SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Meski di masa pandemi Covid-19, pelayanan ratusan lansia di Gedung Griya Wreda Jambangan, Surabaya tetap berjalan dengan maksimal dan menerapkan protokol kesehatan
Kepala UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya, Septati Hendartini mengungkapkan, Griya Wreda didirkan oleh Walikota Tri Rismaharini sejak tahun 2013 yang sebelumnya beralamat di Medokan Asri, Surabaya
“Bu Risma sangat tanggap pada masyarakat lansia yang membutuhkan dan banyak. Hingga pada akhirnya dialihkan gedung Griya Wreda Medokan Asri dipindah ke Jambangan. Daya tampung disini mencapai 160 orang, kalau yang di Medokan itu kapasitasnya maksimal 75 orang,” ungkapnya saat ditemui di lokasi panti. Senin, (02/11/2020).
UPTD Griya Wreda Jambangan ini, kata Septati, diresmikan 5 Januari 2017 oleh Walikota Risma. Ia mengatakan saat itu penghuninya total 90 orang, sekaran jadi 150 orang. Dengan program Risma terkait Graha Wreda amatlah sangat membantu masyarakat lansia miskin di Surabaya
“Memang kebanyakan disini kondisi fisik, ekonomi, kejiwaan lansia sangatlah kurang. Maka dengan program-program yang kita jalankan seperti ibadah, kita bimbing melakukan kegiatan sholat berjamaah dan sholat sunnah. Untuk yang non muslim kita kerjasama dengan pihak gereja,” tuturnya
Pihaknya juga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan tiap hari, observasi lansia yang kondisinya sangat membutuhkan, maka perlu pelayanan khusus. Perawatan khusus seperti diabet, pihaknya mengobservasi tiap hari supaya penyakit tidak tambah parah. Mengonsumsi makanan pun turut dijaga ketat
“Sebelum pandemi, sempat 158 orang yang kita rawat disini. Sekarang di musim pandemi ada yang baru masuk, meninggal kian bertambah dan membuat jumlah disini menurun maka total 150 orang,” ucapnya
Saat ditanya mayoritas penyakit yang diderita Lansia, Septati mengatakan, kebanyakan penyakit kolesterol, diabet, kostrat mata. Itu beberapa penyakit ada yang cek rutin seminggu sekali
Ada pun cuci darah pihaknya bekerja sama dengan Rumah Sakit yang ditunjuk. Wajib diantarkan ke Rumah Sakit, yang sekarang cuci darah cuma 1 orang, yang lain hanya kontrol dari penyakit kostrat, dan mata
“Semua ini bantuannya dari Bu Risma, beliau mengumpulkan Kepala Dinas untuk cepat segera membantu lansia disini, tinggal kita hanya mengeksekusi saja. Kebanyakan lansia disini sebatang kara hidup sendiri tidak punya keluarga.
Ada yang terlantar atau ditelantarkan karena kondisi ekonomi keluarga ataupun belum ada waktu sibuk kerja hingga lansia tidak terawat. Dengan catatan untuk yang mau kita rawat dipotret terlebih dahulu kerjasama dengan pihak Kelurahan tahu tentang bagaimana kondisi lansia itu tiap hari,” beber dia
Untuk keluarga atau kerabat yang datang kesini, ujar dia, diperkenankan hanya satu bulan sekali, dan tidak membawa sesuatu yang sembarang khusunya makanan, itu pihaknya mengawasi
“Dalam menghibur kejenuhan para lansia disini, sebelum pandemi, kita ajak melakukan sebuah keterampilan yang didampingi dengan teman-teman pendamping. Kita ajak refreshing tidak jauh sekitar Surabaya-Madura, karena kondisi fisik lansia yang kurang memadai.
Saat pandemi, tiap minggu sekali kita ajak keliling di area Jambangan, kemudian kegiatan setiap hari kita sesuaikan hobinya. Untuk laki-laki ada yang senang karambol, pingpong, catur. Sedangkan perempuan suka karaoke, latihan menari, dan hadrah/banjari,” tutup Septati Hendartini.
(Ari)