SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Menjelang puncak musim hujan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menekankan pentingnya kesiapsiagaan terpadu seluruh elemen daerah. Dalam Apel Kesiapan Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi di Mapolda Jatim, ia menegaskan bahwa mitigasi dini dan koordinasi lintas sektor menjadi kunci melindungi jutaan warga dari potensi bencana.
Langit Surabaya pagi itu mendung, namun suasana Lapangan Upacara Mapolda Jawa Timur terasa hangat oleh semangat ratusan personel yang mengikuti apel kesiapsiagaan, Rabu (5/11). Gubernur Khofifah hadir bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk memastikan kesiapan penuh aparat dan lembaga penanggulangan bencana menjelang cuaca ekstrem yang diperkirakan melanda wilayah Jawa Timur.
Dalam arahannya, Khofifah menegaskan bahwa kesiapsiagaan bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan bentuk tanggung jawab moral dan sosial pemerintah kepada masyarakat. Ia mengingatkan bahwa fenomena cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global kini semakin sulit diprediksi, sehingga peran aktif seluruh pihak sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak bencana.
“Puncak musim hujan tinggal menghitung pekan. Kita tidak bisa hanya menunggu kejadian, tapi harus lebih dulu menyiapkan langkah-langkah antisipatif,” ujarnya di hadapan peserta apel. Ia menambahkan, kerja kolaboratif antara pemerintah daerah, TNI, Polri, BPBD, dan masyarakat merupakan fondasi utama dalam sistem mitigasi bencana.
Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu juga menyoroti potensi bencana hidrometeorologi yang kerap mengintai sejumlah wilayah, mulai dari banjir di kawasan pesisir, longsor di daerah pegunungan, hingga angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah selatan. Karena itu, ia meminta setiap kabupaten/kota memperkuat sistem peringatan dini dan memastikan peralatan tanggap darurat berfungsi optimal.
“Apel ini bukan hanya simbol kesiapan, tetapi momentum untuk menguji sejauh mana kemampuan personel dan alat kita dalam merespons kondisi darurat. Kita ingin seluruh tim tanggap bencana bergerak cepat, tepat, dan terukur,” tegasnya.
Selain unsur pemerintah, Khofifah juga menilai pentingnya partisipasi masyarakat dalam upaya mitigasi. Edukasi publik mengenai langkah-langkah evakuasi, pemetaan daerah rawan, hingga kesadaran menjaga lingkungan disebut sebagai strategi yang tidak kalah penting dibandingkan dengan kesiapan teknis aparat. “Kita ingin masyarakat tidak hanya jadi korban, tetapi juga bagian dari solusi,” tambahnya.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto yang memimpin langsung apel tersebut menegaskan, kegiatan serupa juga digelar serentak di seluruh jajaran kepolisian di tingkat provinsi hingga polres. Menurutnya, pengecekan sumber daya manusia dan perlengkapan menjadi langkah penting agar seluruh tim siap diterjunkan kapan pun diperlukan.
“Peralihan musim ini sudah menunjukkan peningkatan curah hujan di beberapa daerah. Kita tidak boleh lengah, karena kesiapan menentukan seberapa cepat kita bisa menolong masyarakat saat bencana terjadi,” ujar Nanang.
Ia menjelaskan, sekitar 1.400 personel gabungan dari Polda Jatim, TNI, Basarnas, BPBD, serta relawan ikut dalam apel di Surabaya, sementara lebih dari 6.000 personel lainnya disiagakan di berbagai kabupaten/kota. Evaluasi penanganan bencana tahun sebelumnya juga menjadi bahan perbaikan agar layanan penanggulangan lebih cepat dan efektif.
Gubernur Khofifah menutup arahannya dengan pesan agar seluruh elemen tetap waspada tanpa menimbulkan kepanikan. “Kesiapsiagaan adalah bentuk kasih sayang negara terhadap rakyatnya,” katanya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin










