RadarBangsa.co.id – Media sosial Indonesia kembali diramaikan oleh kemunculan simbol “Peringatan Darurat” dengan lambang Garuda berlatar hitam. Jika sebelumnya simbol ini muncul pada Agustus 2024 dengan warna biru untuk mengawal putusan MK dan jalannya Pilkada, kini kemunculannya diwarnai dengan isu-isu yang dianggap merugikan rakyat.
Tagar #PeringatanDarurat bahkan berhasil menjadi trending topic di platform X Indonesia, dengan banyak warganet menyuarakan keluhan terhadap kebijakan pemerintah. Beberapa isu utama yang menjadi sorotan adalah kelangkaan gas LPG 3 kg dan kontroversi PIK 2.
Makna P.E.N.T.O.L dalam Peringatan Darurat
Salah satu akun X bernama @BudiBukanIntel menginisiasi singkatan “P.E.N.T.O.L”, yang berisi enam tuntutan utama dalam gerakan ini:
1. Polisi diberesin – Reformasi Polri, penghapusan impunitas, serta tindakan tegas terhadap oknum polisi korup.
2. Energi buat rakyat – Pengembalian subsidi LPG 3 kg dan penghentian kebijakan bagi-bagi tambang.
3. Naikkan tarif hidup rakyat – Kritik terhadap pemotongan anggaran pendidikan, kesehatan, dan transportasi umum.
4. Tunaikan tukin dosen, guru, dan ASN – Pembayaran hak tenaga pendidik dan pegawai negeri sipil yang tertunda.
5. Output MBG diperbaiki – Evaluasi efektivitas program Makan Bergizi Gratis (MBG) agar lebih tepat sasaran.
6. Lawan mafia tanah dan lengserkan pejabat tol – Pemberantasan mafia tanah dan pemecatan pejabat yang dianggap inkompeten.
Unggahan @BudiBukanIntel dengan daftar tuntutan tersebut mendapat lebih dari 5.700 tanda suka dan memicu berbagai tanggapan dari warganet lainnya.
Akun @dam menyoroti isu-isu yang menjadi alasan munculnya #PeringatanDarurat, termasuk:
– Mengesampingkan pendidikan dan kesehatan
– Kasus tukin dosen yang belum cair
– Monopoli persaingan BBM
– Kelangkaan LPG 3 kg hingga memakan korban jiwa
Sementara itu, akun @cing menyerukan aksi penyebaran informasi, “Pasukan saatnya bantu RT sebarkan. Rakyat disuruh antre, pejabatnya bikin kebijakan yang nyusahin. Let’s go #IndonesiaGelap.”
Senada dengan itu, akun @muazz menyoroti kondisi 100 hari pemerintahan baru, “Bukan biru lagi, tapi hitam. Gelap! Gas LPG 3 kg langka, kasus PIK 2, mafia tanah merajalela, tukin dosen ASN nggak cair, makan bergizi bermasalah, PPN 12 persen, dll.”
Tak hanya itu, akun @thas__ juga menyebut berbagai peristiwa yang terjadi dalam 100 hari terakhir, “Bocah SMA demo, guru demo, ASN Dikti demo, kelangkaan LPG, polisi tembak bocah SMK dan palak warga sipil, pagar laut telat usut, kabinet kegemukan. Capek udah. Gini amat 100 hari rezim Owo #PeringatanDarurat.”
Melihat derasnya kritik di media sosial, kemunculan Peringatan Darurat berlatar hitam ini tampaknya bukan sekadar simbol, tetapi juga cerminan kekecewaan masyarakat terhadap kondisi politik dan ekonomi di Indonesia.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin