Oleh : Firman Syah Ali
Pada saat KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI, NKRI bernuansa Pondok Pesantren. Begitupun ketika Ketua PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa menjadi Gubernur Jawa Timur. Provinsi paling dinamis se-Indonesia inipun langsung berwajah relijius sehingga bisa dijuluki sebagai Provinsi Santri.
Sebagaimana tradisi para kyai dan nyai pengasuh pondok pesantren, Gubernur Khofifah juga jarang tidur malam hari, bahkan kabarnya, tidak jarang memanggil kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tengah malam.
Kegiatan dinas juga sering dilakukan tengah malam, misalnya tengah malam tinjau lokasi bencana, tengah malam bersih-bersih kali, tengah malam menggelar rapat dinas dan tengah malam mengeluarkan keputusan penting.
Banyak kegiatan bernuansa relijius dilakukan di Gedung Negara Grahadi, baik kegiatan online maupun offline, antara lain sholat tahajjud berjamaah, sahur bersama, tadarrus, khotmil qur’an dan lain-lain.
Yang paling spektakuler, malam ini Gubernur Khofifah menggelar Khotmil Qur’an Kubro 2020 kali Khatam yang dirangkai dengan peringatan Nuzulul Qur’an.
Karena mempertimbangkan situasi darurat kesehatan akibat wabah Covid-19, maka Khotmil Qur’an 2020 kali khatam ini digelar secara online, yang disiarkan langsung oleh berbagai saluran media massa.
Menarik sekali karena kegiatan ini hampir bisa dipastikan sebagai kegiatan pertama kali di Indonesia yang berpotensi memecahkan rekor MURI, di mana 17 Bupati/Walikota ikut mengkhatamkan Al-Qur’an dan ditonton langsung oleh publik.
Angka 17 untuk jumlah Bupati/Walikota yang berpartisipasi dalam kegiatan ini sama dengan angka tanggal peringatan Nuzulul Qur’an yaitu 17 Ramadhan.
Walaupun Bupati Sumenep dan Bupati Lumajang tampil prima dalam pembacaan Al-Qur’an malam ini, namun bukan berarti Bupati/Walikota lain kurang bagus bacaan dan suaranya, semuanya bagus walaupun ada satu dua Bupati yang kurang tepat makharijul hurf, tajwid dan panjang pendeknya bacaan.
Kegiatan ini selain sarat makna, penuh magnet silaturahim juga menunjukkan dengan terang benderang bahwa Provinsi Jawa Timur benar-benar Provinsi Santri, terbukti Bupati/Walikotanya banyak yang pandai Baca Al-Qur’an.
Karena sebagian besar mereka memang kyai, nyai dan santri, misalnya Walikota Malang H Sutiaji itu santri Tambakberas, Bupati Ponorogo H Ipung Muchlissoni itu aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Bupati Lumajang H Thoriqul Haq itu santri Denanyar dan aktivis PMII.
Selanjutnya, Bupati Pamekasan KH Badrut Taman itu seorang kyai sekaligus aktivis PMII, Bupati Sumenep juga kyai dan aktivis PMII, Bupati Bangkalan juga Kyai, begitulah prototipe atau purwarupa Jawa Timur.
Purwarupa Jawa Timur yang seperti ini baru tampil di depan publik pada era Kegubernuran Hj Khofifah Indar Parawansa, sehingga orang-orang yang sedang menonton youtube sama-sama berkomentar “inilah Gubernur NU”.
Gubernur yang memadukan ikhtiar lahir dengan ikhtiar bathin, ikhtiar fisik dengan ikhtiar mental spiritual dalam memimpin jalannya pemerintahan dan pembangunan.
Semoga Jawa Timur semakin sukses dan barokah. Aamiin.
Penulis adalah Pengurus Harian LP Ma’arif NU Jawa Timur.