KEDIRI, RadarBangsa.co.id – Ribuan warga masyarakat di wilayah Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jum’at (8/11), mengikuti kegiatan Sholat Tahajjud bersama Ketua TP3 (Tim Pertimbangan, Percepatan dan Pembangunan) Kabupaten Kediri, Ir. H. Sutrisno, MM.
Para jamaah yang hadir sekitar jam 01.00 WIB di Mushola Al Ikhlas Balai Desa Bendo tersebut ada yang menggunakan kendaraan sendiri-sendiri, ada juga yang rombongan menaiki mobil ELF maupun pick-up, dan sebagian lagi menggunakan kereta kelinci.
Berhubung banyaknya jamaah, sehingga banyak yang terpaksa harus melakukan Sholat Tahajjud di halaman Kantor Desa Bendo, bahkan ada yang berada di jalan. Namun hal itu tidak mengurangi kekhusu’an dalam menjalankan ibadah sholat malam.
Ir. H. Sutrisno, MM, dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan Tahajjud keliling ke desa-desa ini merupakan perjuangan untuk mengajak berbuat baik kepada orang lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.
“Kalau bukan karena menjalani perintah Allah SWT, ya saya tidak perlu datang ke desa-desa pada malam hari untuk mengajak Tahajjud, tetapi cukup sholat di rumah saja. Menurut hemat saya, hidup itu bukan hanya untuk kepentingannya pribadi, tetapi justru yang utama selama hidup harus memperjuangkan perintah Allah SWT supaya juga dijalani oleh orang lain,” urainya.
Menurutnya, saat melakukan Tahajjud dengan mengajak tetangga atau siapa saja itu harusnya diniati berjuang dan mendoakan orang lain. Setelah itu baru niat kedua adalah untuk dirinya sendiri yang memang ingin menghadap kepada Allah SWT dengan Tahajjud.
Mantan Bupati Kediri dua periode (2000-2010) ini juga berpesan agar warga masyarakat membentuk jamaah-jamaah Sholat Tahajjud seminggu atau dua minggu sekali, untuk mengingatkan supaya nantinya juga terbiasa menjalaninya di rumah masing-masing.
“Kalau kita hanya melakukan sholat sendiri tanpa mau mengajak orang lain, itu berarti hanya mementingkan diri sendiri supaya dekat dengan Allah SWT, tetapi orang lain dibiarkan. Padahal mengajak orang lain itu adalah bentuk taat terhadap perintah Allah SWT,” terangnya.
Pria yang hobby makanan khas Kediri (Sambal Tumpang) ini juga menyampaikan, apabila Bupati Kediri 2020 nanti tidak mau mengajak masyarakat untuk bertahajjud, maka hal ini merupakan sebuah kecelakaan atau musibah.
“Kalau bupatinya nanti tidak mau mengajak Tahajjud, kira-kira camat dan perangkat desanya juga tidak, bahkan tidak ada yang mengingatkan untuk melakukan sendiri, berarti hubungan kita dengan Allah SWT itu semakin jauh. Karena jiwa untuk mengajak orang lain berbuat baik itu menurun,” kata Sutrisno.
Maka dari itu, beliau mengajak untuk berdo’a agar pada tahun 2020 nanti tidak bertemu bupati yang tidak mau mengajak Tahajjud. “Coba bayangkan, ketika kita sudah terbiasa untuk bertahajjud kemudian terputus, itu adalah kecelakaan dan musibah. Padahal seharusnya, semakin hari kita harus semakin dekat dengan Allah SWT,” ungkapnya.
Beliau juga menyampaikan, jaman sekarang banyak manusia yang munafik, bisa ngomong tetapi tidak bisa menjalaninya. Mayoritas mereka mendahulukan politik, bukan urusan Allah SWT. Mendahulukan kepentingan duniawi, bukan memperjuangkan perintah-Nya.
“Saya sangat kasihan dengan makhluq yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Bahkan ada Tahajjud seperti ini, sudut pandangnya politik. Ini sebenarnya jiwanya mengerikan. Mereka juga memfitnah bahwa Tahajjud anggarannya besar, dan ditulis di media. Apa tidak takut dengan Gusti Alloh,” ucapnya sambil geleng-geleng kepala.
