Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada

- Redaksi

Rabu, 18 September 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Abdul Mujib

Abdul Mujib

Pemilihan kepala daerah serentak sudah didepan mata, masyarakat Indonesia saat ini akan menghadapi pilkada serentak 2024 yang digelar pada bulan November mendatang. Para calon kepala daerah sudah mulai mendaftarkan diri ke KPU.

Tentunya setiap orang memiliki jagonya masing-masing, ada yang dari awal sudah menentukan pilihannya, ada pula yang masih bimbang menentukan siapa yang akan dipilih. Di media sosial keramaianpun mulai menggelora, para tim sukses sibuk mempoles tokoh yang dijagokan, agar memiliki citra yang baik di mata masyarakat. Baik dengan menggunakan cara yang etis maupun yang tidak logis.

Dalam kontestasi pemilihan kepala daerah yang diadakan di Indonesia masih berpotensi diwarnai dengan adanya kampanye hitam dan penyebaran hoax. Padahal, hal tersebut secara jelas dilarang. rakyat masih sering menjumpai perang ujaran kebencian, menghasut lawan bahkan penggiringan opini yang menyesatkan. Itu semua dilakukan hanya karena menganggap siapa yang dijagokan lebih baik daripada yang lainnya.

Harus kita sadari bahwa polarisasi politik yang tajam dapat menyebabkan masyarakat terpecah menjadi dua kubu yang saling bertentangan. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan dan konflik di masyarakat. Pernah terjadi pada saat pilkada DKI Jakarta tahun 2017 ada calon kandidat gubernur yang menggunakan isu penistaan agama. bahkan isu ini sudah meluas dan menjadi perhatian bagi dunia. Ketegangan selama masa kampanye lebih terasa dibandingkan dengan Pemilihan Presiden sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh begitu banyaknya agenda politik dan strategi politisasi identitas dan agama yang digunakan oleh tim sukses lawan sebagai bahan bakar dalam poilitiknya untuk menurunkan elektabilitas si penista agama agar tidak dipilih oleh rakyat.

Pada bulan Juli lalu Polda Maluku Utara menemukan kasus yang mengarah pada ujaran kebencian di media sosial (medsos) mengarah pada kampanye hitam pada bakal calon kepala daerah, menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Dalam tahapan Pilkada di Jawa Tengah belakangan juga muncul kampanye negatif, ada pihak yang berusaha membenturkan Polri dengan santri. Sehingga, Pilkada yang seharusnya menjadi adu gagasan dan adu visi, berubah menjadi kampanye hitam yang menyesatkan.

Lalu apa kaitannya dengan olahraga?

Olahraga jauh dari sentimen Suku, Agama, Ras dan Golongan. Maka olahraga merupakan alat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Peristiwa yang terjadi pada tahun 2015 terlihat keakraban para tokoh publik Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan Mentri Agraria & Tata Ruang Ferry Mursyid Baldan sedang melakukan gowes bareng di kawasan bebas kendaraan Dago Bandung Jawa Barat. Ketiga tokoh publik itu tampak rukun dan ceria, mereka dipersatukan melalui kegiatan olahraga.

Masih ingatkah anda pada peristiwa yang terjadi pada tahun 2018 lalu? dimana pada perhelatan Asian Games 2018 atlet pencak silat Hanifan Yudani Kusumah membuat kagum kita semua melalui selebrasinya dengan memeluk Prabowo Subianto dan Joko Widodo setelah ia meraih medali emas. Momen humanis itu menjadi pendingin suhu panas politik Indonesia jelang pemilihan presiden 2019. Jadi, disinilah menunjukkan bahwa olahraga bisa mempersatukan, walaupun adanya perbedaan pilihan.

Keakraban juga terlihat pada bulan Juni 2023 ketika Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono melaksanakan olahraga bareng di Gelora Bung Karno (GBK) dalam suasana yang penuh keceriaan dan semangat, mereka berinteraksi satu sama lain di tempat ikonik yang melambangkan semangat olahraga dan persatuan. mereka berdua melupakan perbedaan politik dan memilih fokus pada kebersamaan yang ditemukan dalam aktifitas olahraga.

