JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Jerry Massie, Direktur Studi Politik dan Kebijakan Publik (P3S), menekankan pentingnya pendekatan yang hati-hati dalam pembentukan kabinet baru yang akan dijalankan oleh calon presiden terpilih, Prabowo Subianto. Dalam wawancara dengan jurnalis pada Senin (8/4/24), Jerry menekankan perlunya Prabowo untuk tidak mengikuti jejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam hal ini.
Dia memberi nasihat kepada Prabowo agar lebih selektif dalam memilih anggota kabinetnya, terutama untuk posisi krusial seperti Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jerry menekankan bahwa kualifikasi yang relevan dan pengalaman yang memadai, termasuk gelar doktor dan pengalaman di dunia pendidikan, harus menjadi faktor utama dalam penyeleksian calon menteri.
Jerry mengkritik kebijakan Jokowi yang dianggapnya sering kali menempatkan individu yang tidak tepat di dalam kabinet tanpa mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman yang dimiliki. “Hal ini telah merusak sistem pendidikan di Indonesia,”ujarnya.
Dia menyoroti kontroversi di sekitar penunjukan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, yang dianggapnya tidak membawa perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan Indonesia.
Lebih lanjut, Jerry mengecam keputusan baru-baru ini yang membuat pramuka menjadi kegiatan ekstrakurikuler non-wajib di sekolah-sekolah. “Baginya, langkah ini adalah sebuah kemunduran dalam pendidikan di Indonesia, mengingat peran penting pramuka dalam membentuk karakter anak didik,”katanya.
Tak hanya itu, Jerry juga menyoroti praktik pemberian gelar Honoris Causa (HC) kepada tokoh-tokoh tertentu dalam dunia pendidikan. “Menurutnya, pemberian gelar semacam itu sering kali hanya menjadi upaya bisnis semata dan tidak memberikan nilai tambah yang signifikan pada sistem pendidikan,”tamabhnya.
Dengan pandangan kritisnya terhadap kebijakan pendidikan dan pembentukan kabinet, Jerry Massie menawarkan wawasan yang berharga bagi pemerintah baru yang akan datang untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pendidikan Indonesia.