JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Pernahkah Anda menjalani Medical Check Up (MCU) dan melihat angka trigliserida dalam laporan hasilnya? Pentingnya kadar trigliserida sangat berpengaruh pada proses pengajuan asuransi.
Menurut Medical Underwriter Sequis, dr. Debora Aloina Ita Tarigan, beberapa produk asuransi kesehatan memerlukan MCU untuk menilai risiko kesehatan. Beberapa lainnya hanya memerlukan jawaban dari pertanyaan kesehatan saat mengisi Surat Pengajuan Asuransi (SPA). Salah satu indikator utama dalam menilai risiko kesehatan adalah angka trigliserida.
“Hasil MCU atau jawaban terkait riwayat kesehatan dalam pertanyaan SPA digunakan untuk menilai risiko calon tertanggung. Risiko ini kemudian dikategorikan menjadi risiko standar, risiko kesehatan tinggi yang biasanya dikenakan beban premi ekstra, atau risiko sangat tinggi yang kemungkinan besar pengajuannya akan ditolak. Oleh karena itu, penting untuk menjalani gaya hidup sehat untuk menjaga kesehatan dan mendapatkan premi yang sesuai dengan kondisi risiko kesehatan yang rendah,” jelas dr. Debora.
Trigliserida adalah jenis lemak yang umum dalam darah dan berfungsi menyimpan kalori serta menyediakan energi bagi tubuh. Makanan adalah sumber utama trigliserida. Jika Anda mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang diperlukan tubuh, kadar trigliserida bisa meningkat.
“Proses metabolisme mengubah makanan menjadi kalori yang kemudian diubah menjadi energi. Energi diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi sel serta jaringan tubuh. Aktivitas sehari-hari dan olahraga memerlukan energi, tetapi jika energi tidak terpakai akan disimpan sebagai trigliserida dalam sel-sel lemak,” tambah dr. Debora.
Untuk mengetahui kadar trigliserida, tes darah dapat dilakukan di klinik atau laboratorium. Darah diambil dari pembuluh di lengan, dan hasilnya akan lebih akurat jika pasien berpuasa selain minum air putih selama 9-12 jam sebelum pengambilan darah.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar trigliserida kurang dari 150 mg/dL, itu berarti masih dalam batas normal. Kadar 150-199 mg/dL perlu diwaspadai, dan kadar 200-500 mg/dL atau lebih tinggi tergolong sangat tinggi dan berbahaya.
Dr. Debora menekankan pentingnya literasi mengenai trigliserida karena sering kali kadar trigliserida meningkat tanpa gejala. Beberapa orang merasakan gejala saat kadar sudah mencapai 1.000 hingga 2.000 mg/dL. Kadar trigliserida tinggi bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan, termasuk risiko penyakit jantung dan stroke.
Kebiasaan sehari-hari sangat memengaruhi kadar lemak dalam tubuh. Konsumsi kalori berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik adalah pemicu utama kenaikan trigliserida. Faktor genetik juga bisa berperan dalam tingginya kadar trigliserida.
Mengontrol kadar trigliserida bisa dilakukan dengan mengadopsi gaya hidup sehat, rajin berolahraga, dan menghindari penyimpanan lemak berlebih dalam tubuh. Dr. Debora juga menyarankan untuk mengelola stres dengan baik, misalnya dengan meditasi atau yoga, dan fokus pada kehidupan saat ini.
Dalam hal asupan makanan, pilihlah karbohidrat kompleks seperti biji-bijian utuh, sayuran, dan buah segar untuk menjaga kestabilan gula darah dan trigliserida. Hindari lemak jenuh dan trans, serta konsumsi lemak sehat seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun. Tambahkan juga makanan kaya omega-3 dan serat, seperti ikan berlemak, chia seeds, dan kacang-kacangan.
Hindari kebiasaan merokok dan batasi konsumsi alkohol karena alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida. Sebaiknya konsumsi lebih banyak air putih untuk mendukung kesehatan jantung dan membantu tubuh mengeluarkan racun.
Dr. Debora mengingatkan bahwa pasien dengan riwayat penyakit seperti diabetes, liver, obesitas, atau gangguan tiroid harus memantau kadar trigliserida secara teratur. Diet sebaiknya dilakukan dengan bimbingan dokter, dan konsultasikan dengan dokter jika kadar trigliserida tetap tinggi. Jangan mencoba mendiagnosa sendiri.