GRESIK, RadarBangsa.co.id – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dengan calon tunggal masih terjadi di wilayah Jawa Timur, salah satunya terjadi di Kabupaten Gresik.
Pilkada Gresik yang hanya diikuti calon tunggal Fandi Akhmad Yani (Calon Bupati)-Asluchul Alif (Calon Wakil Bupati) sangat disayangkan dan banyak mendapatkan sorotan dari kalangan masyarakat.
Salah satu eleman masyarakat Gresik yang melawan calon tunggal dan getol mengkampayekan coblos ‘bumbung kosong’ (kotak kosong) tersebut berasal dari Pemuda Demokrat Indonesia (PDI) Gresik.
Ketua PDI Gresik, Achmad Shadikin menjelaskan bukan tanpa alasan pihaknya kenapa memilih bumbung kosong daripada memenangkan calon tunggal yang notabene incumbent karena dinilai tidak bisa bekerja untuk masyarakat Gresik.
Sebab menurutnya, berbicara soal lapangan pekerjaan saja sekelas Yani (Calon Bupati incumbent) belum bisa berbuat banyak, hal itu terlihat dari banyaknya protes warga Gresik yang bermukim di dekat perusahaan atau pabrik.
“Terutama sekarang ini warga yang dekat JIIPE, hampir setiap hari ada warga yang melakukan demontrasi menuntut agar bisa ikut bekerja,” beber pria yang kesehariannya berprofesi sebagai Advokat ini, Kamis (17/10/2024)
Dikin, panggilan karibnya, berpendapat bicara pengangguran di Gresik ini tidak cukup bila mengacu pada angka statistik, tapi harus lebih melihat realita di lapangan.
“Banyak pemuda Gresik yang sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan dan hanya cangkruk (nongkrong) di warung kopi dari pagi sampai malam. Dilihat dari hal itu saja sudah cukup tanda tingkat pengangguran di Gresik masih tinggi,” sentilnya.
Pemuda yang dikenal aktif berorganisasi sejak di bangku kuliah ini mengingatkan apabila warga Gresik yang berada atau tinggal di dekat industri saja sampai turun jalanan menuntut pekerjaan, bagaimana yang tinggal di Desa-Desa yang jauh dari fasilitas kerja.
“Tentu bagi masyarakat yang jauh dari industri pasti tambah tidak terserap sebagai buruh pabrik. Padahal Gresik dikenal sebagai kota industri, tapi pengangguran masih belum bisa terselesaikan dengan baik di era Yani sebagai Bupati,” kritiknya.
Putra daerah asli Gresik ini menambahkan, kegagalan Yani tidak hanya dalam hal menyelesaikan masalah pengangguran, tapi masalah pertanian dan jalan yang rusak akibat pembangunan juga menjadi catatan pihaknya.
Di bidang pertanian lanjutnya, kelangkaan pupuk yang mana hal itu tidak pantas terjadi di Gresik.
“Petani harusnya lebih mudah dalam mengakses pupuk sebab industri pupuk terbesar ada di Gresik,” sindirnya.
Sedangkan terkait banyaknya jalan yang rusak, Dikin prihatin karena kerap kali warga jatuh berkendara aku akibat jalan rusak.
Selain itu, calon tunggal pada Pilkada Gresik menurutnya sebagai kemunduran demokrasi karena terbukti partai politik gagal kaderisasi dan membentuk sosok pemimpin berkualitas dan mumpuni untuk membangun Gresik.
“Partai yang meraih kursi terbanyak di DPRD Gresik pada Pileg 2024 dibuat seakan tidak mempunyai kader terbaik yang pantas untuk melawan incumbent (Yani),” pungkasnya.
Penulis : FYW
Editor : Zainul Arifin