SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, secara tegas menyatakan dukungan penuhnya terhadap pengembangan dan percepatan peningkatan riset di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, khususnya di Jawa Timur yang memiliki banyak perguruan tinggi berkualitas.
Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Khofifah saat menghadiri Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia yang dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Graha Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Senin (15/1).
“Kami di Jatim sangat mendukung arahan Bapak Presiden untuk mengembangkan dan meningkatkan riset di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan harapan sektor perguruan tinggi yang menjadi bagian dari pentahelix bisa berperan besar dalam melahirkan solusi yang menjawab permasalahan dan tantangan bangsa,” ucapnya.
Gubernur Khofifah optimistis bahwa langkah tersebut, Insya Allah, bisa terwujud. Pasalnya, perguruan tinggi di Jatim memiliki modal yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas SDM unggul serta IPTEK di Jatim.
Terlebih, saat ini Jatim telah menjalin kerjasama dengan King’s College London (KCL). Pada September 2024, KCL, salah satu universitas terbaik dunia, akan mulai beroperasi di KEK Singhasari.
“Juga ada salah satu universitas asal Australia, yakni Western Sydney University (WSU), yang akan membuka kampus internasional di Surabaya pada September 2024 mendatang. Ini adalah angin segar bagi pengembangan SDM di Jatim,” ucapnya.
Dengan adanya kedua Universitas Terkemuka Dunia tersebut, Gubernur Khofifah juga optimis akan meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia. Sebab, dengan penguatan perguruan tinggi dunia yang dicangkok langsung ke Indonesia, akan mempercepat peningkatan kualitas perguruan tinggi yang ada di Indonesia dan di Jatim.
“Karena faktanya adalah kita butuh percepatan besar dalam peningkatan kualitas SDM. Dan cara yang sangat memungkinkan adalah mencangkok perguruan tinggi kelas dunia untuk ikut masuk membuka kampus di Indonesia. Dan Alhamdulillah, langkah ini akan dimulai di Jatim,” tandasnya.
Sebelumnya, pembukaan konvensi ini secara resmi ditandai dengan pemukulan gong oleh Presiden RI Jokowi didampingi Gubernur Khofifah, Menteri Sekretaris Negara RI Pratikno, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Nadiem Anwar Makarim, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Ketua Forum Rektor Indonesia Prof. Mohammad Nasih, dan Rektor Universitas Negeri Surabaya Prof. Nurhasan.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Perguruan Tinggi (PT) punya peran penting dan strategis bagi negara ini. Juga tidak tertinggal, Rektor juga punya peranan besar dalam hal ini.
Ia kemudian menceritakan kunjungannya di kampus yang ada Washington DC dan San Fransisco. Ia terkaget menemukan hampir setengahnya mahasiswanya dari Tiongkok. Setelah Tiongkok, mahasiswa terbanyak dari India.
“Yang dari Indonesia hanya beberapa saja atau hampir sangat kecil jumlahnya,” ucapnya.
Menurut Presiden Jokowi, jumlah SDA di Indonesia memang melimpah, tapi hal itu tidak cukup untuk menjadi negara maju. Dikatakannya yang paling penting adalah SDM berkualitas. Dan kedua IPTEK dan Inovasi yang berkualitas.
“Keduanya adalah tugas Perguruan Tinggi, Rektor dan tugas kita semua. Di Vietnam desain besar Pemerintah dan PT ini nyambung. Sehingga Universitas dan Industri juga bisa nyambung. Bahkan disana ada salah satu perusahaan yang memiliki jumlah peneliti pada bagian Research and Developement sebanyak 2.400 orang. Ini menunjukan bagaimana dukungan pemerintah ini nyata,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ia menyampaikan Lembaga PT memiliki peran yang penting untuk mencetak generasi unggul dan berkualitas, SDM yang kuat fisik, mental dan moral. Juga harus inovatif dalam menciptakan program yang berkualitas. PT juga harus berperan aktif dalam melakukan riset.
“Karena Perguruan Tinggi memiliki banyak SDM untuk meningkatkan IPTEK kita. Juga berperan dalam memecahkan masalah bangsa,” terangnya.
Secara khusus, Presiden Jokowi juga memerintahkan BRIN dan Bappenas untuk berperan sebagai oskrestator dalam perencanaan riset. Ini dilakukan untuk melihat kebutuhan riset serta menjawab tantangan ke depan.
“Ini semuanya harus kita siapkan. Karena biasanya kesempatan untuk menjadi negara maju hanya datang sekali, yakni bonus demografi,” katanya. Untuk itu, PT dalam negeri harus didorong dan dioptimalkan. Perankingkan PT Dalam Negeri yang masuk 200 keatas masih minim. Inilah pekerjaan besar Bapak/Ibu Rektor,” tegasnya.
Ia memaparkan bahwa rasio penduduk Lulusan S2 dan S3 di Indonesia sebesar 0,45% masih minim jika dibandingkan dengan rasio negara tetangga dan negara maju. Rasio penduduk Lulusan S2 dan S3 negara tetangga mencapai 2.4% sedangkan di negara maju mencapai 9,8%
“Rasionya sangat jauh. Dalam minggu ini akan saya adakan rapat untuk mendongkrak angka 0,45% secara drastis. Kita akan ambil kebijakan untuk itu karena terlalu jauh perbandingan rasionya,” paparnya.
“Saya paham itu semua butuh biaya, tapi SDM menjadi sangat penting dalam 5-10 tahun kedepan. Pendidikan dan riset harus dioptimalkan melaui angaran. Tidak hanya APBN dan APBD melainkn juga dana abadi. Ini perlu ditingkatkan 5x lipat,” tambahnya.
“Mari Perguruan Tinggi untuk terus menguatkan kolaborasi dan sinergi. Serta melahirkan banyak solusi bagi kemajuan negara kita, Indonesia,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Forum Rektor Indonesia Mohammah Nasih menyampaikan bahwa acara ini dihadiri oleh 800 orang peserta (rektor). Ia menyampaikan bahwa FRI siap melanjutkan pembangunan dengan prinsip keberlanjutan.
“Insyaallah Forum Rektor Indonesia (FRI) siap dan berkomitmen untuk membangun Indonesia dengan prinsip keberlanjutan. Kami akan melanjutkan banyak hal,” katanya.
Keberlanjutan yang dimaksud adalah semua program, utamanya Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Menurutnya iklim Merdeka Belajar memang sudah berjalan dengan baik namun juga harus ditingkatkan. Hal ini penting untuk berkontribusi dalam menyiapkan generasi emas yang dipercepat.
“Ini dipercepat penyiapannya 2024. Ini perlu komitmen kuat, leadership yang baik serta kekuatan SDM dalam mengembangkan generasi emas Indonesia. Pemimpin nasional harus bersinergi dan bersuara sama dengan kita semua,” kata Nasih.
“Kami disini berkumpul dari swasta dan negeri, kami ingin kapasitas penerimaan kampus ditingkatkan. Juga beriringan dengan perbaikan iklim serta sarana prasarana yang mendukung kreatifitas kampus. Serta kami berharap beasiswa melalui KIP-Perguruan Tinggi diperbanyak juga anggaran ditingkatkan. Insyaallah kami akan bekerja keras untuk hal-hal yang memang harus dilanjutkan,” tandasnya.