NGANJUK, RadarBangsa.co.id – Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu daerah dengan potensi pariwisata unggulan, terutama sektor pegunungan yang menjadi daya tarik wisatawan. Namun, kondisi infrastruktur jalan di beberapa ruas kabupaten dan akses menuju tempat wisata masih menjadi masalah yang serius. Banyak jalan yang mengalami kerusakan parah, terutama di daerah pedesaan yang menjadi pintu masuk utama menuju destinasi wisata, seperti Bajulan dan Jolotundo di Kecamatan Loceret.
Pantauan pada hari Jumat (18/10/2024) di beberapa titik akses jalan menuju objek wisata menunjukkan kondisi yang sepi dari wisatawan. Hanya ada beberapa wisatawan lokal yang sedang melakukan perjalanan di tengah hutan. Namun, jalan yang rusak dan berlubang menjadi kendala besar bagi pengendara motor maupun sepeda. Jalanan yang tidak rata dengan lubang-lubang di sepanjang desa menuju tempat wisata sering kali mengganggu kenyamanan wisatawan.
Kondisi ini terlihat jelas di Desa Karangsono, Kecamatan Loceret, yang merupakan pintu masuk menuju wisata Bajulan dan Jolotundo. Beberapa titik lainnya, seperti di Desa Genjeng, juga mengalami kerusakan parah, dengan jalan yang tidak rata dan berlubang. Ketika hujan turun, jalan berlubang ini berubah menjadi kubangan air dengan kedalaman mencapai 30 hingga 50 cm, yang semakin memperburuk kondisi akses bagi wisatawan.
Dzulfi (30), wisatawan asal Jombang, mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi jalan yang rusak ini. “Seharusnya akses jalan menuju tempat wisata menjadi prioritas pembangunan. Ini kan jalan umum yang dilalui banyak orang, mestinya diperhatikan kualitasnya,” ujar Dzulfi saat ditemui di lokasi. Ia juga menambahkan, jika wisatawan ramai, kondisi jalan berlubang ini akan menyebabkan kemacetan, karena pengendara harus menghindari lubang-lubang tersebut.
Hal senada diungkapkan oleh Susilo (28), wisatawan asal Madiun. Ia mengaku meskipun jalan berlubang tidak sepanjang jalur menuju wisata, namun tetap mengganggu kenyamanan. “Ada beberapa titik jalan yang berlubang, dan kadang-kadang lubangnya berada di tengah-tengah jalan, jadi kita harus menghindar,” ucap Susilo.
Tidak hanya wisatawan yang merasakan dampaknya, warga sekitar juga turut mengeluhkan kondisi ini. Supar (45), warga Desa Karangsono, mengatakan bahwa jalan rusak di area wisata Bajulan dan Jolotundo sudah lima tahun belum diperbaiki. “Awalnya hanya lubang kecil, tapi seiring waktu semakin besar. Tempat ini kan sering dikunjungi wisatawan, jadi mestinya segera diperbaiki. Ini kan ibarat wajah pariwisata Nganjuk,” katanya.
Supar juga menambahkan bahwa saat hujan turun, kondisi jalan semakin parah karena genangan air dan lumpur yang membuat jalan semakin sulit dilalui. “Kalau musim liburan, pasti bikin macet. Banyak kendaraan yang harus pelan-pelan karena jalan rusak,” jelasnya.
Menanggapi keluhan ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk, Sri Handariningsih, membenarkan bahwa memang ada kerusakan jalan di sepanjang jalur menuju objek wisata Bajulan dan Jolotundo. “Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman untuk pemeliharaan jalan, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut,” ungkap Sri Handariningsih.
Menurutnya, kerusakan paling parah terjadi di Desa Karangsono dan Desa Genjeng, yang memang sering dikeluhkan oleh wisatawan. “Jika kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan semakin menghambat akses wisatawan dan berdampak pada penurunan jumlah pengunjung ke tempat-tempat wisata unggulan di Nganjuk,” tambahnya.
Penanganan kondisi jalan rusak ini dinilai sangat mendesak untuk memastikan kenyamanan wisatawan dan mendukung perkembangan pariwisata di Kabupaten Nganjuk. “Kami harap segera ada tindakan untuk memperbaiki jalan, apalagi jika musim hujan, jalan semakin tidak bisa dilalui,” tutup Sri Handariningsih.
Penulis : Indar
Editor : Zainul Arifin