Lockdown Gigi Lu Peang !

- Redaksi

Selasa, 17 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Denny Siregar

Denny Siregar

Oleh : Denny Siregar

Saya ingat pernah baca tulisan seorang – yang katanya dia dokter dan ahli virus.

Ada satu paragraphnya yang berbunyi, “Pak Jokowi, lockdown, pak. Kami bisa kok tahan kelaparan beberapa saat, yang penting negara ini sehat..”

Tulisan ini viral dan dibagikan ribuan orang, yang akhirnya membangun narasi supaya Jokowi mengambil tindakan tegas LockDown untuk mencegah virus Corona menyebar.

Enak memang bicara “tahan lapar” ketika di ATM ada uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah sebagai cadangan. Paling pusingnya sedikit, ketika bahan pokok hilang dari pasar.

Tapi bagaimana dengan driver ojek online ?

Mereka ga punya tabungan. Pendapatan mereka harian. Istilahnya, gak ngaspal gak makan. Belum lagi mereka harus bayar cicilan motor tiap bulan. Debt collector gak kenal lockdown, mereka hanya kenal “telat berapa bulan”.

Baca Juga  Aktivisme Digital Dalam Menuntaskan Masalah Kesehatan di Masa Pademi Covid-19

Itu baru driver ojol, belum lagi pedagang kaki lima, buruh harian, buruh pabrik dan banyak lagi. Apa mereka bisa dikasi narasi “tahan lapar” dengan santai ?

Tahu jumlah mereka semua ?? Puluhan juta orang !

Lockdown berarti menghentikan semua kegiatan dan warga gak boleh keluar rumah. Pabrik berhenti. Kegiatan ekonomi mati. Transportasi publik berhenti.

Sehari ? Ngga.
14 hari, bro !

Lalu siapa yang menanggung makan mereka, anak mereka, cicilan mereka, bayar listrik mereka dan semua kebutuhan harian mereka ? Si dokter ahli virus itu ? Atau dokter bedah plastik itu ? Atau sosialita itu ? Atau para kelas menengah ngehek yang sok tahan lapar itu ?

Egois.

Itulah kata yang tepat yang harus saya berikan pada mereka. Kalau pengen ngomong “tahan lapar”, ngomong di depan para pekerja di sektor informal itu. Jangan cuman gagah di medsos, habis itu shopping ke mall belanja sepatu buat anak yang harganya bikin kepala berjendol.

Baca Juga  Gurun Pasir Kebencian

Tahan lapar ? Pengen muntah rasanya baca tulisan itu.

Lihat DKI hari ini.

Sehari saja transportasi publik dibatasi, antrian mengular sana sini. Pengen cegah Corona, malah virus itu bebas kesana kemari. Itu baru dibatasi. Belum lockdown.

“Loh, kan perusahaan harusnya stop produksi ??”

Gigi lu peang !

Lah, kalau perusahaan IT sih oke bisa kerja di rumah, tapi bagaimana dengan perusahaan manufaktur yang pekerjakan ribuan orang ? Kalau berhenti, siapa yang produksi ? Kalau gada yang produksi, siapa nanti yang gaji ?

Ngomong enak, ludah nyembur sana sini. Realitas tidak seperti saat lu tidur di ruang AC dan ngetik di hape.

Iran saja, negara yang sejak lama musuhan dengan barat, mau tidak mau minta bantuan IMF, karena ekonomi mereka berhenti akibat Corona. Karena pabriknya berhenti produksi. Karena harus menanggung makan warganya sehari2.

Baca Juga  Robby Walalangi Kuatir akan Kondisi Bangsa

Dan tau akibat pinjam ke IMF, brother ? Mereka kuasai ekonomi.

Jadi gak gampang bicara lockdown, terutama Indonesia ini. Dan karena itulah Jokowi tegas, urusan lockdown urusan pusat, bukan urusan daerah. Bahaya. Dampaknya bisa kemana-mana. Negara jatuh bukan karena virus, tapi karena ekonomi runtuh.

Jangan sembarangan bicara lockdown kalau ga paham apa2. Apalagi terikut narasi kadrun yang memang ingin chaos dan bersiap mendirikan khilafah. Goyang negara ini.

Untuk yang sibuk nyetatus “lockdown lockdown”, sungguh gua pingin lock lu di kamar sempit terus gua smack down.

Jadi esmosi. Sampe ketelan gelas kopi. Glek !

‘Penulis adalah penggiat media sosial’

Berita Terkait

Pelanggaran Masif & Berlanjut
ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi
Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada
Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso
Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik
Menilik Unsur Pidana Ketua KPU yang Dipecat Menurut UU TPKS, ‘Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari’
Efek Samping Konsumsi Daging Berlebihan, Risiko Dehidrasi dan Kesehatan Tubuh
Menjelang Pilkada, Waspadai Oknum di Lamongan yang Bermain di Medsos
Tag :

Berita Terkait

Minggu, 22 September 2024 - 22:22 WIB

Pelanggaran Masif & Berlanjut

Jumat, 20 September 2024 - 07:32 WIB

ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi

Rabu, 18 September 2024 - 07:21 WIB

Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada

Senin, 16 September 2024 - 13:10 WIB

Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso

Rabu, 24 Juli 2024 - 21:31 WIB

Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik

Berita Terbaru

Kepala BRI Unit Pucuk, Mochamad Afnan Zainuri, saat menyerahkan bantuan program Klasterkuhidupku

Ekonomi

BRI Dorong UMKM Lamongan Maju Lewat Klasterkuhidupku

Sabtu, 5 Okt 2024 - 10:51 WIB