LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Tak bisa dipungkiri, Bupati merupakan salah satu jabatan politik yang begitu menarik dan penuh daya tawar. Sehingga wajar, apabila sebuah partai menunjuk sesorang yang pantas dan berkompeten guna mengisi jabatan penting tersebut.
Namun, menjadi problem besar, manakala dalam konstelasi politik, terdapat unsur yang dikenal dengan istilah politik dagang sapi. Satu istilah yang merujuk pada perilaku politisi yang gemar tawar menawar jabatan untuk meraih dukungan (koalisi) demi kepentingan pribadi dan segelintir golongan.
Isu itulah yang coba dihembuskan terjadi dalam tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Lamongan, oleh Kartika Hidayati, salah satu Bakal Calon (Bacalon) Bupati Lamongan 2020-2025. Sebagaimana dilansir duta.co dalam artikel berjudul Pilkada 2020; Kartika: Rakyat Harus Diberi Dagangan Baik, Jangan Gunakan Filsafat Blantik Sapi
Beberapa kader PKB, menyayangkan pendapat Kartika. Mahrus Ali, kader PKB, yang juga ketua DPAC PKB Lamongan dengan tegas menepis anggapan itu “Vara berpolitik seperti tersebut (politik dagang sapi) tidak sesuai dengan garis politik PKB Lamongan.” Ujar Mahrus, di kantor DPC PKB Lamongan. Pada Sabtu (25/01/2020).
Mahrus merasa perlu memberi penjelasan, bahwa PKB memiliki standar tersendiri mengenai kriteria Bacalon yang diusung, tidak sekedar ganteng, cantik atau didasarkan pada hasil yang dikeluarkan lembaga survei
“Intinya, PKB Lamongan dalam memberikan rekomendasi, selalu mengacu pada keseimbangan antara kompetensi diri dan profesionalisme serta yang lebih penting, Bacalon memang memiliki komitmen yang sudah dibuktikan. Bila ada bakal calon yang tidak mendapat rekomendasi dari PKB Lamongan, lalu berkoar di media massa lalu mengatakan PKB melakukan transaksi politik dagang sapi. Saya tegaskan kalau pola pikirnya sangat dangkal dan sama sekali tidak menujukkan perilaku Politisi yang bermartabat”
Diakhir wawancara, Mahrus dengan intonasi suara lebih tinggi dan berapi-api menyatakan
“Saya sebagai Kader PKB mengatakan bahwa PKB di Lamongan sejak dulu, telah melaksanakan amanah partai tidak dengan cara-cara yang kotor seperti itu. Politisi itu mestinya tidak cuma mengandalkan pernah jadi apa di partai, tapi juga harus ikut merasa memiliki dan merawat jatuh bangun partai. Bukan malah seperti kacang lupa kulitnya” Sindir Mahrus (JK)