LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Persaingan ketat antara pasangan calon (Paslon) Bupati Lamongan 2024 semakin memanas. Temuan terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA menunjukkan selisih elektabilitas yang sangat tipis antara dua kandidat utama. Paslon Abdul Ghofur – Firosya Shalati mencatatkan elektabilitas sebesar 38,3 persen, hanya terpaut 2,8 persen dari Yuhronur Effendi – Dirham Akbar yang unggul sementara dengan 41,1 persen. Selisih ini masih berada dalam margin of error sebesar 3,5 persen.
Peneliti LSI, M. Khotib, memaparkan hasil survei tersebut dalam konferensi pers, Selasa (12/11/2024). Survei dilakukan pada 24-30 Oktober 2024 menggunakan metode Multistage Random Sampling dengan 800 responden terpilih. Margin of error penelitian ini adalah plus minus 3,5 persen. “Melihat margin of error, hasilnya menunjukkan bahwa kedua paslon masih memiliki peluang yang sama untuk menang,” ujar Khotib.
Khotib menjelaskan, meski Yuhronur – Dirham saat ini memimpin, peluang bagi Abdul Ghofur – Firosya untuk menyalip tetap terbuka. “Ghofur harus bisa meningkatkan pengenalannya di kalangan pemilih,” ungkapnya. Menurut survei, tingkat pengenalan Abdul Ghofur masih berada di angka 75,1 persen, lebih rendah dibandingkan Yuhronur yang telah mencapai 88,5 persen.
“Jika Ghofur dapat mendongkrak tingkat pengenalannya hingga setara dengan Yuhronur, elektabilitasnya bisa melampaui Yuhronur,” katanya.
Khotib juga menyoroti data terkait pemilih yang masih dapat berubah pilihan. “Soft supporter atau pemilih yang belum mantap dengan pilihannya mencapai 41,2 persen. Ini adalah angka yang besar, yang masih bisa diperebutkan,” jelasnya. Siapa pun yang berhasil menarik simpati dari kelompok pemilih ini berpotensi memenangkan Pilkada.
Kompetisi antara dua paslon ini juga mencerminkan distribusi dukungan demografis yang belum stabil. “Dukungan berdasarkan gender, suku, agama, usia, pendidikan, penghasilan, dan daerah pemilihan (dapil) masih sangat kompetitif,” terang Khotib.
Hal ini menunjukkan bahwa peta dukungan bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung pada strategi kampanye masing-masing paslon.
Kendati Yuhronur lebih dikenal karena pengalaman politiknya, Abdul Ghofur memiliki keunggulan dalam persepsi publik terkait kepribadian dan kemampuan menyelesaikan masalah. “Sebanyak 20,2 persen pemilih memilih Ghofur karena dianggap memiliki kepribadian yang baik, dan 27,9 persen menilainya mampu menyelesaikan masalah,” ujar Khotib.
Sebaliknya, hanya 9,1 persen pemilih yang menilai Yuhronur memiliki kepribadian yang baik, dan 17,9 persen menganggapnya mampu menyelesaikan masalah.
Selain itu, Khotib mengungkapkan bahwa isu-isu negatif yang menimpa para kandidat dapat memengaruhi hasil akhir.
“Pak Yuhronur menghadapi isu-isu negatif lebih banyak, meski hanya 4,1 persen publik yang mengetahuinya,” katanya, tanpa merinci isu-isu tersebut. Ini bisa menjadi peluang bagi Abdul Ghofur jika timnya dapat memanfaatkan momentum dengan baik.
Satu isu yang harus diwaspadai oleh kedua paslon adalah sikap publik terhadap politik uang.
“Sebanyak 78,2 persen warga Lamongan menganggap money politic sebagai hal yang wajar,” jelas Khotib.
Bagi kandidat yang memiliki sumber daya finansial besar, ini bisa menjadi keuntungan, tetapi juga berisiko terkena sanksi dari KPU jika tidak hati-hati.
“Money politic ini pedang bermata dua. Jika tidak hati-hati, justru bisa berbalik merugikan,” tutup Khotib.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin