Sepi Pengunjung, Banyak Stand di Pasar Tradisional Tempeh Lumajang Ditinggal Pedagangnya

Koordinator pasar Tempeh, Sugeng Hariyanto, saat menunjukkan bedak yang tutup dan sepinya pengunjung, Selasa (30/5) (Dok Riyaman/Radarvangsa.co.id)

LUMAJANG, RadarBangsa.co.id – Pasar Tradisional Tempeh Lumajang Jawa Timur sepi pengunjung, banyak stand yang di tinggalkan oleh para pedagangnya.

Hal ini disampaikan oleh koordinator pasar Tempeh, Sugeng Hariyanto, ketika di konfirmasi Radarbangsa.co.id di kantornya, Selasa (30/5).

Bacaan Lainnya

Disampaikan nya, kalau para pengunjung ramainya hanya di pagi hari saja. “Ya, ramainya hanya pada pagi hari saja, setelah pukul 08.00 para pengunjung sudah sepi,” kata Sugeng Hariyanto, dengan mimik wajah meyakinkan.

Dikatakannya, selain pengunjung sepi, juga banyak bedak yang tutup. Dengan sepinya pengunjung, akibatnya banyak Tempat los (terbuka) maupun bedak banyak yang tutup (gulung tikar).

“Ada yang satu tahun hingga lima tahun tutupnya”, jelasnya.

Namun Sugeng Hariyanto mengaku pada hari kamis dan Minggu pengunjung masih ramai. “Ya, ramainya karena didukung adanya pasar kambing dan burung. Karena pada hari itu, hari pasarannya pasar Tempeh”, akunya.

Pihaknya berharap pasar Tempeh kedepannya akan bisa ramai pengunjung, agar perekonomian warga pasar bisa terdongkrak.

Sementara itu, warga pasar, Bu Rizal (60), mengamini koordinator pasar Tempeh, Sugeng Hariyanto. “Duh! Bukan sepi lagi mas…, Saya tiga hari kemarin, mulai hari Sabtu hingga hari Senin kemarin, baru hari ini yang mendapatkan penglaris Rp 55 RB.”, Ungkapnya.

Dia mengaku sudah puluhan tahun berjualan di pasar Tempeh. Menurutnya, perbedaannya sudah sangat jauh sekali kalau di bandingkan dengan tahun dulu. Dikatakannya pada tahun dulu pasar Tempeh sangat ramai sekali, berbeda dengan sekarang, sangat sepi sekali. “Mungkin karena sudah moderen ini mas, sudah ada jualan lewat online. Apa apa di online kan, jadi pasarnya kalah wes”, jelasnya kemudian.

Walaupun sepi, kata Bu Rizal, dirinya tetap membayar retribusi. “Tapi ini saya mas, entah pedagang yang lain. Ya kalau gak kuat, terpaksa ditutup wes”, akunya, sambil tertawa.

Hal yang sama juga di katakan oleh pemilik warung kopi di pasar Tempeh, Arbaiya (45). “Sepi mas…, sampai ngantuk menunggu pembeli. Tapi sudah bersyukur. Cukuplah kalau cuman untuk makan”, ucapnya, sambil tersenyum.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *