LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Pada Rabu, 15 Januari 2025 lalu , Mahasiswa KKN-BBK 5 Universitas Airlangga (Unair) yang bertugas di Desa Girik, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan mengadakan penyuluhan bertema “Bertani Tanpa Merusak Hutan”. Kegiatan ini diadakan untuk mengedukasi masyarakat desa tentang pentingnya bertani dengan cara yang ramah lingkungan, tanpa merusak kawasan hutan. Penyuluhan ini juga dilaksanakan bekerja sama dengan Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngimbang dan merupakan salah satu program kerja mahasiswa KKN Girik di bidang lingkungan.
Desa Girik, yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani hutan, sangat membutuhkan program seperti ini. Topografi desa yang bergunung-gunung dan rawan longsor menjadi salah satu alasan mengapa perubahan fungsi lahan menjadi pertanian tanpa memperhatikan kelestarian alam bisa berdampak buruk. Alih fungsi lahan hutan menjadi ladang pertanian yang terus-menerus tanpa memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem bisa memperburuk kondisi lingkungan, terutama di musim penghujan.
Acara ini berlangsung di Balai Desa Girik, dimulai pukul 14.00 WIB, dengan narasumber utama Ibu Yayuk Siti Rahayu, S.P., Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan. Materi yang disampaikan dalam penyuluhan ini mencakup berbagai topik penting terkait pertanian yang ramah lingkungan, seperti pertanian berkelanjutan, agroforestry, teknik Zero Burning, konservasi tanah dan air, serta pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Hakim, selaku Koordinator Desa KKN Girik, menyampaikan harapannya bahwa penyuluhan ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Girik. “Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan dapat berdampak positif bagi kita semua, khususnya para petani yang ada di Desa Girik,” ujarnya. Program ini juga berupaya memberikan pemahaman mengenai pentingnya melestarikan hutan untuk keberlanjutan pertanian dan kehidupan masyarakat desa.
Sesi diskusi berlangsung dengan sangat antusias. Para petani dari berbagai dusun di Desa Girik, termasuk dusun Girik, Gronggong, Gandang, Tuwung, Cerme, dan Kayen, mengajukan berbagai pertanyaan dan memberikan tanggapan terkait materi yang disampaikan. Salah satu hal yang menjadi perbincangan hangat adalah penerapan teknik Zero Burning, sebuah metode membuka lahan tanpa membakar. Beberapa petani mengungkapkan keberatannya karena selama ini mereka telah terbiasa membuka lahan dengan cara membakar.
Sebagai solusi, Ibu Yayuk memberikan beberapa alternatif, seperti pengolahan tanah secara manual, rotasi tanaman, dan sistem tanam tumpang sewa. Selain itu, penggunaan mulsa atau penutup tanah juga disarankan untuk menjaga kesuburan tanah dan mencegah erosi. Diharapkan solusi-solusi ini bisa diterima dan diterapkan oleh para petani dalam praktik pertanian mereka.
Ibu Yayuk juga menekankan pentingnya peran masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam mendukung pertanian yang ramah lingkungan. Pemerintah dapat memberikan insentif berupa penghargaan atau sertifikasi bagi petani yang menerapkan teknologi ramah lingkungan dan menjaga kelestarian hutan, seperti program sertifikasi produk organik atau program penghutanan kembali.
“Pertanian yang ramah lingkungan memerlukan dukungan dari semua pihak, baik itu masyarakat maupun pemerintah. Kami berharap bahwa kebijakan yang mendukung akan semakin berkembang dan dapat memfasilitasi para petani untuk beralih ke metode yang lebih berkelanjutan,” tambahnya.
Penyuluhan ini diakhiri dengan foto bersama sebagai simbol kebersamaan dan harapan agar pengetahuan yang didapat dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari para petani. Mahasiswa KKN Girik berharap agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, yang kemudian diharapkan dapat diimplementasikan dalam praktik bertani mereka.
Selain untuk memberikan pemahaman tentang cara bertani yang ramah lingkungan, penyuluhan ini juga merupakan upaya preventif untuk mencegah bencana alam, khususnya longsor yang dapat terjadi di musim penghujan. Pengalihan fungsi lahan hutan yang tidak memperhatikan kelestarian akan mengurangi daya serap air, yang dapat memperburuk potensi bencana alam di wilayah perbukitan seperti Desa Girik. Oleh karena itu, penyuluhan ini menjadi langkah awal untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Desa Girik.
Penulis : KKN-BBK 5 Unair Girik
Editor : Zainul Arifin