PROBOLINGGO, RadarBangsa.co.id – Ribuan penikmat musik dan pecinta alam tumpah ruah di Amfiteater Jiwa Jawa Resort Bromo, Minggu (20/7/2025). Jazz Gunung Bromo kembali digelar, menyuguhkan pertunjukan musik kelas dunia yang berpadu harmonis dengan pesona alam pegunungan Tengger. Tak hanya publik, dua pucuk pimpinan daerah juga turut hadir menyatu dalam suasana: Kapolres Probolinggo, AKBP Dr. M. Wahyudin Latif, dan Bupati Probolinggo, dr. Mohammad Haris atau akrab disapa Gus Haris.
Keduanya hadir tidak sekadar sebagai tamu kehormatan, tetapi juga sebagai wujud dukungan langsung terhadap geliat seni budaya dan promosi pariwisata daerah.
Kapolres Probolinggo, AKBP Wahyudin Latif, menilai Jazz Gunung bukan hanya suguhan musik, tetapi juga instrumen penting untuk memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Kabupaten Probolinggo.
“Kegiatan ini sangat positif, bukan sekadar hiburan, tetapi sekaligus promosi wisata yang efektif. Keindahan alam Bromo dan kualitas acaranya menjadi daya tarik yang luar biasa,” ujarnya usai menikmati salah satu penampilan musisi.
Ia juga memastikan bahwa pengamanan acara dilakukan maksimal. Puluhan personel diturunkan di berbagai titik untuk menjaga kelancaran dan kenyamanan pengunjung.
Di sisi lain, Bupati Probolinggo, Gus Haris, menyampaikan apresiasi tinggi kepada para penyelenggara yang telah bekerja keras menghidupkan kembali festival ini pasca-pandemi.
“Saya mendukung penuh Jazz Gunung. Ini bukan hanya soal musik, tapi juga momentum penting dalam mendorong ekonomi lokal dan menggairahkan sektor pariwisata. Jazz Gunung bukan milik satu daerah, tapi milik bangsa. Seni, budaya, dan alam bersatu menciptakan harmoni luar biasa,” tutur Gus Haris, dengan nada optimistis.
Ia juga berharap event seperti ini terus dikembangkan sebagai identitas kebudayaan Kabupaten Probolinggo di mata nasional.
Dari sisi panitia, Jazz Gunung tahun ini disebut sebagai salah satu penyelenggaraan paling berkesan. Menurut Koordinator Produksi Jazz Gunung, Riri Prasetyo, acara ini tak hanya menjadi festival musik, tapi juga perayaan kebersamaan lintas latar belakang.
“Kami selalu percaya bahwa musik adalah bahasa universal. Di panggung ini, orang datang bukan hanya untuk mendengarkan musik, tapi untuk mengalami sesuatu yang berbeda—keindahan, kedamaian, dan kekaguman pada alam,” ujarnya.
Salah satu pengunjung asal Yogyakarta, Dita (32), mengaku datang jauh-jauh ke Bromo untuk merasakan langsung atmosfer magis Jazz Gunung.
“Saya sudah tiga kali datang ke sini. Yang bikin rindu bukan cuma musiknya, tapi suasananya. Ada kabut, ada gunung, dan ada jazz. Rasanya seperti meditasi,” katanya sambil tersenyum.
Konser berlangsung aman dan tertib hingga malam. Meski udara pegunungan makin menusuk tulang, semangat para penonton tetap hangat. Musisi yang tampil silih berganti menyuguhkan karya-karya penuh warna, mulai dari klasik jazz hingga eksplorasi etnik modern.
Jazz Gunung Bromo 2025 bukan hanya panggung pertunjukan, melainkan ruang perjumpaan antara manusia, alam, dan seni. Dengan dukungan berbagai pihak, acara ini kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu festival musik outdoor paling bergengsi di Indonesia.
Penulis : Nanang
Editor : Zainul Arifin