LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Bersamaan dengan hari peringatan toleransi sedunia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1996. Senin (18/11) Pengurus Rayon PMII Restart Komisariat Unisla menggelar Seri Kaderisasi dengan tema Islam & Demokrasi. Forum yang dianggit sekaligus diniatkan sebagai wahana pelatihan ini dimulai pada pukul 08:00 WIB bertempat di lantai 3 gedung PCNU Lamongan.
Billy Aries, menjadi pembicaraan tunggal dalam kegiatan dihadapan 50 peserta yang sebelumnya mendaftar melalui link yang bagi panitia.Alumni PMII Yogyakarta itu membuka diskusinya dengan kalimat cukup retorik.
“Saat ini banyak pemikiran dan upaya membenturkan antara Islam dan negara demokrasi. Prinsip-prinsip Islam dianggap tidak sesuai dengan sistem demokrasi. Sehingga semakin Islamnya seseorang semakin jauh menolak sistem demokrasi pula sebaliknya. Beberapa waktu, ada gerakan tertentu yang mengetuk rumah-rumah dengan mengajukan pertanyaan yang hampir sulit dibantah. Mana yang lebih unggul Pancasila atau Alquran?. Mana yang layak diikuti Hukum negara atau hukum Islam? . Mana yang lebih hebat Rasulullah atau Jokowi ?”
Pria yang banyak terlibat dalam proses demokrasi dan isu Keislaman mutakhir secara terus terang mengajak peserta melihat lebih jauh dampak buruk gerakan-gerakan di atas terhadap masa depan toleransi dan nilai Bhineka tunggal ika.
“Gerakan-gerakan yang ngaku-ngaku paling islami kaya HTI dan sebagainya, tentu sangat besar meningkat sikap intoleransi. Padahal keanekaragaman adalah Sunatulloh, kenyataan harus diterima sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Dan saya pribadi sangat percaya PMII bisa menjadi gerakan tanding melawan aksi intoleran dengan berbagai motif yang mereka lancarkan” ucap Billy
Sejalan dengan itu, panitia memang berharap,Seri pelatihan tidak hanya menjadi pembicaraan dalam forum ke forum saja.Vicky Didik selaku ketua panitia mengharap poin-poin yang disampaikan menjadi bekal penting saat melebur dalam masyarakat uang yang heterogen
“Memang kami (panitia) merasa sebelum terjun ke masyarakat, penting bagi kita memiliki bekal yang cukup. Terutama wawasan terkait isu sosial dan keislaman. Pelatihan ini kita niatkan kearah sana” akunya
Acara yang dihadiri anggota Komisariat PMII komisariat Unisla, PMII Cabang Lamongan serta anggota IPNU dan IPPNU Lamongan ini, diakhiri dengan pembagian 3 buku berjudul “How Democracy Die / Bagaimana Demokrasi Mati” karya Steve Levitsky dan Daniel Ziblatt.
Buku reflektif yang mengurai gerakan 3 politisi besar dunia seperti Adolf Hitler, Benito Mussolini, dan Hugo Chavez. Mereka dianggap oleh penulisnya sebagai pembunuh demokrasi dengan kekejaman yang hampir mirip. Kemiripan itu seperti usaha menyangkal legitimasi lawan, mendorong kekerasan psikis-Fisik, membajak akal sehat, menggaungkan kebencian rasial-agama, bahkan pembunuhan massal yang membuat dunia mengalami trauma menahun. Sebuah kenyataan yang tidak menutup kemungkinan bakal terjadi di Indonesia.
Selamat mengambil damai dihari toleransi sedunia. (JK)