Bulan Juli lalu ketika piala AFF berlangsung di stadion Gelora Bung Tomo Surabaya keakraban juga mencul di bangku supporter, 2 ketua partai politik dan Wali Kota Surabaya duduk manis menyaksikan timnas Indonesia yang sedang berlaga. kebersamaan mereka merupakan bukti persatuan dari nilai-nilai keindonesiaan.

Pada perayaan HUT RI yang baru berlangsung bulan kemarin, beberapa daerah juga menyelenggarakan kegiatan Jalan Sehat. mereka berkumpul tumpah ruah menjadi satu mengikuti kegiatan. Melupakan perbedaan latar belakang dan juga pilihan. Dalam olahraga juga ada yang namanya liga persahabatan yang digelar bertujuan untuk silaturahmi dan mengakrabkan antar orang maupun instansi. Walaupun bentuknya sebuah perlawanan, namun jika dipahami bahwa hal itu hanyalah sebuah permainan, maka tidak akan mempengaruhi rasa persahabatan bahkan akan menambah keakraban.

Kita lihat dalam olahraga kental dengan jiwa nasionalisme, bahkan tak banyak yang menyadari bahwa dunia olahraga di Indonesia erat kaitannya dengan nilai Pancasila. seperti yang ada pada olahraga sepak bola yang merupakan olahraga paling popular didunia, tidak hanya dikenal oleh usia remaja saja. Namun, baik pria, wanita, dewasa dan tua semua menggemarinya. Nasionalisme saat kita menonton timnas bola ketika berlaga terasa sangat tinggi daripada upacara bendera 17 Agustusan.

Menelisik fenomena hari ini, ketika Indonesia dihadapkan dengan isu domestik, isu SARA, dan gejolak bangsa yang ada, hanya olahragalah yang bisa menyatukan. Permainan olahraga dapat dimaknai sebagai bahasa universal, pertandingan dalam olahraga Indonesia telah menjadi ruh bangsa dalam sebuah persatuan dan kesatuan, menyatukan kita dari Sabang sampai Merauke. Walaupun berbeda agama, suku, budaya, namun ketika si kulit bundar sudah menggelinding, kita menjadi satu, yaitu Indonesia.

Nelson Mandela pernah mengungkapkan konsep “Power of sport” di mana olahraga memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, menginspirasi, mempersatukan manusia, “berbicara” kepada generasi muda dengan bahasa yang mudah dipahami, dan menciptakan harapan.

Penulis : Abdul Mujib

Berita Terkait

Pelanggaran Masif & Berlanjut
ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi
Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso
Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik
Menilik Unsur Pidana Ketua KPU yang Dipecat Menurut UU TPKS, ‘Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari’
Efek Samping Konsumsi Daging Berlebihan, Risiko Dehidrasi dan Kesehatan Tubuh
Menjelang Pilkada, Waspadai Oknum di Lamongan yang Bermain di Medsos
Amicus Curiae, Sarana Partisipasi Rakyat Mengawal Sengketa Pilpres di MK
Tag :
Penulis : Abdul Mujib. Almamater : Alumni Fakultas Ilmu Olahraga UNESA. Pengalaman Organisasi : Wakil Ketua BEM Fakultas Ilmu Olahraga UNESA. Profesi : Pengajar Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan MI Alfithrah Surabaya

Berita Terkait

Minggu, 22 September 2024 - 22:22 WIB

Pelanggaran Masif & Berlanjut

Jumat, 20 September 2024 - 07:32 WIB

ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi

Rabu, 18 September 2024 - 07:21 WIB

Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada

Senin, 16 September 2024 - 13:10 WIB

Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso

Rabu, 24 Juli 2024 - 21:31 WIB

Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik

Berita Terbaru

Kepala BRI Unit Pucuk, Mochamad Afnan Zainuri, saat menyerahkan bantuan program Klasterkuhidupku

Ekonomi

BRI Dorong UMKM Lamongan Maju Lewat Klasterkuhidupku

Sabtu, 5 Okt 2024 - 10:51 WIB