KEDIRI, RadarBangsa.co.id – Menyoal Sistem Pembelajaran Daring/Online learning yang telah dilalui beberapa bulan kebalakang sampai sekarang oleh beberapa instansi pendidikan terkhusus di kawasan Menengah Pertama Hingga Perguruan Tinggi.
Sehingga sangat jelas terlihat bahwa Online learning tidak menjadikan sebuah problem soulving yang efektif pada sistem pebelajaran yang ada di nergara ini. Meninjau dari beberapa kasus yang baru baru ini muncul akibat pembelajaran daring. Hal ini merupakan wujud kongkrit bahwa Online learning menjadikan diri pelajar/mahasiswa kebosanan sehingga stres.
Penyebab tersebut juga di pengaruhi oleh beberapa beberapa faktor salah satunya merupakan beban akan tugas yang secara keterusan di berikan oleh pengajar.
Adapun juga pertemuan dengan vidio confrence yang rutin dilakukan justru memberikan dampak buruk bagi kesehatan fikis maupun psikis pelajar / mahasiswa karena efek akan radiasi alat tekhnologi yang dipakai serta beban pikiran akan kewajiban yang harus di lakukan.
Artinya perlu kita ketahui bersama bahwa akses signal dinegara ini tidak merata ke seluruh pelosok daerah hal itu lah menyebabkan mereka sangat terbebani ketika akan melkukan kuliah online.
Bayangkan saja beberapa bulan lalu kita sering menjumpai kasus tentang pelajar/mahasiswa yang sedang berusaha mengikuti Online learning dengan berbagai macam cara sehingga menyebabkan keselamatan dirinya terancam.
Hari Kesehatan Mental Dunia tahun 2020 ini harusnya menjadi refleksi pada kaum intelektual khususnya di jajaran akademisi bahwa dikehidupan sehari harinya yang telah banyak berubah akibat pendemi covid19. Salah satunya merupakan kegagalan adaptasi terhadap kebiasaan baru pembelajaran sehingga muncul Kebosanan yang menyebabkan Stres.
Adapun tiga hal yang dapat menyebabkan siswa/mahasiswa mengalami masalah mental saat online learning.
:
1. Siswa/Mahasiswa merasa seperti terjebak dalam rumah. Rasanya seperti tidak ada kesempatan untuk keluar rumah. Jadi, kebosanan yang terjadi lambat laun menciptakan stres.
2. Perbedaan ketika kuliah tatap muka langsung dan saat pembelajaran jarak jauh. Keberadaan bertemu empat mata jauh lebih membuat pesertanya merasa lebih terhubung jika dibandingkan dengan hanya bertemu melalui layar.
3. Karena takut akan penyakit covid-19. “Online learning memang melelahkan dan menjadi sebuah tantangan baru untuk kita semua. Beberapa orang mungkin merasa lebih lelah ketimbang biasanya karena rasanya seperti tidak ada celah untuk bernapas”.
Mari kita lihat kembali apa yang dapat kita lakukan sekarang. Oleh karena itu, kita harus sama-sama berjuang, baik dari siswa/mahasiswa maupun tenaga pengajar.
Tidak ada yang menginginkan covid19 terjadi sehingga kita harus mendukung satu sama lain untuk kuat menghadapi perubahan baru.
Jangan saling menuntut! Harus saling memahami. Musuh utama bukanlah online learning-nya, melainkan pandeminya.
Sepemahaman saya mengenai kuliah daring tidak lah efektif, yang pertama kita sebagai mahasiswa merasa terbatas untuk interaksi saat belajar dan menjadi ter tekan karena banyaknya tugas yg diberikan oleh dosen sehingga sulit untuk mengakomodir tugas yg datangnya secara terus menerus.
Yang ke dua kita sulit untuk beradaptasi dengan polah pendidikan yang baru, yg mengakibatkan kejenuhan dan stres di sisih lain brnturan waktu perkuliahan, ketidak toleliran dosen terhadap mahasiswa juga bisa menekan mental yg mengakibatkan stres, malas, dan bersikap bodoh amat terhadap perkuliahan.
Meski belajar daring dalah salah satu solusi untuk tetap melaksanakan KBM namun ketepatan waktu pelaksanaan, controling tugas yg di berikan, perlu untuk dilakukan agar KBM bisa berjalan dengan optimal.
Atau mungkin dengan pemantapan media dan menginput kreasi/kreativitas mahasiswa sebagai sarana belajar juga bisa mendukung kegiatan positif dalam rana belajar, sehingga tidak jenuh dengan sistem belajar yang monoton melalui e learning, google clas room, google meet maupun zoom.
Haris Robi Wiranata, Psikologi Islam Semester V (Pendapat Mahasiswa)
Bagi Saya pertama Online learning sangat tidak efektif sehingga menjadikan banyak pengeluaran pada pembelian kuota, dan sesi diskusi kurang menarik.
Kedua, Sulit adapatasi terhadap pola baru pembelajaran dengan banyaknya tugas yang diberikan sehingga menyebabkan jenuh serta benturan waktu kelas ketika ada kelas yang tiba tiba roling jam.
(*)