SURABAYA, RadarBangsa.co.id – “Aksi ini sudah menjadi bagian komitmen temen-temen relawan untuk antisipasi Corona, masak yah harus kendho?”
Hal itu disampaikan oleh Lia Istifhama, figur yang disebut oleh sebuah lembaga survey sebagai calon terkuat untuk posisi wakil walikota Surabaya mendatang.
Perempuan yang sebelumnya sempat viral dengan sebutan Ning ceria dan tagline Nawa Tirta, terlihat masih dapat mempertahankan aksinya dalam bursa Pilwali Surabaya.
Bahkan, keputusan KPU untuk menunda tahapan pilkada serentak, nyatanya tidak membuat relawan maupun loyalis ibu dua anak itu untuk mundur teratur.
“Kami ini sangat yakin Ning Lia ini paling layak di Balai Kota. Orangnya opo onoe (apa adanya -red) dan asli wong (orang -red) biasa, wong sederhana. Kabeh sing kenal ngerti nek Ning Lia Iki grapyak (Semua yang kenal ngerti kalau Ning Lia ini mudah bergaul -red) dan enak kalau diajak komunikasi.
Awak dewe butuh sosok sing ngeneh iki, asli gelem kerjo dan gak kementhus (Kita ini butuh sosok yang begini, asli mau bekerja, dan tidak sok tahu -red).
Makane, relawan gak kendho blas, (Maka dari itu, relawan tidak kendor sama sekali -red) konsisten ndukung dan ngrewangi sampai nang (mampu menuju ke -red) balai kota”, ujar Siti Fatimah, salah satu relawan dari putri KH Masykur Hasyim, Siti Fatimah. Seperti yang dilansir beritalima.com. Senin, (23/3/2020).
Kesolidan relawan Lia Istifhama memang patut diacungi jempol. Ketika wabah Corona semakin menjadi perhatian banyak orang, barisan relawannya terlihat melakukan beberapa aksi, diantaranya pembagian masker dan hand sanitizer.
Salah satu aksi yang dilakukan ialah di pasar Soponyono Surabaya. Minggu (22/3) pasukan relawan Lia terlihat mendatangi pasar dan membagi masker pada pengunjung serta penjual.
Tak ayal, kedatangan mereka membuat situasi pasar yang sedang ramai semakin heboh. Lia Istifhama sendiri yang juga turut membagikan masker secara langsung, menyampaikan rasa syukurnya.
“Alhamdulillah ternyata ada saja yang memiliki kepedulian seperti ini. Kalau dibilang apa ini kampanye? Kok saya tidak sreg yah. Karena posisi saat ini, semua belum punya rekom apalagi pilkada tahapannya ditunda.
Jadi mungkin saya lebih sreg berpikir logis saat ini, yaitu ini aksi peduli. Diambil pasar tradisional karena pasar merupakan pusat bagi masyarakat untuk memperoleh kebutuhan, terutama pangan.
Dan situasi di Soponyono Alhamdulillah terlihat normal, menunjukkan tidak ada panic bullying. Yang jelas kami juga menyampaikan terimakasih pada bapak kepala pasar yang menerima aksi kami sebagai hal positif.
Semoga pasar Soponyono juga pasar lainnya, semua dalam situasi baik dan terhindar dari wabah Corona,” terang aktivis Nahdliyin tersebut. Tak lupa, ia juga menyampaikan pesan pada masyarakat.
“Kalau soal hidup dan mati, itu sudah takdir yah. Tapi manusia bisa tetap berikhtiar agar selalu sehat, caranya yah menjaga lingkungan sehat, pola hidup sehat, dan menjaga makanan yang sehat.
Sebagai contoh tentu rajin membasuh tangan dan mengenakan masker jika kita sedang sakit. Kalau soal makanan, konsumsi telur putih dan empon-empon mungkin bisa dijadikan alternatif keseharian agar tubuh selalu mendapat imun yang baik,” tandasnya. (Rr/Ari)