SIDOARJO, RadarBangsa.co.id- Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa tegas meminta Satgas Pangan dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) turun langsung mengecek ketersediaan gula di gudang-gudang dan pabrik-pabrik. Hal itu menyusul adanya kenaikan harga gula dan diikuti dengan kelangkaan gula di sejumlah titik di Jawa Timur.
Meski begitu Khofifah memastikan bahwa stok persediaan gula di Jatim pada posisi aman. Bahkan kondisinya saat ini Jawa Timur ada dalam kondisi surplus hingga bulan Mei mendatang saat musim giling tiba.
“Ketersediaan gula di beberapa titik Jatim dalam seminggu ini mengalami kelangkaan di pasar. Maka berdampak ke harga yang mengalami kenaikan,” ucap Khofifah. Sabtu, (18/1/2020).
“Sejak Selasa lalu saya sudah meminta ke Bulog, PTPN X dan pabrik gula Rajawali untuk melakukan operasi pasar,” terang Khofifah.
Lebih lanjut, mantan Menteri Sosial ini menegaskan, pada dasarkan stok gula di Jawa Timur dalam kondisi aman, bahkan surplus. Berdasarkan produksi gula tahun 2019 dari delapan pabrik gula di Jatim ada produksi sebanyak 1.046.855 ton dalam setahun.
Saat ini persediaan gula di Jatim masih ada 185.785 ton. Hingga bulan Mei 2020 mendatang, konsumsi gula Jatim diperkirakan sebanyak 175.500 ton. Sehingga terdapat surplus 10.000 hingga musim giling bulan mei tiba.
“Kita sebetulnya masih surplus 10.000 ton, tapi posisi saat ini baik di gudang Bulog maupun PTPN X serta gudang pabrik guka lainnya saya minta ada pengecekan stok apakah ada gula yang sudah kontrak jual beli dengan daerah lain terutama 16 provinsi yang logistiknya memang 80 persennya disuplai dari Jawa Timur atau ada yang sengaja menimbun,” tebar Khofifah.
Oleh sebab itu Khofifah meminta agar Satgas dan KPPU untuk turun langsung mengecek gudang-gudang pabrik gula baik BUMN maupun swasta dan juga mengecek gudang Bulog. Hal ini dilakukan juga mengecek jika masih ada stok gula yang masih bisa dimaksimalkan untuk dijual ke pasar dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Saya minta Satgas Pangan dan KPPU untuk melakukan pengecekan dan monitoring. Adakah potensi gula yang masih bisa diedarkan ke pasar,” paparnya.
Kemudian, bersama dengan Disperindag Jatim ia juga meminta segera melakukan koordinasi dengan pabrik gula, serta memastikan adanya sisa tebu yang belum digiling. Dan juga mendorong pabrik gula dan distributor pedagang untuk mengeluarkan stok yang ada di gudang untuk distribusikan ke pasar.
“Hal ini bertujuan untuk bisa memaksimalkan penggilingan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengecekan ulang agar bisa maksimal,” imbuhnya.
Sebagai upaya memastikan stok gula aman, dalam bulan ini pihaknya akan melakukan operasi pasar di seluruh kabupaten kota bekerjasama dengan pabrik gula, PTPN, distributor dan Bulog dimulai tanggal 14 Januari 2020. Untuk mengawali langkah tersebut, pada hari ini dirinya melakukan operasi pasar di Pasar Ngaban Sidoarjo dan Pasar Ngimbang Kabupaten Lamongan.
Sementara itu, sebagai bentuk antisipasi apabila ada oknum pengusaha yang melakukan penimbunan, Gubernur Khofifah sudah meminta kepada Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak untuk berkoordinasi dengan wakapolda Jatim.
Pemprov Jatim ingin melakukan langkah-langkah penegakan peraturan yang sudah ditetapkan agar tidak ada oknum yang memanfaatkan kesempatan untuk melakukan penimbunan.
Sementara itu, kelangkaan cabai yang terjadi akhir-akhir ini, juga menjadi perhatian Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Menurutnya, kelangkaan cabai di setiap awal musim hujan dikarenakan situasi alam. Ada beberapa wilayah yang terendam banjir, sehingga mempengaruhi luasan panen cabai.
Dirinya menjelaskan, di awal musim hujan, dipastikan ada penurunan produksi cabai. Meskipun terjadi penurunan produksi, Khofifah memastikan bisa mensuplai kebutuhan cabai di Jatim dan provinsi lain.
“Dilihat luas lahan yang ditanami cabai, wilayah di Jatim sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan. Di Jatim ada lima ribu hektar lahan yang ditanami cabai. Luas tersebut jauh diatas yang dibutuhkan,” tutup Khofifah. (Ari)