JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Pemilihan legislatif (Pileg) DPR-RI tahun 2024 khususnya dapil Propinsi Sumatera Utara (Sumut) bakal diwarnai dengan munculnya wajah-wajah baru.
Political and Publlic Policy Studies (P3S) mengupas dalam webinar daring, Senin (06/02).
Moderator Diskusi Rikardo Marbun mengatakan, memang daerah pemilihan Sumut yang paling seru dan ketat persaingannya lantaran ada 30 kursi yang diperebutkan oleh masing-masing caleg, 30 kursi diperebutkan di 3 daerah pemilihan di 29 Kabupaten dan 5 Kota.
Menurut Direktur P3S, Jerry Massie, topik yang diusung, “Menakar Caleg DPR-RI Dapil Sumut, Siapa Layak”?,” jelasnya.
Jeryy juga mengatakan, setiap pemilihan caleg DPR dapil Sumut banyak melahirlan legislator yang mumpuni.
“Memang di PDIP sendiri meraih 7 kursi, selain ada nama Jumimart Girsang, ada pula peraih suara terbanyak Sihar Sitorus, Sofyan Tan, Trimedya Pandjaitan?” kata Jerry.
Jerry, menjelaskan bahwa sangat menarik untuk kontestasi pileg DPR RI 2024, dapil Sumut. Sekarng sudah muncul nama seperti Nickson Nababan yang sekarang menjabat sebagai Bupati Tapanuli Utara
“Jika dilihat dari track record, maka nama seperti Nikson Nababan pantas duduk di Senayan. Pasalnya, selain visioner dan inovatif beliau juga pernah menyabet pengharrgaan “Goverment Award” pada tahun 2020 . Selain itu tahun 2021 sebagai Bupati terbaik se Indonesia dan juga penghargaan Bupati “The Best Regent”,” jelasnya.
Sementara, Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing, menjelaskan potensi caleg untuk DPR RI dapil Sumut.
Emrus menyoroti, Caleg harus kader partai yang berpengalaman 5 tahun minimal dan integritas calon dikenal orang dengan elektabilktas tinggi.
“ Pengalaman di Partai Politik minim 5 tahun atau calon dari partai baru namun dari kader partai lain mempunyai kemampuan legislasi sebagai anggota DPR yang membutuhkan kapabilitas,” kata Emrus.
Selain itu, tambah Emrus, memiliki kemampuan finansial dan citra positif, dan memiliki peluang untuk menang dalam kontestasi pilihan legislatif.
“ DPP Pusat, harus pro aktif. Ruler model partai belum mengutamakan kualitas namun sering kali faktor kedekatan masih terjadi di daerah. Pendatang lama komunikasi politik mempunyai personel branding jika dibandingkan dengan pendatang baru,” ujarnya.
Emrus memberikan wacana pembatasan menjadi anggota DPR, DPRD hanya dua periode.
“ Dengan kekuatan logistik dan elektabilitasnya tinggi pasti akan terpilih kembali menjadi anggota dewan,” tuturnya.
“Anggota legislatif dari jalur independen. Memaksimalkan peran DPD RI. Namun sulit untuk mewujudkannya,” jelas Emrus.
Jerry Massie mengungkapkan, Sumut terdiri dari 28 Kabupaten dan 5 Kota. Pemilih di Sumut 9,7 juta pemilu 2019. Memperebutkan 30 tiket senayan.
Dalam pandangan Jerrry, PDI Perjuangan saingan terberat Gerindra.
“ Untuk menang tergantung konsultan politiknya. Lembaga survei sudah banyak yang pesan. Oleh sebab itu elektabilitas tinggi tiap tahun. Sumut kental dengan politik identitas, tergantung konsultan politik,” ujarnya.
“Pemimpin yang cerdas akan menghasilkan kebijakan yang pro rakyat. Kesejahteraan rakyat menjadi prioritas. Pileg di Sumut diharapkan yang mempunyai kualitas dan kapabilitas sebagai seorang pemimpin di Medan. Ada 11 Anggota DPR dari PDIP tapi dia layak diperhitungkan,” jelas Jerry Massie.
Masih menurut Jerry Massie, calon dari eksekutif seperti Bobby walikota akan bertahan sebagai walikota Medan. Edy Rahmayadi Gubernur Sumut, jika maju mungkin bisa lolos di senayan. Tokoh-tokoh Medan yang berkualitas diharapkan bisa lolos di Senayan.
“ Peluang di eksekutif dua periode peluang lolos ke senayan, harus naik kelas menjadi gubernur ataupun menteri. Namun jika bertukar hanya kepentingan pragmatis, sngat disayangkan,” jelas Emrus
Emrus berpandangan, dirinya tidak sepakat jika menyeberang, dari eksekutif ke legislatif. Namun jika tujuannya untuk kesejahteraan rakyat bagus. Namun jika sudah 2 periode naik kelas menjadi Gubernur ataupun DPR RI.
“Ketua Partai mempunyai terobosan untuk membatasi jabatan periodesasi di legislatif agar kaderisasi bisa berjalan. Harapan pada partai baru untuk berani membuat kebijakan dengan pembatasan masa jabatan 2 periode jadi wakil di senayan,” jelas Emrus.
“Demokrasi subtansial sebenarnya bagus namun akan tejadi konflik karena belum ada kedewasan politik. Disebabkan kepentingan pragmatik untuk memperebutkan kekuasaan,” tegas Emrus.
“Partai Gelora, Partai Buruh akan melejit dengan tokoh yang sebanarnya sudah politisi berpengalaman. Poltisi seperti Surya Prananda dari Partai Nasdem, Meutya Viada Hafid dari Partai Golkar. Muhammad Safi’e dari Partai Gerindra, Sofyan Tan dari PDI Perjuangan. Sumut menjadi pertarungan sengit dan politik identitas masih tetap ada,” tutup Jerry Massie.