LAMPUNG SELATAN,RadarBangsa.co.id –Masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi bersama sejumlah elemen menolak adanya aktivitas penambangan pasir disekitar gunung anak krakatau dan pulau Sebesi.
Pasalnya, pasir hitam yang dihasilkan Gunung Anak Krakatau jika diambil dan disedot terus menerus dikhawatirkan akan terjadinya bencana, GAK longsor dan terjadi bencana tsunami seperti 22 Desember 2018 lalu.
Adapun tersebut LSM Amakraja Wayhandak, Walhi, Sentral, GMPGR, LMND dan KAPI, IKAM serta ketua Nelayan, tokoh dan aparatur Desa Tejang Pulau Sebesi.
“Hasil tinjauan tadi malam sekira pukul 20.00 WIB, kami melihat Kapal, di samping kiri kapal KM Mehad 1 nampak sandar Tongkang Parta Jaya,” ujar Ruslando LSM Amakraja Wayhandak kepada media. Minggu (24/11/2019).
Ruslando menjelaskan, Posisi kapal keruk Kurang Lebih 3 mil laut dari Bibir Pantai Terluar Pulau Sebesi. Terlihat Tongkong Parta Jaya 300 feet masih kosong.
“Kami belum bisa memastikam aktivitas pengerukan penyedotan pasir belum jelas di karenakan malam hari, Tim gagal naik ke atas Kapal Keruk di karenakan Angin kencang gelombang besar,” jelasnya seraya setelah Memutari Kapal Keruk Tim balik kanan menuju Pulau Sebesi Kembali.
Selain itu, kata Ruslando, menurut keterangan rukum nelayan bahwa jika diambli akan menyebabkan juga penurunan hasil tangkapan nelayan.
“Akan merusak ekosistem dan terumbu karang yang ada, secara tidak langsung hasil ikan para nelayan tidak ada,” jelasnya.
Selanjutnya, kata dia jika terbukti mereka menyedot pasir, maka pihaknya bersama masyarakat setempat akan mengusir sekaligus melaporkan kepihak terkait.
“Apapun bentuknya, jika mengambil pasir hitam akan kami tolak dan kami akan kami usut paksa serta kami pidanakan,” tegasnya.
Kemudian lajut dia, berdasarkan data dan informasi tim dilapangan bahwa diatas kapal tongkang tersebut terdapat tumpukan pasir hitam yang diduga hasil penyedotan oleh kapal Mehad 1.
“Info dari tengah laut sekitar pukul 08.00 pagi ini sudah ada aktivitas penyedotan. Bukti video amatir dan foto dri atas kapal,” pungkasnya seraya WALHI, Himpunan nelayanan sekarang menuju kapal mehad. (Rizki)