Menjinakkan Dua Badai Salju

- Redaksi

Minggu, 12 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gigih Prihantono

Gigih Prihantono

Oleh : Gigih Prihantono

“Winter is Coming” kalimat tersebut diucapkan Presiden Joko Widodo ketika membuka rapat pleno pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia tahun 2018.

Entah mengapa, musim dingin sering memiliki kesan yang tak bersahabat, kesan yang muram. Kalimat itulah yang teringiang dalam benak saya mengikuti perkembangan perekonomian nasional saat ini.

Musim dingin yang diramalkan tersebut saat ini telah berubah menjadi dua badai salju besar. Badai salju pertama adalah datangnya pendemi “Corona” yang telah merontokkan sendi-sendi perekonomian kita.

Sudah sepekan langkah pembatasan sosial diambil oleh pemerintah. Langkah ini diambil untuk mencegah meluasnya wabah. Karena aktifitasnya dipaksa dikurangi,maka mereka juga akan mengurangi aktifitas belanjanya meskipun mereka mempunyai uang.

Sehingga pola belanjanya akan bergeser pada online, namun tentu saja pola ini juga dibatasi oleh pasokan yang terbatas. Sehingga pendemi Corona menghantam dengan telak supply dan demand kita.

Badai salju kedua datang dari luar kita yaitu prediksi akan terjadinya resesi global. Tanda-tandanya juga mulai kelihatan di beberapa negara, misalnya Jepang yang mengalami kontraksi pertumbuhan 1,6% pada akhir tahun 2019 yang diprediksi semakin melambat dengan adanya pendemi ini.

Baca Juga  Menag Fachrul Razi & Repatriasi 600 WNI Eks-Kombatan ISIS

Kemudian Singapore, yang merevisi pertumbuhan ekonominya menjadi 0,5%. Terkahir United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi global dibawah 2%.

Indikator-indikator makroekonomi kita juga tidak terlalu bagus, dimana bursa saham kita per 23/03/2020 telah turun sebesar 31,38% jika dibandingkan dengan periode 23/02/2020.

Nilai tukar Rupiah kita menguat 19,5% dari yang awalnya Rp. 14.212/US$ periode 23/02/2020 menjadi Rp. 16.610/US$ periode 23/03/2020. Senjata Ekonomi Melawan Badai
Terdapat dua langkah yang bisa kita lakukan untuk memerangi badai tersebut. Langkah pertama dari sisi demand shock. Dimana penopang utama pertumbuhan ekonomi kita adalah dari konsumsi domestik.

Secara teori kita bisa mengambil kebijakan kontra-siklus. Tapi sayangnya kebebasan ruang fiskal kita tak banyak. Bahkan studi-studi yang ada menunjukkan pola belanja pemerintah justru bersifat pro-siklus (belanja pemerintah justru ikut menurun ketika pertumbuhan melambat).

Baca Juga  THR Buruh di Tengah Corona

Apalagi pada waktu pendemi, dimana ruang fiskal untuk stimulus konsumsi domestik semakin menyempit karena harus dibagi untuk memperkuat layanan kesehatan.

Dengan melihat kondisi tersebut, maka stimulus fiskal bisa diarahkan lebih efektif kepada program-program perlindungan untuk masyarakat miskin dan rentan, dengan memperbesar porsi program PKH, padat karya tunai dan bantuan tunai langsung. Benar bahwa program ini bersifat sementara. Tetapi ia dibutuhkan untuk membantu mengatasi dampak negatif dari wabah ini.

Langkah kedua adalah dari sisi supply shock dan kita dapat berharap banyak dari sini. Mengapa? China sebagai salah satu pusat jaringan produksi global yang terkena dampak paling parah, mulai pulih. Kecepatan pemulihan China yang hanya dalam 3 bulan, mengakibatkan dampak distrupsi supply tidak terjadi.

Sehingga diprediksi perekonomian China akan mulai positif di triwulan II/III. Dari sisi Indonesia kita cukup beruntung, dikarenakan kita agak tertinggal didalam jaringan global. Sehingga dampak dari supply shock relatif lebih kecil dari negara-negara tetangga.

Baca Juga  Robby Walalangi Kuatir akan Kondisi Bangsa

Kemudian sektor UKM kita yang telah terbukti tahan terhadap goncangan krisis ekonomi 1998 dan krisis finansial 2008, sekali lagi bisa menunjukkan ketahannya.

Dengan syarat, kebijakan fiskal dan moneter segera diaragkan untuk fokus dalam menopang kinerja UKM kita. Caranya adalah memberikan stimulus pengurangan suku bunga kredit dan pajak badan usaha. Tentu saja langkah tersebut harus dijalankan dengan cepat dan tepat sebelum terlambat.

Terakhir, kita mungkin akan menghadapi badai salju yang panjang. Maka kita harus punya baju hangat dan persediaan yang baik. Sambil melakukan kebijakan jangka pendek, jangan sampai dilupakan reformasi struktural harus segera dijalankan. Karena itu merupakan satu-satunya jalan untuk memperbaiki kelemahan struktural perekonomian kita.

Untuk itu kita perlu bijak dan berani untuk memutuskan kebijakan tak populis. Karena kita tak punya beban masa lalu.

Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR)

Berita Terkait

Suhu Politik Pilkada Mulai Memanas, Lapor dan Lapor – Solusi atau Senjata Makan Tuan |RadarBangsa
Pelanggaran Masif & Berlanjut
ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi
Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada
Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso
Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik
Menilik Unsur Pidana Ketua KPU yang Dipecat Menurut UU TPKS, ‘Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari’
Efek Samping Konsumsi Daging Berlebihan, Risiko Dehidrasi dan Kesehatan Tubuh
Tag :

Berita Terkait

Minggu, 22 September 2024 - 22:22 WIB

Pelanggaran Masif & Berlanjut

Jumat, 20 September 2024 - 07:32 WIB

ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi

Rabu, 18 September 2024 - 07:21 WIB

Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada

Senin, 16 September 2024 - 13:10 WIB

Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso

Rabu, 24 Juli 2024 - 21:31 WIB

Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik

Berita Terbaru

Gaya Hidup

Sound of Ijen Caldera Bondowoso Hadirkan D’Bagindas

Minggu, 6 Okt 2024 - 11:40 WIB

Calon Wakil Bupati Sidoarjo Hj Mimik saat senam minggu pagi (IST)

Politik - Pemerintahan

Ratusan Emak-Emak Antusias Sambut Warling Bu Mimik Cawabup Sidoarjo

Minggu, 6 Okt 2024 - 10:32 WIB