Ditambahkan Sutrisno, kedatangnya ke tempat sholat malam itu tidak ada yang membayar dan dirinya tidak pernah mau dibayar. Namun malah difitnah. “Namun saya hanya ingin berjuang dengan ikhlas mendekatkan masyarakat kepada Allah SWT agar semuanya selamat dunia akhirat,” tuturnya.
Seusai sambutan dari Ir. H. Sutrisno, MM, selanjutnya dilaksanakan Sholat Taubat, Tasbih, Tahajjud, Witir, dan dilanjutkan dengan Sholat Subuh berjamaah. Sebelum Sholat Tahajjud dimulai, KH. Imam Thohari menyampaikan, agar jamaah berniat untuk kebaikan seluruh warga Bendo, serta semua pejabat mulai tingkat RT, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat.
Imam sholat malam ini juga menyampaikan salam dari Mujahid yang meminta dido’akan agar berhasil dalam pencalonannya sebagai Bupati Kediri tahun 2020. “Pak Mujahid, teman kita yang biasanya ikut kegiatan Sholat Tahajjud, hari ini kirim salam dan mohon dido’akan supaya dalam pencalonan beliau menjadi Bupati Kediri berhasil,” katanya.
Sementara itu, Ir. H. Sutrisno, MM, dikonfirmasi seusai Sholat Subuh di Mushola Al Ikhlas Balai Desa Bendo mengatakan, bahwa orang yang mengatakan kalau kegiatan sholat malam tersebut menggunakan APBD mencapai Rp. 1.4 milyar, adalah fitnah.
“Dalam kegiatan sholat malam ini saya tidak pernah mau digaji, tetapi malah mengeluarkan uang pribadi. Bahkan untuk kegiatan Sholat Tahajjud di Pendapa Kabupaten Kediri yang dilaksanakan setiap malam Jum’at itu juga saya biayai sendiri dari uang perusahaan pribadi saya. Jadi kalau dikatakan menghabiskan APBD besar, itu fitnah,” katanya seraya menambahkan terpaksa hal ini diungkapkan agar semua mengetahui yang sebenarnya.
Pencetus KBBS (Kelompok Bimbingan Belajar Sholat) ini juga menjelaskan, sebenarnya orang menyebar fitnah bahwa kegiatan Tahajjud menggunakan APBD itu adalah munafik, dan hanya menghambat orang beribadah saja.
“Orang yang bilang kegiatan ini menggunakan APBD seperti itu adalah orang munafik. Mereka tidak tahu sendiri kok bisa bilang begitu. Berarti hanya menghambat orang beribadah. Orang yang menghambat Tahajjud itu adalah orang yang tidak bertuhan. Orang kok tidak takut kepada Tuhan,” ucapnya.
Ketika ditanya apakah menantu Rahmadi Yogiantoro atau anak keduanya, Eggy Adityawan yang digadang-gadang masyarakat untuk melanjutkan sebagai bupati 2020 jadi mencalonkan diri, suami Bupati Kediri, dr. Hj. Haryanti Sutrisno ini dengan tegas menyatakan, mereka tidak akan mencalonkan menjadi bupati, karena masih sibuk mengurus perusahaan banyak.
Pak Tris, panggilan akrab Ir. H. Sutrisno, MM ini mengaku dirinya mendukung pasangan Drs. Mujahid, MM dan Drs. Eko Ediono, M.Si yang telah mendaftarkan diri di DPC PDI Perjuangan untuk menjadi bupati pada Pilkada Serentak 2020.
“Pak Eko itu keluarga saya. Makanya saya mendukung Pak Mujahid dengan Pak Eko Ediono, karena mereka merupakan pasangan yang bermoral. Kalau Kabupaten Kediri dipimpin oleh orang tidak bermoral, nanti rakyatnya akan remek,” tuturnya.
Ditambahkan Pak Tris, pembangunan di Kabupaten Kediri selama ini berjalan dengan pesat, dari daerah yang tidak begitu dilihat oleh daerah lain, sekarang sudah menjadi perhatian luas, bahkan internasional dengan monumen Simpang Lima Gumul nya, dan sebentar lagi juga akan ada pembangunan Bandara yang lebih besar dari Bandara Juanda.
“Makanya harus ada yang meneruskan dengan benar, agar Kabupaten Kediri semakin baik dan semakin maju,” pungkasnya. (Jay)