juga sudah disampaikan, bahwa Bu Supriatin ini juga masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Intinya bantuan dari pemerintah, cuma ini problemnya yang harus dibantu untuk bisa mendapatkan rumah yang layak. Setelah kita lihat, insya Alloh masih ada harapan bagaimana untuk mendapatkan rumah yang layak huni yang nanti tentu kita kordinasikan bersama pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Punjul, Sulistono menjelaskan, selama ini Supriatin dan Sunarsi juga menjadi perhatian pemerintah desa dan selalu mendapatkan bantuan dari desa maupun dari pemerintah daerah.
“Cuma Bu Sunarsi ini agak keterbelakangan SDM. Selama ini untuk bantuan dari atas, Bu Sunarsi tetap mendapatkan, bahkan beliau juga mempunyai Kartu KIS, masalah bantuan-bantuan yang lain itu difasiliatasi, hanya saja berkaitan dengan rumah, itu memang lokasinya yang seperti ini, cuma tinggal 1,8 meter,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pembantu Kasun Purworejo, Srianto, bahwa pemerintah desa dari pimpinan kades yang dahulu sebenarnya juga sudah banyak mengusulkan relokasi bagi Supriatin, akan tetapi ditolak oleh putrinya, Sunarsi.
“Sebetulnya kita juga memfasilitasi untuk bantuan bedah rumah. Jadi, dari pemerintahan yang dulu itu sudah berupaya ditempatkan di tanah desa dibangunkan rumah, tapi Bu Sunarsinya tidak mau. Sementara rumah desa inikan sebenarnya ada dua rumah, yang satu ditempati pendatang dari Kalimantan, satunya lagi masih kosong disana,” ucapnya.
Ditambahkan Srianto, selama ini banyak bantuan yang diterima oleh Supriatin, mulai bantuan dari pemerintah desa sampai pemerintah provinsi berupa Kambing Etawa, dan untuk saat ini yang masih aktif yaitu bantuan BPNT.
“Kemarin juga mendapatkan bantuan beras dari desa, Kambing Etawa juga mendapatkan, untuk sumbangan juga banyak mendapatkan. Tapi kemarin waktu bedah rumah dari kabupaten, karena untuk lahannya itu tidak mencukupi, akhirnya saya alihkan. Sebab syaratnya bedah rumah harus mempunyai lahan 3 X 6 atau 4 X 5, sementara rumahnya jelirit memajang. Jadi kita juga kebingungan,” pungkasnya.