SUMENEP, RadarBangsa.co.id – Musim kemarau tahun ini berdampak terjadi kekeringan dan krisis air bersih. Beberapa Desa terdampak di Kepulauan khususnya di Kecamatan Arjasa dan Kangayan Kabupaten Sumenep Jawa Timur.
Aktivis Pemuda yang tergabung dalam Komunitas Peduli Kepulauan (KPK) dan Relawan Masyarakat Peduli Kepulauan, secara sukarela mengupayakan bantuan air bersih ke masing-mading Desa terdampak.
Sekalipun tanpa bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sumenep,dengan cara mengumpulkan dana dari para pengusaha, pemilik toko dan warung yang ada di Kecamatan Arjasa, dana yang terkumpul digunakan untuk biaya akomudasi dan transportasi penyaluran bantuan air bersih ke beberapa Desa yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih. Hingga hari ini kami terus bergerak ke Desa atau Dusun yang perlu kita bantu. Kamis (31/10/2019).
Ainurrahman, aktivis pemuda kepulauan kepada media ini menyampaikan, beberapa Desa di Kecamatan Arjasa yang terdampak diantaranya adalah Desa Gelaman Dusun Songlor, Desa Buddi Dusun Tanah Molbul, Desa Kolo-kolo Dusun Padhisaan dan Dusun Palteng. Dan Desa di Kecamatan Kangayan diantaranya adalah Desa Batuputih Dusun Pabitta Dan Desa Cangkaramaan.
Ainur sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa selain KPK dan Relawan yang bergerak untuk Kecamatan Arjasa, ada juga Forum Komunikasi Pemuda Sawahsumur (FKPS) yang bergerak untuk beberapa Desa Kecamatan Kangayan.
Icha, aktivis pemuda yang tergabung dalam FKPS, kepada media ini mengatakan bahwa, penyaluran bantuan air bersih ke dua Desa yaitu Dusun Pabitta Desa Batuputih dan Dusun Songai Desa Cangkaramaan Kecamatan Kangayan Sumenep, kami lakukan secara sukarela, dari kami murni merupakan program peduli kemanusian. Yang FKPS lakukan bukan merupakan bentuk protes terhadap pemerintah, baik pemerintah Sumenep, Kecamatan ataupun pemerintah Desa yang terdapampak krisis air bersih tersebut.
“Yang pasti, warga penerima bantuan sangat bahagia ketika menerima bantuan air dari kami”, pungkas Icha.
Ustad Saipul warga Dusun Pelteng Desa kolo-kolo saat menerima bantuan air, dalam pernyataannya melalui Ainur kepada media ini menyampaikan rasa terimakasih adanya bantuan air yang diberikan. Krisis air bersih yang setiap tahun dialami warga Dusun Pelteng baru tahun ini ada bantuan air.
“Ketika tiba dilokasi biasanya kami menuju masjid atau mushollah, setelah diumumkan oleh takmir, warga berdatangan membawa wadah air masing-masing”, tutur Ainur.
Mengenai dana atau biaya yang digunakan, Ainur menjelaskan rata – rata untuk satu kali berangkat ke lokasi, membutuhkan biaya Rp.500.000 hingga Rp.750.000, menggunakan mobil Picup L300 dengan muatan air sekitar 2.000 liter.
Hingga hari ini Kami sudah bergerak empat kali (4x), alhamdulillah dari pihak Kecamatan membantu dana operasional sebesar Rp.400.000. Kas yang masih tersedia untuk digunakan hari ini ke Desa kolo-kolo Dusun Pajen Toa tersedia Rp.1.350.000. Setiap hari kami akan terus bergerak untuk memberikan bantuan air bersih ke Desa yang perlu dibantu.
“Pagi ini Kami bergerak ke Dusun Pajen Toa Desa Kolo-kolo Kecamatan Arjasa. Karena besok hari Jum’at, kami ingin istirahat dulu”, pungkasnya. Kamis (31/10).
Husairi Husien, Camat Arjasa Kabupaten Sumenep, saat dikonfirmasi melalui telephone selulernya, belum ada respon. Terkait terjadi kekeringan dan krisis air bersih di wilayah kerja Camat Arjasa, informasi dari Ainur bahwa Camat Arjasa pernah mengatakan belum ada pemberitahuan atau laporan dari Kepala Desa yang Desanya terdampak kekeringan dan krisis air bersih.
Abd. Rahman Riyadi, Kepala Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, saat ditemui di ruang kerjanya, memberikan penjelasan, bahwa jika mengacu pada Peraturan Mentri Desa – Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi (Permendes-PDTT) Republik Indonesia No.16 tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa (DD), tertera dipasal 5 huruf D, dan pasal 6, untuk penanganan kekeringan dan krisis air bersih dapat menggunakan Dana Desa.
Atas informasi terjadinya kekeringan krisis air bersih di kepulauan saat ini.
Kepala Desa bisa menyampaikan laporan tertulis terjadinya kekeringan air di Desa tersebut. Laporan diketahui oleh Camat setempat, ditujukan kepada Bupati Sumenep dan tembusan kepada OPD terkait yaitu Dinas Penanggulangan Bencana Daerah (DPBD) Sumenep. Atas dasar surat laporan tersebut, DPBD dapat mengajukan dana bantuan ke pemerintah dari Daerah. Karena memang tidak ada dana atau anggaran yang stanbay di kami (DPBD) untuk penanggulan kekeringan dan semacamnya.
“Sampean boleh cek ke Pemkab”, kata Rahman, sapaan kadis DPBD Sumenep. (29/10)
Pada tahun ini, kita (BPBD) Sumenep baru bisa menyaluran bantuan air bersih untuk daerah-daerah yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih, baru bisa mengcover wilayah sumenep daratan, sedangkan wilayah sumenep kepulauan hanya sampai di Kecamatan Talango, untuk kepulauan lainnya belum bisa kami lakukan, karena ketika pengiriman air kita harus memenuhi beberapa Stadart Operasinal Prosedur (SOP) dalam hal stadart kualitas air dan mobil yang digunakan mengangkut air.
“Air yang kita salurkan harus sesuai stadart kesehatan dan harus menggunakan mobil tangki air. Dan itu adanya di PDAM. Jadi kita berkoordinasi atau kerjasama dengan pihak PDAM”, tegasnya. (Ong).