ATLANTA, RadarBangsa.co.id – Fortune (China) dan Ries Positioning Strategy & Consulting telah merilis laporan pemosisian (positioning) global yang pertama—”The $ Trillion Opportunities : Building Global Brands with Country Positioning in Mind” (Berbagai Peluang Trilunan Dolar : Membangun Merek-Merek Global dengan Mengutamakan Pemosisian Negara”)—di Amerika Serikat.
Laporan ini mengemukakan, setiap negara memiliki kualitas “positioning in mind” yang berbeda-beda, dan kalangan perusahaan harus memahami konsep ini, serta memanfaatkan sejumlah kategori produk guna membangun merek global.
Riset yang dilakukan untuk laporan ini mengacu pada kerangka teoretis unik yang digagas Ries Consulting. Kerangka teoretis tersebut mengeksplorasi analisis konsumen dan riset kategori produk di enam negara, yakni Amerika Serikat, Tiongkok, Inggris, Perancis, Jerman, dan India.
Lebih lagi, laporan ini menyajikan sejumlah peluang kategori produk yang potensial di negara-negara tersebut. Laporan ini juga menjadi panduan dalam mengembangkan kategori-kategori produk yang potensial di pasar dunia, dan merupakan laporan positioning pertama di dunia yang berfokus pada kognisi dan kategori produk.
“Kita tengah berada di momen penting saat perusahaan dunia menghadapi tantangan besar. Untuk itu, berbagai perusahaan dan merek harus mengeksplorasi peluang “blue ocean” di dunia,” kata Global CMO, Fortune, Michael Joselof ketika memperkenalkan latar belakang dari proyek strategic positioning tersebut.
“Ries Consulting merupakan pemimpin global dalam strategic positioning, serta dikenal atas teori positioning inovatif yang memadukan “persepsi” dan “kategori” dalam model bisnisnya. Kami telah berkolaborasi untuk mengungkap sejumlah kategori produk yang paling potensial di dunia.”
Laporan positioning ini mengemukakan, “positioning in mind” dari sebuah negara mencerminkan persepsi pengalaman pertama yang unik dari konsumen di negara tertentu. Dari negara-negara yang dikaji, Tiongkok dan India memiliki perkembangan pesat, namun in-mind country positioning mereka terbagi-bagi.
Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jerman menjadi pemimpin sektor teknologi dan inovasi, namun India masih belum menggeser citranya sebagai negara pertanian yang tradisional dari benak konsumen global.
Inggris dan Perancis unggul berkat desain yang baik, fesyen, dan produk-produk mewah, memperlihatkan daya saing kedua negara ini dalam segmen konsumen kelas atas seperti barang-barang mewah dan perhiasan.
Merek, kategori produk, dan country positioning in mind bisa saling mempengaruhi, seperti yang terungkap dalam laporan tersebut. Itu sebabnya, saat membangun merek global, resep suksesnya ialah menggabungkan beberapa kategori produk yang berbeda-beda, dan masing-masing negara memiliki pemimpin industri sendiri dengan country positioning in mind yang unik.
Ketika sejumlah kategori produk digabungkan dengan aspek-aspek unggulan dari positioning in mind sebuah negara, inovasi kategori tercetus, dan dapat membentuk daya saing global dalam benak konsumen. Laporan ini juga secara spesifik mengkaji berbagai peluang di pasar dunia untuk produk teh, kendaraan listrik, dan beberapa kategori lain.
Laura Ries, Global Chairman, Ries Consulting, menilai sejumlah peluang bisnis global di masa depan sewaktu merilis laporan tersebut. “Kunci sukses untuk memenangi persaingan global bergantung pada kemampuan sebuah merek untuk merebut pikiran konsumen global.
Saat membangun merek global, positioning in mind dari sebuah negara sangat penting. Akan tetapi, aspek ini kerap luput dipertimbangkan oleh pebisnis. Dengan mengeksplorasi dan memanfaatkan positioning in mind dari sebuah negara, serta memaksimalkan pengaruhnya, pebisnis lebih mudah membangun sebuah merek global.”
Laura menambahkan, “Langkah ini selalu diutamakan Ries Consulting, dan telah terbukti dari praktik bisnisnya selama 60 tahun terakhir.
Di Abad Ke-21, persaingan global antara berbagai mereka menjadi suatu keniscayaan.
Keputusan untuk berkembang menjadi sebuah merek global adalah soal ‘mau atau tidak’. Meski situasi dunia tengah sulit, kita bisa sukses membangun merek global hanya dengan memahami hukum persepsi (law of perception) dengan benar dan menciptakan kategori-kategori produk baru.”
(RB)