SIDOARJO, RadarBangsa.co.id – Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI), Agus Suparmanto menegaskan Sistem Resi Gudang (SRG) berpotensi memberikan kontribusi yang signifikan membangun perdagangan dan industri yang berbasis sumber daya lokal.
Menurut Mendag, mekanisme gudang SRG menawarkan terbukanya akses pasar di dalam dan luar negeri. Hal tersebut diungkapkan Mendag saat melepas ekspor perdana rumput laut ke Tiongkok di Gudang SRG milik PT Asia Sejahtera Mina, Sidoarjo, Jawa Timur.
Rumput laut dari gudang SRG PT Asia Sejahtera Mina yang dilepas ekspornya berjenis cottonii dengan volume sebanyak 50 ton atau senilai Rp 1,14 miliar.
“Pelepasan ekspor hari ini menunjukkan bahwa resi gudang telah menjadi instrumen perdagangan yang dipercaya pasar nasional. Kemudahan dalam mengakses informasi terkait ketersediaan pasokan suplai, sebaran, mutu, dan nilai komoditas yang ditawarkan SRG memberikan kepercayaan dan keamanan yang lebih besar dalam transaksi perdagangan komoditas.
Hal tersebut tentu dapat mendorong peningkatan daya saing produk Indonesia. Sehingga pada gilirannya akan meningkatkan transaksi ekspor komoditas,” lugas Mendag. Jumat, (31/1/2020).
Selain itu, lanjut Mendag, kemudahan akses informasi tersebut juga berdampak pada adanya kemudahan dalam memperoleh pembiayaan komoditas yang kompetitif dan memungkinkan adanya manajemen risiko harga yang lebih efektif dan transparan.
“Kami optimistis SRG dapat mendorong pembangunan ekonomi. Seiring dengan perkembangan sistem informasi dan teknologi, SRG yang semula hanya digunakan sebagai instrumen tunda jual, saat ini juga dapat dimanfaatkan para pelaku usaha dalam mendukung kegiatan ekspor komoditas,” tambah Mendag.
Pada kesempatan itu, PT Asia Sejahtera Mina juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Kliring Berjangka Indonesia terkait pembiayaan perdagangan dengan pola repurchasing berbasis SRG.
Terkait hal itu, Mendag mengharapkan kerja sama ini dapat berkelanjutan dan pada gilirannya dapat mendorong optimalisasi pemanfaatan SRG untuk mendorong kegiatan ekspor komoditas.
Berdasarkan data statistik Kementerian Perdagangan, nilai ekspor Indonesia untuk produk rumput laut dan produk turunannya pada periode 2014-2018 menunjukkan tren positif 0,81 persen. Pada Januari-November 2019, ekspor rumput laut tercatat sebesar USD 298,73 juta atau naik 10,83 persen dari periode yang sama tahun 2018 sebesar USD 269,55 juta.
Negara tujuan utama ekspor rumput laut Indonesia adalah Tingkok sebesar USD 189,55 juta atau sekitar 65,07 persen dari total ekspor rumput laut Indonesia, disusul ekspor ke Amerika Serikat sebesar USD 17,81 juta atau 6,11 persen, dan ke Korea Selatan sebesar USD 13,13 juta atau 4,51 pereen.
Negara-negara pesaing Indonesia yang menyuplai kebutuhan rumput laut ke Tiongkok adalah Chile, Myanmar, Peru, Laos, Korea Selatan, Filipina, dan Timor Leste.
Adapun ekspor rumput laut pada 2018 masih didominasi ekspor dalam bentuk produk mentah dengan total ekspor mencapai USD 208,40 juta atau memberikan kontribusi ekspor sebesar 71,54 persen dari total ekspor rumput laut secara keseluruhan. Sedangkan untuk ekspor rumput laut dalam bentuk olahan sebesar USD 82,91 juta atau sekitar 28,46 persen.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tjahya Widayanti, menambahkan, potensi ini masih terbuka untuk terus ditingkatkan. Ekspor komoditas rumput laut saat ini masih didominasi ekspor bahan baku yang dapat dikembangkan menjadi ekspor produk turunan rumput laut yang akan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.
Lebih lanjut, Tjahya juga menyampaikan guna mendukung tugas Kemendag untuk melakukan peningkatan ekspor non migas, Bappebti berupaya melakukan optimalisasi pemanfaatan SRG untuk mendukung kegiatan ekspor komoditas.
“Ke depan, kami berharap tidak hanya sebatas komoditas rumput laut, namun juga komoditas SRG lainnya yang berorientasi ekspor untuk dapat menduplikasi skema ini untuk meningkatkan transaksi ekspor komoditas Indonesia,” lugas Tjahya.
Sementara itu, Tjahya juga menanggapi kondisi mewabahnya virus corona di Tiongkok belakangan ini terhadap kelancaran ekspor Indonesia ke Tiongkok, khususnya terkait aktivitas ekspor rumput laut yang baru saja dilakukan pelepasan. Menurut Tjahya, ekspor rumput laut kali ini tidak terganggu.
“Tiongkok memiliki banyak pelabuhan untuk ekspor impor dan masih banyak diantaranya yang tidak terganggu aktivitasnya akibat penyebaran virus corona. Untuk itu, diharapkan ke depannya pun ekspor Indonesia tidak terganggu kondisi saat ini dengan merebaknya virus corona,” tukas Tjahya. (Ari)