JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Rupiah cenderung bergerak stabil pekan lalu, tetapi hari ini, Senin (13/1/2025), berpotensi melemah seiring dengan kembali menguatnya indeks dolar AS. Mengacu pada data Refinitiv, rupiah ditutup pada posisi Rp16.180/US$ pada Jumat (10/1/2025), menguat 0,09% dibandingkan hari sebelumnya dan mencatatkan apresiasi mingguan sebesar 0,03%.
Pekan ini, rupiah memulai perdagangan dengan stabil, meski terdapat fluktuasi ringan sejak Selasa (7/1/2025), di mana nilai tukar sempat mencapai Rp16.125/US$, level terkuat dalam seminggu terakhir. Namun, kembali menguatnya dolar AS yang dipicu oleh data ekonomi AS yang solid menyebabkan rupiah berpotensi menghadapi tekanan.
Indeks dolar AS terbang kembali ke atas level 109, setelah data payroll AS yang dirilis pekan lalu menunjukkan penciptaan 256.000 lapangan kerja pada Desember, jauh di atas ekspektasi pasar yang sebesar 160.000. Selain itu, tingkat pengangguran AS juga turun menjadi 4,1% dari sebelumnya 4,2%. Hasil ini memperlihatkan ketahanan pasar tenaga kerja AS dan memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan lebih berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan suku bunga.
Kebijakan The Fed yang berhati-hati semakin terkonfirmasi dengan hasil risalah FOMC Minutes yang dipublikasikan pada Kamis pekan lalu. Sementara itu, pasar masih akan dihadapkan pada ketidakpastian data ekonomi AS dan China, seperti inflasi dan neraca dagang, yang berpotensi mempengaruhi gerak pasar.
Pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF) per hari ini pukul 01.36 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar terpantau sudah melemah ke level Rp16.300/US$, menandakan adanya potensi penurunan lebih lanjut.
Secara teknikal, rupiah masih berada dalam tren sideways terhadap dolar AS. Resistance terdekat berada di Rp16.285/US$, yang diambil dari high candle intraday pada 9 Desember 2024. Jika level ini tembus, rupiah berpotensi kembali melemah hingga mencapai level psikologis Rp16.300/US$. Di sisi lain, support atau potensi pembalikan arah menguat ada di Rp16.090/US$, yang tercatat pada low candle intraday pada 31 Desember 2024.
Dengan kondisi tersebut, para pelaku pasar perlu mengantisipasi kemungkinan pergerakan volatilitas yang lebih besar pada pekan ini, mengingat kekuatan dolar yang dipicu oleh data AS yang solid.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin