LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – SMA Model Wahas Sumberwudi-Karanggeneng-Lamongan, bekerjasama dengan Pustaka Bergerak, selenggarakan pelatihan “Kader Literasi Desa”, dalam bingkai Workshop literasi dan penulisan. Jumat (31/01/2020)
Kegiatan yang dimulai pukul 08:00-17:00 WIB ini, seluruhnya dilangsungkan di Perpustakaan Sekolah, dipandu oleh tiga pegiat literasi, yakni Billy Aris dari Pustaka Bergerak. Mahrus Ali, sastrawan Lamongan dan Ubaidillah, Guru SMA Model Wahas.
Terkait dipilihnya perpustakaan sekolah, Khoirul Aziz. S.E. Wakil Kepala (Waka) Sekolah bidang kesiswaan menuturkan.
“Kami ingin mengajak para siswa agar lebih dekat dengan Perpustakaan, menghargai buku bacaan, mengerti cara menata buku,serta membuat pengunjung nyaman,”
Aziz meyakini, di antara berbagai tempat, baik di sekolah maupun tempat lainnya. Perpustakaan masih sangat layak diletakkan sebagai pusat literasi. Tak terkecuali di pedesaan.
“Bagi saya, syarat utama menjadi pegiat literasi, tak lain harus mengetahui sebanyak mungkin sumber bacaan. Sehingga nantinya akan mudah saat melakukan penyajian kepada masyarakat di desanya masing-masing,” jelasnya.
Dikesempatan yang sama Aziz meyakini, di antara sekian peserta akan mampu menjadi sosok yang mampu mengawal revitalisasi perpustakaan desa. Aturan Revitalisasi perpustakaan desa yang di maksud, termaktub dalam Permendes 22 tahun 2016 tentang penetapan Prioritas penggunaan dana desa tahun 2017. Pasal 5 disebutkan prioritas penggunaan dana desa salah satunya diarahkan untuk pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana
pendidikan dan kebudayaan, seperti taman bacaan masyarakat dan perpustakaan desa.
“Semoga kegiatan ini, bisa menjadi bekal dan pengalaman, sebelum peserta menjadi kader pegiat literasi di desanya masing-masing,” tukas Aziz.
Untuk mencapai tujuan yang disampaikan Waka Kesiswaan, Ubaidillah, pemateri workshop penulisan berita. Memulai materinya dengan peserta seruan agar berliterasi menjadi kebutuhan.
“Kita harus merubah cara berpikir, bahwa membaca buku di perpustakaan menjadi sama pentingnya dengan ngobrol di kantin. Walaupun ngobrol di kantin sebenarnya juga merupakan proses literasi,” ujarnya setengah berkelakar.
Selain memberikan bekal sebagai kader literasi di desa, pembina majalah sekolah meyakinkan peserta, bahwa hasil Worshop penulisan yang mereka ikuti bisa dikembangkan lebih jauh.
“Bisa nanti tugas KIR (Karya ilmiah Remaja), mengisi majalah sekolah, majalah dinding, dan segala bentuk tulisan yang akan kalian buat. Berkenaan dengan tugas sekolah atau lainnya,” sarannya.
Kegiatan yang dilaksanakan di sela hari libur ini, diikuti oleh 32 peserta. Setiap peserta yang mendaftar, diwajibkan menyetorkan sebuah esai, tanpa dipungut biaya. (JK)