TRENGGALEK, RadarBangsa.co.id – Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa, berkunjung ke Kebun Pembibitan Buana Bakti yang berada di RT 15 RW 5, Desa Kedung Lurah, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, pada Jumat (1/11/2024).
Kebun yang dikelola oleh Miftahul Roziqin, seorang petani milenial, memproduksi berbagai jenis bibit pohon, termasuk cengkeh zanzibar dan bibit buah seperti alpukat aligator, markus, kendil, dan lainnya. Salah satu produk unggulan kebun ini adalah bibit durian ripto, durian khas Trenggalek yang diminati konsumen berkat rasanya yang legit dengan sedikit rasa pahit, meski ketersediaannya terbatas.
“Terima kasih kepada Ibu Khofifah yang sudah datang ke kebun kami. Kami sangat menghargai kehadiran beliau yang mau mendengarkan tantangan yang kami hadapi sebagai petani bibit,” ujar Miftah.
Miftah menjelaskan kepada Khofifah bahwa harga bibit di kebunnya bervariasi, mulai dari puluhan hingga ratusan ribu rupiah per bibit. “Seperti bibit durian ripto, salah satu andalan kami, dijual dengan harga Rp 150 ribu per bibit. Bibit ini unggul, tapi perlu waktu sekitar enam tahun untuk berbuah,” jelasnya.
Miftah juga menyampaikan kendala utama yang ia hadapi, yaitu akses pasar dan permodalan. Menurutnya, usaha pembibitan memerlukan biaya yang cukup besar, sementara pasar mereka masih terbatas. “Harapan kami adalah adanya bantuan permodalan dan akses pasar yang lebih luas. Pasar kami saat ini masih terbatas di sekitar sini, dan bibit durian ripto masih kalah populer dibandingkan durian musang king. Kalau akses pasarnya bisa diperluas, tentu akan sangat membantu perkembangan usaha kami,” tambah Miftah.
Menanggapi hal tersebut, Khofifah memberikan apresiasi kepada Miftah sebagai salah satu petani milenial inovatif di Trenggalek yang berkontribusi menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah petani milenial terbanyak di Indonesia. “Usaha pembibitan tanaman itu tidak mudah dan membutuhkan modal besar. Saya sangat mengapresiasi inovasi Mas Miftah dalam mengembangkan bibit tanaman, khususnya bibit durian ripto yang langka,” ungkap Khofifah.
Ia menambahkan bahwa durian ripto cukup sulit didapatkan dibandingkan jenis durian lain seperti musang king atau blackthorn, meskipun durian ripto memiliki keunikan khas Trenggalek. Khofifah menilai usaha pelestarian ini penting agar kekayaan buah khas Trenggalek tidak punah.
“Langkah selanjutnya adalah mempertemukan usaha pembibitan seperti ini dengan pasar. Kami akan membantu memperluas akses pasar agar bibit yang sudah dikembangkan dapat segera ditanam di lahan yang sesuai untuk cepat berbuah,” katanya.
Selain itu, Khofifah berkomitmen untuk membantu para petani durian ripto mendapatkan akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan masa tenggang atau grace period untuk pembayaran cicilan.
“Pada periode pertama, saya sudah membantu para petani alpukat agar mendapat grace period, karena butuh waktu lima tahun hingga alpukat aligator dan kendil bisa berbuah. Saat itu, saya bekerja sama dengan pimpinan OJK untuk memfasilitasi para petani,” ungkapnya.
Melihat bahwa durian ripto membutuhkan waktu enam tahun untuk berbuah, Khofifah berencana untuk kembali berkoordinasi dengan OJK agar para petani tetap dapat mengembangkan bibit durian ripto secara berkelanjutan. “Kami akan mengupayakan agar kekayaan buah lokal seperti durian ripto dapat terus berkembang, sementara para petani juga dapat bertahan dan maju,” tutup Khofifah.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin