SUMENEP, RadarBangsa.co.id – Menjelang hari pelaksanaan Pilkades serentak di Kepulauan Sumenep Jawa Timur, Luapan penumpang kapal tak terelakkan, membeludak lagi dan lagi. Keberangkatan KMP. Dharma Bahari Sumekar 3 (KMP. DBS III) pada hari Selasa 12 Nopember 2019 dari pelabuhan Kalianget menuju pelabuhan Sapudi, Raas, Kangean dan Sapeken. Pemandangan yang tak menyenangkan terjadi didalam kapal, disetiap tempat, Deck (geladak) dan lorong-lorong dalam kapal hingga ke atap kapal menjadi tempat berbaring dan tidur penumpang. Sungguh jauh dari kata nyaman dan aman, tak ada pilihan lagi selain menempatinya.
Lorong-lorong yang biasanya merupakan akses jalan penumpang tak bisa lagi dilewati karena penumpang berbaring berjejer menumpuk tak beraturan. Banyak Penumpang yang menggerutu (mengeluh) karena suhu ruangan panas, air counditioner (AC) tak lagi bermafaat sebagaimana biasanya, karena penumpang terlalu banyak dalam ruangan itu. Rasa kesal dan sesal terucap dari para penumpang. Rabu (13/11/2019).
H. Didik, penumpang kapal berasal dari Desa Arjasa, salah satu penumpang yang menyampaikan kekesalannya. Dia berharap agar hal seperti ini jangan dibiarkan terulang dan terulang lagi. Hal seperti ini sungguh tidak manusiawi. Kapal kok dibiarkan penuh hingga tidak ada tempat yang layak untuk ditempati penumpang.
“Kemaren (senin 11/11) Saya mau ikut kapal Express Bahari, ternyata tiket habis dibocking petugas pengamanan Pilkades, dan masyarakat umum tidak diperbolehkan ikut”, ungkapnya.
Menurut Didik, Pilkades itu gawenya (kegiatan) perintah, seharus ada langkah antisipasi dan jangan mengganggu peruntukan kapal yang ada. Kapal ini (DBS III) dan Express Bahari yang berangkat kemaren itu diperuntukan melayani mesyarakat, bukan untuk petugas pengamanan Pilkades saja, sehingga gara-gara PAM Pikkades, penumpang tumpah (membeludak) hari ini di KMP. DBS III. Sudah pasti ini melebihi kapasitas penumpang dan barang (Over load).
“Pendapat saya, datangkan kapal lain atau sewalah, dan jangan menggangu kapal yang sudah ada yang diperuntukkan melayani masyarakat”, ucap Didik dengan nada kesal.
Didik menambahkan, kalau sudah begini, percuma tiket murah tapi keaman dan kenyamanan penumpang terabaikan. Lebih baik mahal tapi profesional sesuai stadart aturan yang berlaku dalam sistem pelayanan pelayaran. Penumpang merasa aman dan nyaman serta terlayani dengan baik.
Inung, Penumpang kapal berasal dari Desa Kalisangka Kecamatan Arjasa, saat diminta komentarnya, kepada media ini mengatakan, sebagai penumpang kapal DBS III malam ini, dirinya merasa kecewa. Bukan hanya karena dirinya tidak dapat tempat yang layak, tapi lamanya perjalan laut yang sangat melelahkan, karena harus transit atau singgah dibeberapa dermaga kepulauan lainnya (Sapudi dan Raas).
“Dari awal berangkat saya hanya berdiri dan duduk ditangga ini, karena ditempat lain semuanya sudah penuh. Sekalipun ada, suasananya terasa pengap dan panas, karena tidak ada ventilasi dan ACnya sudah tidak memadai, karena lebih banyak manusianya disitu. Saya merasa lebih nyaman disini karena masih ada angin yang masuk”, komentar Inung sambil sesaat geleng-geleng kepala.
Inung menambahkan, bahwa kapal ini gagal design, bentuk kapal yang pendek, tambun (gemuk) dan tinggi. Sangat menghawatirkan jika gelombang tinggi. Apalagi jika terjadi situasi darurat, evakuasi penumpang sangat sempit, dan penumpang yang ada di deck (geladak) paling bawah akan tertanam disitu. (12/11).
Rahwini, penumpang kapal berasal dari Desa Kalikatak Kecamatan Arjasa. Dalam komentarnya menyampaikan bahwa dirinya bersama 4 orang lainnya (rombongan) menempati (sewa) kamar ABK (anak buah kapal). Untuk keluar masuk kamar sulitnya mintak ampun, didepan kamar atau sepanjang lorong kamar berjejer penumpang. Kalau mau lewat, terpaksa melangkahi penumpang yang ada dilorong itu. Karena kamar yang ditempati terlalu banyak orang, sekalipun ada AC, tetap saja terasa pengap dan panas, karenanya saya keluar dan lebih nyaman ada di tangga ini, karena ada desiran angin yang masuk.
“Menurut saya, kapal ini over kapasitas (melebihi muatan), keamanan dan keselamatan penumpang diabaikan, ini tidak manusia”, terang Rahwini berpendapat. (12/11).
Bambang Suprio, Manager Opersional PT. Sumekar Line KMP. DBS III, saat diminta keterangannya kepada media ini menyampaikan, memang dampak dari acara Pilkades yang menyebabkan melonjaknya penumpang kemaren (Selasa 12/11), dan kapal yang ada masih belum bisa sepenuhnya mengkafer penumpang yang begitu banyak tujuan ke Kangean dan Sapeken.
Kami perhatikan dilapangan (pelabuhan kalinget) penumpang belum banyak yang sadar akan keselamatan dalam pelayaran. Mereka (penumpang) mengabaikan keselamatan dirinya sendiri. Tindakan mereka yang memaksakan kehendak, padahal sudah tau tiket habis dan loket ditutup. Kami sudah melarang masuk, yang namanya penumpang tetap tidak bisa diatur dan mau menang sendiri.
“Kami sudah upayakan semaksimal mungkin, semua pihak baik dari kepolisian, koramil dan KPLP sudah kami libatkan untuk membantu penertiban dan keamanan di pelabuhan Kalianget”, jelas Bambang, (13/11).
Zainal Arifin, Direktur Pelaksana PT Sumekar Line, saat dikonfirmasi menyampaikan bahwa, hanya sedikit petugas pengamanan (PAM) Pilkades tujuan Pulau Sapudi yang ikut KMP. DBS III, hasil koordinasi dilapangan kemaren, sebagian besar PAM Pilkades tujuan Pulau Sapudi menggunakan KMP. Dharma Kartika III milik PT. Dharma Lautan Utama Surabaya.
“Sekitar 20 orang saja petugas yang ikut KMP. DBS III”, jelasnya singkat.Rabu (13/11/2019). (Ong).