YOGYAKARTA, RadarBangsa.co.id – Animal Friends Jogja (AFJ) dan Act For Farmed Animals (AFFA) bersama Open Wing Alliance (OWA) hari ini mengumumkan peluncuran Laporan Benchmark Bebas Sangkar pertama di Asia. Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap kesejahteraan hewan dan komitmen yang semakin tinggi dari perusahaan-perusahaan untuk menggunakan telur bebas sangkar, laporan ini menjadi panggilan kepada pemerintah di Asia untuk lebih terlibat dalam peralihan industri peternakan menuju sistem bebas sangkar.
Dalam laporan tersebut, tujuh belas negara di Asia Timur, Asia Selatan, Asia Barat, serta Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru (SEAANZ) dievaluasi berdasarkan tiga pilar utama : Mengakhiri Kandang (Sekat/Baterai), Kerangka Kebijakan, dan Standar Kesejahteraan, dengan skor maksimum 140 poin. Selandia Baru menempati peringkat pertama dengan skor 86 poin, sementara Bangladesh, Malaysia, dan Vietnam menempati peringkat terendah dengan skor 4 poin.
Indonesia sendiri menempati peringkat ketujuh dengan skor 21 poin. Meskipun pemerintah Indonesia telah menerbitkan Pedoman Kesejahteraan Hewan untuk Peternakan Ayam Petelur pada tahun 2023, khusus untuk peternakan ayam petelur bebas sangkar, namun masih ada kekurangan terutama dalam pilar Mengakhiri Kandang (Sekat/Baterai), karena belum ada regulasi atau sanksi yang spesifik terkait dengan larangan atau penghapusan bertahap penggunaan sistem kandang baterai.
Laporan ini diharapkan memberikan gambaran yang penting tentang kemajuan yang telah dicapai serta dapat membantu pemerintah dalam menerapkan kebijakan yang lebih efektif. Dengan demikian, transisi ke peternakan bebas sangkar di Asia dapat dipercepat, memberikan manfaat bagi manusia dan hewan di seluruh wilayah.
Herdiana Putri Ayuningtyas, staff Advokasi Pemerintah untuk Program Farmed Animals AFJ, mengatakan, “Sangat penting bagi pemerintah di Asia, khususnya Indonesia, untuk secara aktif mendukung transisi menuju peternakan bebas sangkar untuk memastikan transisi yang lancar bagi konsumen dan pemangku kepentingan industri.
” Dia juga berharap pemerintah Indonesia dapat menyempurnakan seluruh kriteria di pilar-pilar yang belum terpenuhi dengan memberikan kejelasan regulasi. regulasi, agar industri dapat bergerak menuju standar kesejahteraan hewan yang lebih tinggi,” ungkap Herdiana Putri Ayuningtyas, staff Advokasi Pemerintah untuk Program Farmed Animals AFJ.
Sebuah studi pada tahun 2022, menemukan rata-rata 86% konsumen di delapan negara di Asia Pasifik menyatakan kekhawatiran yang signifikan terhadap kesejahteraan hewan yang diternakkan. Selain itu, perusahaan-perusahaan terkemuka, mulai dari pemimpin merek global seperti Nestlé, Unilever, Burger King, KFC, dan Marriott, hingga perusahaan yang berasal dari Asia, seperti Minor Foods dan Jollibee Foods Corporation, telah berkomitmen untuk menghapuskan kandang baterai dalam rantai pasok telur mereka.
Mengapa Asia Perlu Meninggalkan Sistem Kandang Baterai?
“Sekitar 63% dari populasi ayam petelur komersial di dunia, setara dengan lebih dari tiga miliar individu unggas, berada di Asia,” kata Dhiani Probhosiwi, Manajer Kampanye untuk Program Farmed Animals AFJ. “Sayangnya, diperkirakan sebanyak 90% ayam petelur di Asia menghabiskan seluruh hidupnya terperangkap dalam sangkar sempit terbuat dari besi atau bambu, sehingga ayam-ayam tidak dapat memenuhi insting paling dasar mereka,” lanjut Dhiani.
Ayam yang hidup dalam kandang baterai tidak dapat mengekspresikan kebutuhan dasarnya, termasuk membersihkan dan merapikan bulu (preening), mandi debu, bertengger, bersarang, eksplorasi makanan, atau bahkan untuk sekadar merentangkan sayap sepenuhnya. Sebuah tinjauan komprehensif dari Otoritas Keamanan Pangan Eropa dengan jelas mengatakan bahwa “kandang [baterai] tidak seharusnya digunakan.”
Industri peternakan juga memunculkan kekhawatiran terkait kesehatan masyarakat. Peternakan hewan menyumbang sekitar 70% dari penggunaan antibiotik global yang memperparah risiko resistensi antimikroba. Konsumsi ini diperkirakan akan meningkat sebesar 67% pada tahun 2030. PBB
bersama berbagai organisasi internasional telah mengakui peran krusial dari upaya global untuk kesehatan hewan dalam mencegah potensi krisis kesehatan masyarakat global di masa depan.
Benchmark ini diharapkan mampu membuka jalan untuk peningkatan kerja sama antara negara-negara di Asia dan wilayah-wilayah yang telah mengesahkan kebijakan bebas sangkar.