SUMENEP, RadarBangsa.co.id – Jebolnya pengatur air laut (tanggul air) di pelabuhan Gresik Putih Desa Gresik Putih Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Jawa Timur, menyebabkan air laut masuk ke areal tambak garam milik PT. Garam Persero, dan mengikis badan jalan raya di Pelabuhan Gresik Putih, yang berpotensi meluber ke areal pemukiman warga sekitarnya. Kejadian sejak kemaren sore (9/05), sekira pukul 15.30 WIB,
Sampai dengan hari ini tim Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Sumenep bersama petugas lainnya dan masyarakat sekitar melukakan upaya penutupan dan pengalihan aliran air laut. Minggu, (10/05/2020).
Nugroho Susilo, Tim Tagana Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, kepada media ini menyampaikan bahwa kronologis kejadian sejak hari Sabtu sore tanggal 9 Mei 2020 telah terjadi jebolnya pengatur air laut masuk ke lahan tambak garam milik PT. Garam Persero, sehingga mengakibatkan amblasnya jalan raya gresik putih dan dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa.
“Upaya yang dilakukan, setelah mendatangi lokasi kejadian dan melakukan assesment serta pendataan terhadap jebolnya pengatur air laut, kemudian berkoordinasi dengan Forkopimka Gapura dan Pemdes Gresik Putih, membantu membuat penahan air laut agar tidak meluber ke rumah warga,” terangnya.
Adapun unsur yang terlibat, antara lain, tim Tagana Forkopimka Gapura, Polsek Gapura, Koramil Gapura, Pemdes Gresik Putih, Pegawai PT. Garam, GP. Ansor Gapura, dan Masyarakat sekitar.
Suryono, Tim Tagana Kabupaten Sumenep yang juga terlibat dalam kegiatan tanggap bencana alam jebolnya tanggul air di pelabuhan Gresik Putih, kepada media ini menyampaikan bahwa kemungkinan jebolnya tanggul disebabkan karena kemaren curah hujan tinggi dan kondisi air laut sedang pasang, arus begitu deras, sehingga tanggul tersebut tidak kuat menahan debit air, akhirnya jebol, dan air mengikis badan jalan raya di pelabuhan Gresik Putih tersebut.
“Kemaren, pada pukul 12.00 Wib, air laut meluap dan sekira pukul 14.00 Wib, air mulai mengikis badan jalan di pelabuhan Gresik Putih,” ungkap Yoyon sapaan akrabnya.
Lebih lanjut Yoyon mengungkapkan bahwa, dengan menggunakan alat berat “Excavator” serta alat sederhana lainya, tim membuat penahan air sementara, dengan melakukan penutupan aliran air sejak kemaren sore sampai hari ini, dan sudah bisa ditutup.
“Dengan alat Excavator dan alat manual menggunakan sleksek atau anyaman bambu dan tancapan bambu dan kayu, serta dilapisi batu ke dalam untuk penahan aliran air. Sementara jalan yang terkikis dibiarkan, karena sudah ada jalan alternatif, yaitu melalui jembatan yang ada, sehingga tidak menghambat orang dari gresik Putih menuju Kalianget,” pungkas Yoyon.
(ONG)