LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa menghadiri acara Penyerahan Santunan 800 anak yatim kolaborasi Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) dan Laz (Lembaga Amil Zakat) se-Kabupaten Lamongan di Pendopo Lokatantra, Kab. Lamongan, Kamis (21/3).
Kepada 800 anak yang hadir, Khofifah memberikan pesan penting agar selalu menghormati orang tua dan guru. Menurutnya, hal ini sangat penting karena ridho orang tua merupakan kunci utama untuk meraih cita-cita dan kesuksesan.
“Dear anak-anakku, adakah di antara kalian yang pernah melanggar dengan membentak orang tua, terutama ibu? Setelah acara ini, saya harapkan agar kalian semua tidak lagi melakukannya. Hormatilah ibu kalian,” pesannya dengan tegas.
“Dengan hormat pada orang tua dan guru, insyaAllah kita akan mendapatkan ridho Allah SWT. Yang punya cita-cita tinggi semoga diijabah Allah SWT. Apalagi ini Bulan Puasa, mudah-mudahan doa kita semua diijabah Allah SWT,” imbuhnya.
Khofifah, yang juga menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, memberikan semangat dan motivasi kepada mereka. Baginya, meraih cita-cita memerlukan semangat, kerja keras, dan doa. Oleh karena itu, ia mengingatkan anak-anak untuk rajin belajar, beribadah, tidak mudah menyerah, tetap optimis, serta menolak untuk bermalas-malasan.
“Anak-anakku, semangat adalah kunci. Jangan pernah menyerah. Saya meminta kalian untuk rajin belajar dan beribadah. Apapun cita-cita kalian, apakah ingin menjadi Presiden, gubernur, polisi, atau TNI, semuanya membutuhkan kerja keras. Kalian tidak boleh bermalas-malasan,” ucapnya dengan penuh semangat.
“Hormati orang tua dan guru. Tidak boleh membentak. Siapa yang merasa pernah membentak orangtua dan gurunya, sepulang dari sini tolong minta maaf dan janji tidak mengulangi lagi,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga mengajak Muhammad Zulfikar, seorang putra asli Lamongan yang sukses menyelesaikan jenjang pendidikan S1 dan S2 di Universitas Airlangga (Unair) secara fast track dalam waktu 4,5 tahun. Ia juga meminta Zulfikar untuk berbagi kisah inspiratifnya kepada hadirin.
Muhammad Zulfikar, yang lahir di Lamongan pada tanggal 18 Agustus 2001, adalah contoh nyata kesuksesan. Ia menyelesaikan pendidikan S1 Administrasi Publik di Unair dalam 3,5 tahun dan S2 Kebijakan Publik di Unair dalam 3 semester, semuanya dengan beasiswa.
“Anak-anakku sekalian, inilah Mas Zulfikar, putra asli Lamongan. Ia adalah seorang aktivis yang berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 secara cepat hanya dalam waktu 4,5 tahun. Siapa di antara kalian yang ingin mengejar kesuksesan seperti beliau? Untuk itu, rajinlah belajar dan taatlah pada orang tua,” ungkap Khofifah.
Pada akhir acara, Khofifah juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Baznas Jatim atas penyelenggaraan acara santunan anak yatim ini.
“Terima kasih kepada Baznas, semoga tetap dapat memberikan pelayanan yang baik kepada umat. Semoga pahala para muzakki diterima oleh Allah SWT, dan manfaat barokah diberikan kepada para mustahiq dari Allah SWT. Semoga Kabupaten Lamongan dan Jawa Timur selalu diberkahi,” ucapnya.
“Semoga amalan-amalan kita seperti puasa, tarawih, tadarus, infaq, shodaqoh, dan zakat diterima oleh Allah SWT. Semoga kita semua dapat bertemu dengan malam Lailatul Qadar. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua. Dan semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita. Al-Fatiha,” tutupnya dengan doa.
Sementara itu, Muhammad Zulfikar yang berhasil menyelesaikan S1 dan S2 secara fast track 3,5 tahun menyampaikan kekagumannya kepada sosok Khofifah Indar Parawansa. Menurutnya, Khofifah merupakan salah satu tokoh perempuan inspiratif.
“Saya mengidolakan Ibu Khofifah. Perasaan saya sangat senang dan tidak menyangka beliau mengajak saya berbagi kisah dengan anak yatim di Lamongan ini. Dan Alhamdulillah tadi saya juga mendapat support dari beliau,” katanya.
Menurutnya, Khofifah selalu menekankan semangat optimisme. Semangat itu yang kemudian dibawa menjadi tagline Pemprov Jatim yakni ‘Optimis Jatim Bangkit’.
“Jadi semangat optimis ini meskipun kita punya kekurangan, baik anak yatim maupun disabilitas misalnya, tapi kita harus optimis bahwa kesempatan masih ada. Bahwa kehidupan harus terus berjalan, sehingga kita harus pantang menyerah dan tetap istiqomah,” pungkasnya.