Oleh : Stanislaus Riyanta
Pandangan dunia serentak tertuju ke Wuhan China. Kejadian ini bermula di kota Wuhan, di mana 27 orang dilaporkan menderita penyakit mirip pneumonia, demam, kesulitan bernafas, dan paru-paru yang tidak normal. Kasus yang terjadi pada awal Desember 2019 hingga mendekati akhir Januari 2020 jumlah korbannya terus menanjak. Tercatat lebih dari 1.400 orang di seluruh dunia terkena virus Corona dengan korban tewas lebih dari 40 orang.
Dugaan awal penyebaran virus ini dari salah satu pasar makanan laut di Kota Wuhan, yang juga menjual kelinci, ular, dan unggas lainnya. WHO mengidentifikasikan virus misterius ini menjadi virus baru yang bernama Novel Corona Virus atau dikenal dengan 2019-nCoV.
Diawali pada 13 Januari 2020, kasus virus corona yang terjadi di luar China ditemukan di Thailand. Selanjutnya pada 16 Januari lalu, seorang pria berkewarganegaraan China yang tinggal di Jepang dinyatakan positif terkena virus corona. Pria ini diketahui tidak pernah mengunjungi pasar di Wuhan, sehingga diduga pria tersebut terkena virus karena kontak dengan orang yang sudah kena, atau penularan dari manusia ke manusia.
Pada 17 Januari 2020, College London menyebutkan terdapat 1.700 kasus virus corona di China. Pada 19 Januari 2020, virus corona diketahui menyebar ke Korea Selatan, melalui seorang perempuan China yang telah berkunjung dua kali ke Wuhan bulan sebelumnya.
Selanjutnya pada 20 Januari 2020, China menyatakan terdapat 139 kasus akibat virus corona. Selain itu China juga menyebutkan virus corona telah terdeteksi di Beijing dan provinsi Guangdong. Pemerintah juga menyatakan bahwa virus corona dapat menular dari manusia ke manusia.
Berbagai spekulasi dan dugaan muncul terkait kejadian virus corona di Wuhan China dan kemudian menyebar ke berbagai tempat. Namun menganggap bahwa hal tersebut alamiah adalah sangat aneh. Hal yang mungkin terjadi adalah virus tersebut kemungkinan hasil rekayasa yang secara sengaja disebarkan (sebagai alat bioterorisme) atau tidak sengaja tersebar (kecerobohan).
Laboratorium penelitian virus paling maju di China dikenal dengan Wuhan Institute of Virology. Dany Shoham menyebutkan bahwa Wuhan memiliki dua laboratorium yang terhubung dengan program bio-warfare. Shoham juga menduga bahwa virus corona berasal dari laboratorium Wuhan.
Dany Shoham, mantan perwira intelijen militer Israel yang mempelajari perang bio China, menyebutkan bahwa institut tersebut terkait dengan program senjata biologi rahasia Beijing. Shoham adalah doktor mikrobiologi medis dan analis senior intelijen militer Israel dengan pangkat Letnan Kolonel.
Meskipun demikian, kabar ini masih sulit diterima secara logis karena jika virus tersebut berasal dari laboratorium Wuhan maka potensi terpapar pertama kali justru dari petugas laboratorium tersebut. Logika lainnya jika penyebaran ini memang disengaja oleh China tentu kurang masuk akal karena jika ingin menyebarkan virus corona pasti bukan di daerahnya sendiri.
Shoham tentu mempunyai tujuan khusus dengan pernyataan di atas. Shoham adalah orang Israel. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa Israel sangat dekat dengan Amerika Serikat yang saat ini sedang menghadapi perang dagang cukup sengit dengan China. Pernyataan Shoham dibantah oleh China. Selain itu China juga membantah memiliki senjata biologis ofensif. China menyebutkan bahwa virus tersebut tidak diketahui asal usulnya.
Virus corona sangat berbahaya secara global karena wilayah Wuhan adalah salah satu pusat industri di China. Dari 500 perusahaan terbesar di dunia, 230 diantaranya berinvestasi di Wuhan. Hal ini berkorelasi dengan konektivitas Wuhan dengan kota-kota besar di negara lain sangat tinggi. Data di Bandar Udara Internasional Wuhan beberapa tahun yang lalu saja sudah melayani lebih dari 3.300 penumpang setiap hari dengan penerbangan langsung ke Asia, Eropa, Amerika, Timur Tengah dan Australia.
Beberapa bulan sebelum virus corona menyerang manusia, tepatnya pada Oktober 2019, Wuhan menjadi tuan rumah dari pelaksanaan The 2019 Military World Games. Lebih dari 100 negara mengikuti acara tersebut. Acara seperti ini bisa menciptakan celah kerawanan, sehingga memudahkan pihak-pihak tertentu jika akan menyusupkan virus corona tersebut ke kota Wuhan.
Dilhat dari model ancaman yang terjadi serta celah kerawanan yang ada, maka dugaan kuat dari kasus penyebaran virus corona di Wuhan adalah akibat dari serangan sistematis aksi bioterorisme. Target dari bioterorisme adalah China dan dengan sasaran khusus di Wuhan karena di kota ini terdapat pusat bisnis yang bisa berdampak terhadap ekonomi China secara siginifikan. Selain itu juga terdapat Wuhan Institute of Virology sehingga bisa menjadi bahan propaganda bahwa ini adalah kebocoran dari laboratorium tersebut.
Propaganda yang mengarah kepada kecerobohan China dan narasi-narasi menggiring opini bahwa virus corona ini menyebar karena kesalahan atau bahkan ulah China terus terjadi, dengan dukungan banyak pihak yang mempunyai kepentingan medeskreditkan China. Namun hal yang lebih penting adalah bagaimana semua pihak melakukan langkah-langkah yang tepat agar kasus virus corona ini tidak menjadi bencana global dan tidak menjadi inspirasi untuk melemahkan negara tertentu.
Satu hal yang sangat penting, China justru menunjukkan kehebatannya dalam melakukan penanganan dan pemulihan atas serangan virus corona ini. Bahkan dengan sangat cepat mampu membangun infrastruktur pendukung yang luar biasa. China menunjukkan bahwa mereka mampu bertahan dari serangan yang dahsyat.
Kejadian di Wuhan juga menjadi sinyal serius bagi intelijen Indonesia agar terus meningkatkan kemampuan deteksi dini dan cegah dini atas ancaman yang terus berubah. Ancaman saat ini bersifat asimetris, sulit ditebak, dan terjadi secara mendadak, bentuknya juga di luar dugaan tapi mempunyai dampak yang siginifikan. Indonesia harus waspada.
“Penulis adalah pengamat intelijen dan keamanan”