Jawa Tengah Gudang Tanaman Jamu

JAWA TENGAH, RadarBangsa.co.id – Biofarmaka merupakan tanaman yang masuk dalam sub sektor hortikultura.

Menurut Badan Pusat Statistik tanaman biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, buah, umbi (rimpang ) ataupun akar.Tanaman biofarmaka dalam bahasa jawa biasa disebut empon-empon.

Bacaan Lainnya

Jenis tanaman yang masuk dalam cakupan tanaman biofarmaka diantaranya adalah jahe, kencur, kunyit, lempuyang dan lengkuas.

Perubahan pola hidup menjadi back to nature serta mahalnya obat-obatan modern menyebabkan tanaman biofarmaka menjaditerkenal dan permintaannya meningkat.

Perusahaan industri obat dan industri farmasi menyerap produksi tanaman biofarmaka hingga mencapai 63%, sementara 23% merupakan konsumen rumah tangga dan 14% untuk ekspor.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2016, perusahaan IOT dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) di Indonesia sebanyak 112 perusahaan.

Sementara itu, hingga tahun 2015 jumlah Usaha Kecil Obat Tanaman (UKOT) dan Usaha Ernawati Munadi 4 Mikro Obat Tradisional (UMOT) mencapai 828 perusahaan.

Meskipun memiliki peluang yang sangat luar biasa dalam budidaya tanaman biofarmaka, Indonesia masihmenghadapi banyak kendala dalam hal produksi.

Beberapa kendala tersebut antara lain penyelenggaraan kegiatan budidaya tanaman obat yang belum profesional (diperkirakan 90% bahan baku masih berasal dari tumbuhan liar, hutan dan hasil pekarangan), ketidakmampuan petani dalam menjaga kualitas dan mutu tanaman obat yang disebabkan oleh minimnya bimbingan dan pelatihan yang diberikan kepada petani, dan masih minimnya perhatian industri tanaman obat terhadap hasil-hasil penelitian ilmiah dalam upaya pengembangan produk dan pasar.

Disamping kendala-kendala tersebut, salah satu kendala lainnya yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah dukungan pembiayaan dalam mengembangkan usaha agribisnis, terutama untuk petani skala kecil.

Di Indonesia daerah penghasil tanaman biofarmaka terbesar ada di Provinsi Jawa Tengah.

Hal ini dapat dilihat dari sekitar 676 ribu ton tanaman yang dihasilkan di Indonesia pada tahun 2018, 57 ribu ton diantaranya berasal dari Provinsi Jawa Tengah.

Dari seluruh kabupaten atau kota yang ada di Jawa Tengah hanya Kota Magelang, Surakarta, Pekalongan dan Tegal yang tidak memilikiproduksi tanaman biofarmaka. Daerah penghasil di Jawa Tengah yang paling besar ada di Kabupaten Wonogiri.

Pada tahun 2017 Kabupaten Wonogiri menghasilkan kurang lebih 34 ribu ton dan pada tahun 2018 turun menjadi sekitar 31 ribu ton .

Penurunan inidikarenakan lahan yang digunakan untuk menanam juga mengalami pengurangan.

Dari seluruh kecamatan yang ada di Wonogiri Kecamatan Kismantoro yang hasil produksinya paling besar.

Setidaknya 8 ribu ton dihasilkan pada tahun 2017 dan 10 ribu tontanaman biofarmaka di hasilkan di Kecamatan Kismantoro pada tahun 2018.

Jahe merupakan komoditas yang produksinya paling banyak dari semua jenis tanaman yang masuk dalam jenis tanaman biofarmaka.

Dibandingkan dengan beberapa negara penghasil jahe di dunia, Indonesia merupakan negara terbesar ke empat penghasil jahe setelah Tiongkok, India, dan Nepal.

Jahe banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional karena manfaatnya seperti mengurangi gangguan pencernaan, menyembuhkan mabuk ketika berpergian menggunakan kendaraan, mengurangi peradangan dannyeri, migrain, mencegah kanker, dan meningkatkan system kekebalan tubuh.

Produksi jahe di Jawa Tengah sendiri dari tahun 2014hingga tahun 2016 selalu mengalami kenaikan namun pada tahun 2017 dan 2018 mengalami penurunan. Total produksi jahe daritahun 2014 hingga tahun 2018 adalah 178 ribu ton.

Komoditas terbanyak kedua yaitu kunyit dengan total produksi tidak kurang dari 25 ribu ton untuk setiap tahunnya pada 2014 hingga 2018.

Total produksi kunyit di Jawa Tengah dari tahun 2014 hingga tahun 2018 adalah 148 ribu ton. Kunyit sangat bermanfaatuntuk kesehatan karena fungsinya sebagai anti oksidan, anti inflamasi, anti tumor, anti mikroba, pencegah kanker, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.

Tidak heran mengapa kunyit menjadi komoditas dengan produksiterbanyak kedua karena permintaan dari masyarakat dan industri juga tinggi.

Lengkuas sebagai komoditas terbesar ketiga dengan total produksi tidak kurang dari 15 ribu ton untuk tiap tahunnya dari 2014hingga 2018 dengan total produksi yang mencapai setidaknya 80 ribu ton.

Sebagai tanaman obat lengkuas mempunyai banyak kasiatantara lain sebagai immunomodulator atau peningkat daya tahan tubuh, penurun tekanan darah tinggi, dan meningkatkan kesuburan pada pria.

Komoditas terbesar keempat adalah kencur dengan total produksi dari tahun 2014 hingga 2018 adalah sebesar 42435926 kg.

Sebagai tanaman obat, kencur mempunyai banyak manfaat seperti penambah nafsu makan, influenza, masuk angin, diare, batuk,kencing batu, keseleo, radang lambung, sakit kepala, menghilangkan darah kotor, memperlancar haid bagi wanita dan penambahstamina tubuh.

Untuk produksi keseluruhan yang ada di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 112 ribu ton turun menjadi 93 ribu tonpada tahun 2015.

Kemudian pada tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi 101 ribu ton dan mulai mengalami penurunan pada tahun2017 menjadi 99 ribu ton. Pada tahun 2018 tetap mengalami penurunan lagi yaitu menjadi 57 ribu ton tanaman.

Penurunan pada tahun 2016 hingga tahun 2018 disebabkan karena berkurangnya lahan yang tersedia untuk menanam tanaman biofarmaka.

Oleh karena itu diperlukan kebijakan dari pemerintah agar dapat meningkatkan produksi tanaman biofarmaka dengan lahan yang terbatas agar dapat digunakan untuk menyokong kesehatan nasional.(Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *