BANYUWANGI, RadarBangsa.co.id – Pemkab Banyuwangi menyabet penghargaan Anugerah Wisata Jawa Timur Tahun 2019 sebagai daerah yang memiliki komitmen dan kepedulian yang tinggi dalam mengembangkan sektor wisata.
Bersamaan dengan itu, juga diserahkan empat penghargaan lainnya, salah satunya menobatkan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi sebagai desa terbaik untuk daya tarik wisata budaya.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat puncak acara East Java Culture and Tourism Award 2019 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Jumat malam (6/12/2019).
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaku sangat bersuka cita dengan prestasi yang diraih Banyuwangi di bidang pariwisata ini. Menurut Anas, penghargaan ini menunjukkan daya saing pariwisata Banyuwangi semakin diperhitungkan di level regional dan nasional.
“Beragam penghargaan, khususnya bidang pariwisata ini menjadi momentum yang sangat baik untuk memacu kinerja sektor wisata Banyuwangi. Kami akan terus berupaya mendukung program Pemprov Jatim untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Jatim sekaligus memperpanjang lama masa tinggal,” kata Anas, Sabtu (7/12/2019).
Menurut Anas, penghargaan ini akan meningkatkan rasa percaya diri seluruh warga Banyuwangi dalam mengembangkan pariwisata daerah. Penghargaan ini sekaligus menunjukkan bahwa apa yang telah Banyuwangi lakukan sudah sesuai track yang benar.
“Tentunya ini semua akan kami imbangi dengan kinerja yang makin baik pula. Amenitas, atraksi dan aksesibitas di Banyuwangi akan terus kami benahi,” ungkap Anas.
Penghargaan lain yang diterima Banyuwangi adalah keberhasilan Desa Kemiren sebagai desa terbaik daya tarik wisata budaya. Desa Kemiren yang letaknya tak jauh dari pusat kota, merupakan salah satu desa adat di Banyuwangi yang kental dengan tradisi dan banyak dikunjungi wisatawan.
Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi menjelaskan Desa Kemiren dikenal dengan beragam tradisi seni dan budayanya. Mulai dari Barong Ider Bumi, tradisi Tumpeng Sewu, hingga tradisi Mepe Kasur.
“Berkunjung ke desa ini, sangat terasa nuansa khas warga Osing, suku lokal setempat. Warganya sangat menjunjung tinggi tradisi lokal. Warga Osing juga menggunakan bahasa Osing dalam komunikasi sehari-hari. Dialeknya sangat khas,” kata Bramuda.
Selain itu, desa tersebut juga dikenal dengan ragam kulinernya yang menggoyang lidah. Sebut saja ayam kesrut, pecel pitik, hingga budaya ngopi warganya. Bahkan budaya ngopi warga Kemiren akhirnya ditetapkan sebagai atraksi wisata yang rutin digelar setiap tahun lewat “Ngopi SepuluhEwu”.
“Event ini selalu dibanjiri ribuan pengunjung, banyak wisatawan yang hadir untuk mencecap nikmatnya kopi khas Kemiren gratis di sepanjang jalan utama desa,” jelas Bramuda.
“Tak hanya ngopi sepuluh ewu, tradisi lainnya juga telah dikemas menjadi atraksi budaya yang menarik bagi wisatawan. Seperti Barong Ider Bumi, juga Festival Tumpeng Sewu,” kata Bramuda.
Dengan beragam potensi yang dimilikinya, lanjut Bramuda, geliat ekonomi di desa tersebut sangat terasa. Bumdes setempat berhasil memberdayakan dirinya dengan mengelola sejumlah unit usaha. Mulai mendirikan sentra kuliner hingga mengelola wisata yang ada di Desa Kemiren.
Dalam acara tersebut, tiga penghargaan lain juga berhasil disabet industri pariwisata Banyuwangi. Yakni festival makanan khas Jawa Timur yang diraih oleh Osing Deles Cafe and Resto, Hotel Ketapang Indah yang menjadi pemenang kategori hotel bintang 3.
“Lalu Pantai Grand Watudodol masuk sebagai pemenang 10 besar. Salah satu faktornya, kawasan wisata itu memiliki tingkat kebersihan yang tinggi. Contohnya, keberadaan kamar kecil atau toilet yang bersih dan nyaman serta memudahkan wisatawan,” pungkas Bramuda.(RF)