SURABAYA, RadarBangsa.co.id — Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Provinsi Jawa Timur yang digelar di Gedung Grahadi, Minggu (12/10/2025), menjadi ajang refleksi atas berbagai capaian pembangunan di bawah kepemimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Di tengah semarak acara, apresiasi datang dari Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama, yang menilai keberhasilan Jatim selama lima tahun terakhir merupakan buah dari kepemimpinan yang visioner, inklusif, dan berorientasi pada ekonomi rakyat.
Menurut Lia, Khofifah berhasil memadukan tiga unsur penting dalam kepemimpinan daerah—yakni visi ekonomi, pembangunan sosial, dan nilai moral—sehingga mampu menciptakan kemajuan yang berkelanjutan.
“Jawa Timur hari ini tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga tangguh secara sosial. Kepemimpinan Ibu Khofifah menegaskan arti penting gotong royong dan kemandirian rakyat dalam mewujudkan kesejahteraan bersama,” ujar Lia Istifhama di Surabaya.
Ia menilai keberhasilan Jawa Timur bukan hasil kebetulan, melainkan refleksi dari kebijakan yang konsisten memperkuat sektor riil, mulai dari pertanian, peternakan, industri, hingga koperasi. Salah satu program yang dianggap monumental adalah Koperasi Merah Putih, gerakan ekonomi rakyat yang melahirkan lebih dari 8.400 koperasi baru di seluruh kabupaten/kota.
“Program ini adalah bukti keberpihakan nyata terhadap ekonomi rakyat. Ini sejalan dengan semangat konstitusi, bahwa kesejahteraan harus dibangun dari bawah,” tegas Lia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan kedua 2025 mencapai 3,9 persen, tertinggi di Pulau Jawa. Keberhasilan ini menjadikan provinsi dengan penduduk lebih dari 40 juta jiwa tersebut sebagai salah satu motor ekonomi nasional. Lia menyebut, dengan fondasi ekonomi yang kuat, Jawa Timur kini sudah selangkah menuju status “gerbang global Nusantara”.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyoroti kemajuan signifikan dalam penanggulangan kemiskinan ekstrem. Berdasarkan data Pemprov Jatim, angka kemiskinan ekstrem turun dari 4,44 persen pada 2020 menjadi hanya 0,66 persen pada 2025. “Ini menunjukkan arah pembangunan kita sudah tepat. Kemandirian dan kerja keras masyarakat menjadi kekuatan utama,” ujar Khofifah.
Selain itu, jumlah desa mandiri di Jawa Timur kini mencapai 4.716 desa, tertinggi secara nasional. Peningkatan ini menegaskan bahwa pembangunan berbasis desa telah menjadi strategi nyata, bukan sekadar jargon politik. “Desa mandiri adalah benteng ketahanan sosial dan ekonomi nasional,” lanjut Khofifah.
BPS juga mencatat, produksi gabah kering di Jawa Timur mencapai 12 juta ton per Oktober 2025, tertinggi di Indonesia. Dengan luas lahan pertanian 1,57 juta hektare, provinsi ini menegaskan posisinya sebagai lumbung pangan nasional sekaligus penopang ketahanan pangan Indonesia.
Sementara dalam perdagangan, enam kali misi dagang yang digelar Pemprov Jatim sepanjang 2025 menghasilkan transaksi senilai lebih dari Rp 1 triliun, memperkuat posisi Jawa Timur sebagai pusat produksi sekaligus daerah dengan daya saing global.
Khofifah menutup pidatonya dengan menegaskan filosofi pembangunan BISA (Berjaya, Inklusif, Sinergis, Adaptif) sebagai panduan utama dalam menata masa depan Jawa Timur.
“Kami ingin Jawa Timur bukan hanya maju, tetapi menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia,” ujarnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin