LOMBOK BARAT, RadarBangsa.co.id – Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan Pesantren dalam membina santrinya khusunya dalam hal gramatika bahasa arab, pondok pesantren Zainul Hafidz At-Taufiq Dusun Sepi Desa Buwun Mas Kecamatan Sekotong Lombok Barat menyelenggarakan imtihan (ujian) atau Uji Publik bagi Para santri Sabtu (13/05).
Hal tersebut disampaikan Mudir Pondok Pesantren Zainul Hafidz At-Taufiq Ustadz H Sahwan. S. Pd, saat dikonfirmasi di sela-sela kesibukan acara Pelantikan Pengurus Ranting NU Desa Se kecamatan sekotong.
Uji publik program amtsilati ini sukses digelar. Sebanyak 6 Santri langsung di Uji di depan puluhan Para Tuan guru dan ribuan jamaah yang hadir.
Program Amtsilati merupakan metode sekaligus tersusun dalam bentuk kitab yang berisikan beberapa materi ilmu alat yang terprogram dengan penulisan yang sistematis bagi para pemula dalam belajar membaca kitab kuning dan bahasa arab dalam kurun waktu 3-6 bulan. Yang pengarangnya adalah KH. Taufiqul Hakim dari Pondok Pesantren Jepara Jawa Tengah. Lanjut nya.
Pondok Pesantren Zainul Hafidz At-Taufiq Dusun Sepi Desa Buwun Mas merupakan satu-satunya pondok Pesantren yang ada di Lombok mengunakan serta menerapkan program amtsilati ini.
Acara yang berlangsung dihalaman Pondok Pesantren itu selain dihadiri oleh Puluhan Para Tuan Guru, Tokoh Masyarakat, Ribuan Jamaah, pejabat pemerintah hadir juga Ketua PCNU kabupaten Lombok Barat Dr. H Nazar Na’amy, dihadiri juga oleh wali santri dan para dewan asatidz.
Sebelum kami melakukan wisuda, santri diuji publik dulu oleh para tuan guru dan nanti akan kami wisuda langsung oleh pengarang kitab amtsilati KH Taufiqul Hakim, Ungkap Guru Wan sapaan akrab Pimpinan Pondok Pesantren Zainul Hafidz At-Taufik Ustadz H Sahwan. S. Pd.
Pada uji publik ini membuat suasana makin meriah. Pasalnya para santri yang diuji tidak hanya bisa membaca kitab yang dipilih secara acak oleh hadirin, tapi juga mampu memberikan dasar bacaan yang sesuai dengan qoidah amtsilati. kekompakan menjawab yang dilontarkan dalam bentuk nadhom disambut dengan tepuk tangan hadirin yang begitu meriah.
“Diharapkan selama 3 sampai 6 bulan santri sudah bisa tuntas belajarnya dan sudah bisa membaca kitab yang belum ada makna dan harokatnya alias kitab gundul. Dan metode ini bisa digunakan oleh semua kalangan bahkan bagi santri yang belum pernah belajar kitab saja juga bisa,” terangnya.
Selaku pengasuh berpesan agar tidak meninggalkan ilmu Nahwu dan Shorrof seperti ini, karena ilmu seperti ini merupakan modal untuk bisa mempelajari segala macam ilmu. Selain itu, beliau juga berpesan agar selalu menjaga identitas kesantriannya, pungkasnya.
Sementara itu di tempat yg sama salah satu ustaz yang mengajar program ini menjelaskan bahwa Pesantrennya membina sekitar ratusan orang santriwan dan santriwati yang sebagian besar dari Lombok Barat.
“Lembaga kami adalah lembaga non profit yang sama sekali tidak mengharapkan keuntungan secara ekonomi, kami tulus mengabdi demi masa depan umat islam (santri) kelak,” jelas ustaz yang masih muda tersebut.
Saat ditanya tentang pendidikan formal yang telah dibina di Pesantrennya tersebut beliau menjelaskan bahwa saat ini di lembaganya telah melaksanakan pendidikan formal dari tingkat MTs dan MA, dan lembaga ini sudah di akui legalitasnya oleh pemerintah, ungkapnya.